Di sudut pesisir utara Jawa, Desa Tasikagung di Kabupaten Rembang menyimpan denyut industri pengolahan ikan yang sudah berpuluh tahun berjalan.
Salah satu sentra produksinya adalah UD Yunus, sebuah usaha keluarga sejak tahun 2000 setia menjaga tradisi membuat pindang salem, meski belakangan ini harus berjuang di tengah lesunya permintaan pasar.
"Ini di UD Yunus Desa Tasikagung, Rembang. Sudah sejak tahun 2000. Tenaga kerja total ada 48 orang. Ibu-ibu ada 21 orang, bapak-bapak 12 orang sama supir dan pengurus 15 orang," tutur Iwan Susanto, Kepala Produksi UD Yunus saat berbincang dengan detikJateng, Sabtu (26/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikJateng berkesempatan melihat proses produksi pindang salem secara langsung. Di area produksi, aroma khas ikan yang direbus menyeruak, berpadu dengan riuh suara para pekerja.
Prosesnya dimulai dari pencucian ikan beku, yang kemudian disusun rapi ke dalam keranjang-keranjang kecil oleh tangan-tangan terampil para ibu.
![]() |
"Proses produksinya dari awal dari bahan baku yang masih beku kita cuci, setelah itu ada ibu-ibu yang menata di keranjang-keranjang itu. Baru direbus. Proses perebusanya itu tergantung besar-kecilnya ikan. Kalau ikannya besar ya lumayan lama, kalau kecil paling 3-4 menit. Paling lama 15 menit," jelas Iwan.
Saat ini, ikan salem menjadi primadona utama di tempat ini. Namun, keberagaman bahan baku tetap bergantung pada hasil tangkapan nelayan sekitar.
"Jenisnya macam-macam saat ini kita proses ikan salem. Kalau jenis lainnya kita tergantung dapatnya dari nelayan lokal. Kalau ada ya kita proses kalau nggak ya kita ngambil ikan beku aja," kata Iwan.
Sayangnya, beberapa bulan terakhir geliat produksi terasa melemah. Permintaan pasar yang lesu membuat roda produksi tidak lagi berputar secepat biasanya. Harga bahan baku yang fluktuatif ikut memperumit keadaan.
"Untuk saat ini beberapa bulan terakhir ini, karena pasar masih lesu ya sehari paling nggak, (produksi) sampai satu ton. Kalau biasanya bisa 2,5 sampai 3 ton. Kita produksi kalau ada permintaan. Kalau nggak ada ya kita libur. (Faktornya) Kurang tahu ya. Mungkin cuacanya. Atau kondisi ekonomi sekarang. Karena Harganya (bahan baku) lagi mahal juga bisa," ujar Iwan.
![]() |
"Omzet saya tidak tahu. Ada yang nangani sendiri. Untuk harga kalau saat ini antara Rp 27 ribu per kilo, Rp 28 ribu juga ada. Tapi kita ambil harga yang standar Rp 27 ribu dan Rp 26,5 ribu. Kalau pas ikan lagi murah itu harganya Rp 16 ribu sampai Rp 15 ribu per kilo," tambahnya.
Meski harus bertarung dengan situasi yang tidak menentu, UD Yunus tetap berusaha memenuhi pasar, terutama pasar-pasar tradisional di kawasan Merapi.
"Kalau di sini kirimnya ke kawasan Merapi. Daerah Jogja, Magelang, Muntilan. Kebanyakan (permintaan) di pasar-pasar tradisional," kata Iwan.
Biasanya, momentum Ramadan dan Idulfitri menjadi masa panen rezeki. Tapi tahun ini, harapan itu tak sepenuhnya terwujud.
"Saat-saat ramai tidak bisa dipastikan ya Mas. Soale cuaca juga nggak bisa dipastikan. Berubah-ubah. Kalau tahun-tahun lalu, kalau mau lebaran itu ramai. Tapi sekarang mau lebaran juga agak sepi. Ramainya cuman beberapa hari aja," pungkas Iwan.
![]() |
(afn/dil)