Menilik Produksi Arang Tradisional Jombang yang Laris Jelang Idul Adha

Menilik Produksi Arang Tradisional Jombang yang Laris Jelang Idul Adha

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Kamis, 05 Jun 2025 07:30 WIB
Produksi arang secara tradisional di Jombang
Produksi arang secara tradisional di Jombang (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Jombang -

Produsen arang tradisonal di Jombang kebanjiran pesanan menjelang Hari Raya Idul Adha. Produknya laris manis hingga omzetnya naik 2 kali lipat seiring melonjaknya permintaan masyarakat untuk membakar daging kurban.

Berkah Idul Adha dirasakan Yuni Lukitasari (39), produsen arang tradisional di Dusun/Desa Gedangan, Mojowarno, Jombang. Ia melanjutkan bisnis yang ditekuni ayahnya, Sukarno (65) sejak 2016. Dibantu suami dan sejumlah karyawan, Yuni sehari-hari memproduksi arang kayu mangga dan asam jawa.

Menjelang Idul Adha, menurut Yuni, permintaan arang naik 2 kali lipat. Saat ini, rata-rata ia menjual 70 sak atau 1.400 Kg arang per hari. Setiap sak berisi 20 Kg arang. Sedangkan selama hari biasa, penjualannya rata-rata 35 sak atau 70 Kg arang/hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena selain untuk memenuhi pesanan warung-warung sate, kami juga melayani pesanan dari toko-toko di Jombang dan Mojokerto menjelang Idul Adha ini," terangnya kepada detikJatim di lokasi, Rabu (4/6/2025).

Kapasitas produksi arang di tempat Yuni rata-rata 280 sak atau 5.600 Kg arang/bulan. Sebab ia hanya mempunyai 4 tungku untuk memproduksi arang yang masing-masing tungku berkapasitas 700 Kg arang. Struktur tungku 3x5 meter dari bata merah yang bagian luarnya dilapisi tanah liat.

ADVERTISEMENT
Produksi arang secara tradisional di JombangProduksi arang secara tradisional di Jombang Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim

Proses produksi arang di setiap tungku memakan waktu 15 hari sampai siap jual. Praktis setiap tungku menghasilkan 1.400 Kg arang/bulan melalui 2 kali produksi. Pembuatan arang di tempat ini betul-betul secara tradisional.

"Bahan bakunya pohon mangga dan asem karena dua jenis pohon ini tidak meletus (memercikkan api) ketika dibakar," jelasnya.

Produksi arang di tempat Yuni diawali pemotongan kayu mangga dan asam jawa. Setiap potongan pohon dikuliti sampai tersisa bagian kayunya. Selanjutnya, potongan kayu dibakar di dalam tungku selama 8 hari.

Pembakaran di tunggu juga menggunakan kulit pohon dan potongan dahan pohon yang kering. Setelah didiamkan sampai dingin selama beberapa hari, arang baru dikemas dengan karung plastik. Setiap karung berisi 20 Kg arang.

Produksi arang secara tradisional di JombangProduksi arang secara tradisional di Jombang Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim

Menurut Yuni, arang mangga ia banderol Rp 65.000/sak. Sedangkan arang asam jawa lebih mahal, yakni Rp 100.000/sak. Omzet penjualannya menjelang Hari Raya Idul Adha pun minimal Rp 5 juta/hari. Sedangkan omzet hari biasa minimal Rp 2,5 juta/hari.

"Arang dari pohon asam lebih mahal karena bahan baku yang sulit dicari. Selain itu, arang dari pohon asam menciptakan bara api lebih lama dan membuat masakan lebih sedap," tandasnya.




(auh/hil)


Hide Ads