31 TPS Kecil di Seluruh Jogja Bakal Ditutup Permanen, Ini Alasannya

31 TPS Kecil di Seluruh Jogja Bakal Ditutup Permanen, Ini Alasannya

Adji G Rinepta - detikJogja
Kamis, 10 Apr 2025 17:45 WIB
Potret Salah satu TPS di Jogoyudan, Jetis, Kota Jogja yang sudah ditutup, Kamis (10/4).
Potret Salah satu TPS di Jogoyudan, Jetis, Kota Jogja yang sudah ditutup, Kamis (10/4/2025). Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Jogja -

Pemerintah Kota Jogja berencana menutup permanen 31 Tempat Pembuangan Sampah (TPS) berskala kecil di beberapa titik di Kota Jogja. TPS-TPS yang ditutup itu dinilai tidak penting dan mengotori pemandangan.

"TPS-TPS yang kecil itu saya tutup, yang nggak penting-penting saya tutup, karena ngotor-ngotori pemandangan itu," ujar Wali Kota Jogja, Hasto Wardoyo saat dihubungi wartawan, Kamis (10/4/2025).

Hasto mengatakan penutupan akan dilakukan secara bertahap hingga dua pekan ke depan. Belasan di antaranya bahkan sudah ditutup, namun ia tak membeberkan TPS mana saja yang sudah ditutup.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"TPS yang belum kosong itu tinggal 16 itu. Nah 16 itu tidak lebih dari ya tidak lebih dari 30 ton dari 16 itu," katanya.

Untuk mengosongkan TPS-TPS itu, kata Hasto, sampah-sampah akan sementara dikirim ke depo-depo yang sudah dikosongkan oleh Pemkot Jogja.

ADVERTISEMENT

"Akan saya alihkan ke depo dulu (TPS) yang kecil-kecil tadi, membawanya dengan gerobak ke depo, setelah dari depo itu memang urusan kami ya. Kami akan menggerakkan semua insenerator," ungkap Hasto.

"Nanti ada 31 lah yang akan saya tutup. TPS-TPS yang di wilayah kota ini yang mau saya tutup rencana 31. Meskipun ini bertahap ya tapi akan saya tutup," sambungnya

Warga Mengeluh

Kebijakan Hasto ini ternyata membuat sejumlah warga justru mengeluh kesulitan membuang sampah. Seperti Mega, warga Jogoyudan, Gowongan, Jetis, yang sudah beberapa waktu terakhir mengaku kesulitan membuang sampah. Sebab, dua TPS terdekat dari rumahnya sudah ditutup.

"Bingung mau buang sampah kemana lagi, TPS di RT pun sudah ditutup," terang Mega kepada wartawan di Jogoyudan, hari ini.

Mega mengatakan warga sudah mengelola dan mengolah sampahnya secara mandiri. Menurutnya, sampah plastik dan kertas yang dihasilkan warga juga sudah diolah di bank sampah yang dimiliki RW.

Adapun terkait sistem penggerobak yang dicanangkan Hasto, menurut Mega, juga tidak ada kejelasan informasi dari pamong di tingkat RT, RW, maupun kalurahan. Padahal produksi sampah warga selalu ada setiap hari.

"Kan ndak hanya sampah plastik dan kertas yang dihasilkan warga, ada (sampah) residu yang ndak bisa diolah, terus kami harus buang ke mana kalau ndak ada penggerobak yang disediakan?" ungkapnya.

Warga Kampung Jogoyudan lainnya, Inah, juga mengeluhkan hal yang sama. Padahal menurutnya TPS tersebut menjadi satu-satunya tempat warga membuang sampah selama ini.

"Warga juga tidak tahu apakah ada gerobak untuk mengangkut sampah. Padahal warga mau aja bayar penggerobak kalau mau membuang sampah warga," keluh Inah.

Terkait keluhan warga itu, Hasto mengaku akan memanggil Lurah Gowongan. Terutama masalah penggerobak yang menjadi tugas Kalurahan.

"Warga masalah (tidak ada) gerobak, kita panggil Lurahnya. Kita beri tahu, harus sosialisasi terus, harus sabar. Saya terima kasih diberitahu (keluhan warga ini), kemudian saya panggil Lurahnya," ujar Hasto.

Hasto mengatakan RW maupun kalurahan memang diminta mengusahakan penggerobak secara mandiri lebih dulu. Sedangkan untuk kalurahan yang belum siap, ia menegaskan masih bisa membuang sampahnya ke TPS.

"Berarti yang belum siap untuk gerobaknya, warga masih bisa dibuang dengan TPS kecil. Tetapi dengan gerobak, bukan pribadi-pribadi. Bisa diselesaikan dengan RW dan dengan lurah," pungkasnya.




(afn/ams)

Hide Ads