KSAU Bakal Tambah Dapur MBG di Lanud Adisutjipto, Ini Alasannya

KSAU Bakal Tambah Dapur MBG di Lanud Adisutjipto, Ini Alasannya

Dwi Agus - detikJogja
Rabu, 26 Feb 2025 11:17 WIB
KSAU Marsekal Mohamad Tonny Harjono saat meninjau dapur MBG di kompleks Lanud Adisutjipto Jogja, Rabu (26/2/2025).
KSAU Marsekal Mohamad Tonny Harjono saat meninjau dapur MBG di kompleks Lanud Adisutjipto Jogja, Rabu (26/2/2025). Foto: Dwi Agus/detikJogja
Jogja -

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Mohamad Tonny Harjono akan tambah jumlah dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di Lanud Adisutjipto Jogja. Diketahui saat ini telah berdiri satu dapur memasak di area Lanud. Kapasitasnya mencapai 3.085 porsi untuk radius 3 kilometer.

Tonny menuturkan potensi penambahan ini berdasarkan radius optimal. Di mana setiap dapur MBG dapat menyediakan hingga radius maksimal 5 kilometer dari Lanud Adisutjipto. Secara total melayani hingga 7.000 porsi MBG.

"Untuk Lanud Adisutjipto saat ini melayani 3085 porsi, terdiri dari 14 sekolah dengan radius 3 kilometer. Kalau optimal radius 5 kilometer itu ada 7.000 penerima manfaat. Meski dari BGN (Badan Gizi Nasional), satu dapur sudah ideal," jelasnya ditemui saat meninjau dapur MBG di wilayah Lanud Adisutjipto, Rabu (26/2/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penambahan ini, lanjutnya, berdasarkan evaluasi secara keseluruhan. Tak hanya di wilayah Jogja, tapi juga daerah lainnya. Diketahui bahwa TNI AU telah mendirikan tujuh dapur MBG di tujuh Lanud AU.

Tonny lalu memaparkan keberadaan dapur MBG di Halim Perdanakusuma, Jakarta. Saat ini mampu memasak hingga 3.500 porsi. Faktanya, angka kebutuhan dalam radius tersebut mencapai 11 ribu. Sehingga diperlukan penambahan dapur agar program berjalan optimal.

ADVERTISEMENT

"Kami sudah berjalan 7 dapur nasional dan ini akan terus berkembang karena dari 7 dapur melihat dari kebutuhan sekitar dapur sangat kurang. Contohnya di Jakarta dapur melayani 3.500 porsi ternyata kebutuhan 11 ribu. Nanti akan diupayakan menjadi tiga dapur," katanya.

Penambahan dapur, lanjutnya, atas pertimbangan sejumlah aspek. Paling utama adalah keberadaan sekolah-sekolah dalam radius jangkauan setiap Lanud. Terdekat adalah radius 3 kilometer dan maksimal 5 kilometer.

Tonny menjelaskan untuk Lanud Adisutjipto masih mengacu pada radius 3 kilometer. Namun tak menutup kemungkinan dikembangkan menjadi 5 Kilometer. Tentunya diimbangi dengan penambahan menjadi 3 dapur MBG.

"Lanud Adisutjipto kalau dilihat dari geospasial jarak 5 kilometer ada 7.000 yang membutuhkan MBG. Sementara untuk 3 kilometer sangat ideal, ya ke depan nanti kita akan buat satu lagi kalau memang dibutuhkan atau bisa sampai 2 dapur lagi yang kita buat di Jogja," ujarnya.

Dalam penerapan MBG, pihaknya juga menggandeng petani maupun pelaku UMKM. Khususnya untuk memasok bahan baku ke dapur masak. Selain itu juga melibatkan sumber daya manusia dari warga sekitar Lanud Adisutjipto.

Tonny menegaskan bahwa pasokan bahan baku wajib dari lokal. Artinya, mengambil dari para petani di sekitar Lanud Adisutjipto. Meski tak menutup kemungkinan daerah lain yang memiliki pasokan komoditas tertentu.

"Untuk SDM disini ada 50 orang. Tiga dari BGN diantaranya kepala dapur, ahli gizi dan akuntan, sementara 47 lainnya dari masyarakat sekitar. Kemudian bahan baku dari petani ditambah belanja di pasar-pasar sekitar Lanud," katanya.

Terkait kebutuhan bahan pokok, Kasau juga mengimbau setiap Lanud mengoptimalkan lahan kosong. Dengan menanami komoditi sayuran dan palawija. Hasil panen dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku MBG.

"Saya sudah menyampaikan setiap lahan kosong yang ada di lanud harus dimanfaatkan. Kemarin kita sudah ke Kupang melihat penanaman cabe lalu jagung. Sebelumnya di Halim juga demikian dan hari ini juga di Jogja," ujarnya.

Kepala Dinas Potensi Dirgantara (Kadispotdirga) Lanud Adisutjipto Letkol PNB Iwan Setiawan menuturkan dapur MBG telah berjalan hampir 2 pekan. Pada awal kinerja, diakui olehnya terdapat kendala. Terutama untuk ketepatan waktu pengantaran ke sekolah-sekolah.

Iwan memaparkan kinerja setiap divisi saling terkait. Apabila memasak terlambat, maka memberikan efek bola salju ke distribusi. Sehingga seluruhnya wajib dilakukan secara terjadwal dan disiplin.

"Pada awal ada kendala jamnya itu padat, akhirnya yang gelombang pertama yang untuk anak TK KB dan kelas 1 sampai dengan kelas 3 SD itu sedikit terlambat. Alhasil kami evaluasi dan ada penambahan alat dan tempat memasak," katanya.

Cara memasak juga dievaluasi secara detail. Dari awalnya menerima sayur utuh, beralih ke kondisi cacah. Cara ini akhirnya dapat menghemat waktu dalam memasak setiap menu MBG.

"Jadi bahan pokok racik yang awalnya 4 jam, ini 1 jam itu sudah selesai. Setiap hari jam 03.00 mulai masak dan perhitungannya tepat sebelum jam makan siang sudah terdistribusi," ujarnya.




(rih/aku)

Hide Ads