#KaburAjaDulu Trending di X, Pakar UGM: Pesan Serius buat Masa Depan RI

#KaburAjaDulu Trending di X, Pakar UGM: Pesan Serius buat Masa Depan RI

Serly Putri Jumbadi - detikJogja
Jumat, 14 Feb 2025 19:33 WIB
Ilustrasi paspor
Ilustrasi paspor. Foto: Getty Images/Ariawan Armoko
Jogja - Tagar #KaburAjaDulu menggema di media sosial X hari ini. Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), A.B. Widyanta, mengatakan aksi ini merupakan bentuk keresahan masyarakat soal berbagai persoalan. Dia menganggap ini pesan serius.

#KaburAjaDulu menjadi trending dalam topik Indonesia di X hari ini, terpantau hingga pukul 19.00 WIB posisi tagar itu menempati urutan ketiga trending topik di X. Tren #KaburAjaDulu berisikan berbagai unggahan soal ajakan meninggalkan Indonesia dan pindah ke negara lain. Banyak keluhan netizen di tagar tersebut karena berbagai masalah yang cukup menyulitkan masyarakat Tanah Air beberapa waktu ini.

Dosen Departemen Sosiologi UGM ini menilai tagar itu sebagai pesan serius. Katanya, tagar itu bagian dari respons rasa frustasi melihat tak adanya harapan di negeri ini.

"#KaburAjaDulu itu bagian dari respons rasa frustasi atas tidak adanya harapan negeri ini ke depan. Ini respons hati nurani yang mendalam dan pesan itu sangat serius. Sebagai warga negara dia tidak direkognisi, karena sesungguhnya warga negara itu pemilik di negeri ini," kata Widyanta saat dihubungi detikJogja, Jumat (14/2/2025).

Dia menyebut fenomena ini normal terjadi mengingat banyak praktik-praktik kriminalitas yang dilakukan para birokrat, para pemimpin negeri ini menunjukkan tidak ada sebuah harapan. Contohnya, pemimpin publik yang baik dan demokratis harus melayani publik sebagaimana mestinya.

"Jadi itu adalah reaksi yang sangat serius dari netizen melihat masa depan suram Indonesia ke depan. Indikasinya adalah soal bagaimana demokrasi yang mengalami kemerosotan sangat serius," jelas Widyanta.

"Ini merupakan gambaran gelap terjadi praktik militerisme kembali di negeri ini. Keterlibatan militer yang disorot juga menjadi indikasi bahwa bentuk militerisme bentuk dari masyarakat sipil yang pernah mengalami masalah traumatik soal militerisme. Selain itu masalah korupsi yang membelah di mana-mana tanpa adanya penegakan hukum yang jelas," tegas dia.

Widyanta juga menyinggung soal penyalahgunaan konstitusi secara ugal-ugalan sehingga negeri ini seperti tidak ada aturan lagi.

"Konstitusi seperti dikangkangi dan menjadi sesuatu yang tidak menjadi keutamaan yang dijunjung tinggi. Artinya suasana kebatinan dari warga negara Indonesia diartikulasikan melalui sosial media menunjukkan catatan-catatan gelap praktik bernegara kita," kata dia.

Ditambah, masalah ketimpangan sosial di Indonesia yang masih menjadi masalah serius. Menurut Widyanta, ini memunculkan keprihatinan yang serius dan mendalam.

"Jurang ketimpangan kita menganga lebar. Seperti bentuk kebijakan yang tidak memihak ke masyarakat kelas menengah ke bawah dan itu yang menyebabkan suasana kebatinan mereka terutama anak muda," jelasnya.

"Negara ini mau menjadi negara gagal atau tetap bisa menegakkan kembali tatanan konstitusi kita sebagaimana mestinya. Aturan hukum diinjak-injak sebagaimana mestinya terutama dalam praktik praktik perampokan uang negara dan uang milik masyarakat yang ditarik dari pajak," tutur Widyanta.

Oleh karena itu, menurutnya, adanya tren #KaburAjaDulu mengajak masyarakat sipil untuk melakukan konsolidasi. Dia meminta pemerintah untuk lebih tegas menegakkan aturan sebagaimana mestinya.

"Tentu ini menjadi jeweran telinga para DPR, pemimpin publik, penegak hukum, pemerintah memberikan contoh bahwa praktik-praktik menyimpang dari tatanan konstitusi tersebut yang harus ditegakkan dan dihukum setimpal," ujar Widyanta.

"Masyarakat sipil masih punya harapan, mari kita berkonsolidasi yang punya daya nalar kritis. Dengan kekuatan ini bisa merevisi dan mengoreksi atas sesat jalan berbagai praktik dari pemimpin kita. Sehingga paradoks tidak membuat masyarakat gelap dunianya, tapi kelompok progresif masyarakat sipil bisa berkonsolidasi agar memberikan ruang yang memungkinkan politik harapan itu bisa hadir dan embrio itu harus dinyalakan," pungkas Widyanta.


(afn/ams)

Hide Ads