Psikolog USD soal #KaburAjaDulu Trending di X: Sangat Masuk Akal

Psikolog USD soal #KaburAjaDulu Trending di X: Sangat Masuk Akal

Serly Putri Jumbadi - detikJogja
Jumat, 14 Feb 2025 20:02 WIB
Logo baru X dengan sentuhan efek crack atau retakan
Logo baru X. Foto: 20Detik
Jogja -

Tagar #KaburAjaDulu jadi trending topik di media sosial X. Sebagian postingannya seputar keresahan netizen ingin pindah ke negara lain. Menurut dosen psikologi Universitas Sanata Dharma (USD) Jogja, tren ingin kabur dari Indonesia itu masuk akal.

Dosen Prodi Sarjana Psikologi USD, Albertus Harimurti, mengatakan tren #KaburAjaDulu terjadi di saat situasi di Indonesia sedang tidak baik-baik saja.

"Menurut saya #KaburAjaDulu merupakan sesuatu yang sangat masuk akal. Ini bukan soal nasionalis atau bukan nasionalis," kata Albertus saat dihubungi detikJogja, Jumat (14/2/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kabinet digemukkan, orang kaya diberi akses dan jabatan, sementara itu kelas menengah dan menengah bawah justru dipotong fasilitas dan aksesnya," sambung dia.

Albertus mengatakan, tren #KaburAjaDulu muncul karena kekecewaan masyarakat sekaligus tanda kebuntuan tentang harus bagaimana menghadapi situasi saat ini.

ADVERTISEMENT

"Setiap waktu, informasi mengenai kondisi politik dan ekonomi seringkali bernada pesimis. 'Saya di sini tidak dibayarkan haknya', 'kawan saya di sana diberhentikan', 'sesama warga negara diambil paksa tanahnya', 'harga naik dan beberapa barang langka', 'anak saya diberi makan gratis tetapi job-insecurity bikin nangis'," ucap Albertus.

"Orang merasa capek, kecewa, dan marah sebagai warga negara. Kondisi lapangan demikian membuat kelelahan emosional-psikologis dan berpotensi menjadikan warga negara merasakan burn-out," imbuh dia.

Menurut Albertus tren #KaburAjaDulu ini bukan berarti masyarakat Indonesia yang ingin pindah ke luar negeri itu tidak nasionalis. Dia menegaskan, tren ini bentuk protes warga negara karena merasakan kebuntuan politik, kondisi yang timpang, dan sebagainya.

"Kita perlu bedakan antara negara (state) dengan bangsa (nation). Sebagian besar bangsa muncul dari gerakan anti-negara, misalnya Indonesia lahir dari perlawanan terhadap negara di bawah pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Jadi, menyebut orang yang ikut #KaburAjaDulu sebagai orang yang tidak nasionalis adalah salah kaprah," tegas Albertus.

"#KaburAjaDulu merupakan siasat seseorang untuk menghindari penderitaan sebagai warga negara. Selama tidak ada tanda-tanda yang menjanjikan kebaikan dan kesejahteraan bersama, maka selama itu pula kita patut muram sebagai sebuah negara-bangsa," pungkasnya.




(dil/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads