Muslim yang tidak dapat berpuasa pada bulan Ramadhan karena suatu uzur tertentu, diwajibkan untuk mengganti puasanya. Caranya dengan mengqadhanya di luar bulan Ramadhan. Namu, apakah boleh membayar utang puasa atau qadha Ramadan bareng puasa sunnah?
Hukum pengerjaan puasa Ramadhan adalah wajib. Sheikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam buku Syarah Adab Berjalan Menuju Shalat terjemahan Asmuni, wajibnya puasa Ramadhan tertuang dalam Al-Qur'an dan hadits, sumber utama yang tidak lagi diperdebatkan oleh jumhur ulama.
Perintah puasa di bulan Ramadhan pada dasarnya termaktub dalam surah Al-Baqarah ayat 183. Allah SWT berfirman,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa."
Untuk itu, jika seseorang mempunyai uzur atau berhalangan untuk melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, misalnya, mengalami sakit atau haid bagi wanita, wajib hukumnya untuk mengganti puasa yang tertinggal di luar bulan Ramadhan. Penggantian puasa dapat dilakukan di luar bulan Ramadhan.
Bolehkah Bayar Utang Qadha Ramadhan Bareng Puasa Sunnah?
Ada perbedaan pendapat ulama mengenai hukum menggabungkan antara puasa qadha Ramadan dengan puasa sunnah, misalnya puasa Senin Kamis, Arafah, atau Syawal.
Dikutip dari buku Risalah Puasa karya Sultan Abdillah, menggabungkan antara dua niat ibadah yang hukumnya sunnah, hukum pengerjaan keduanya sah. Misalnya, puasa Arafah dengan Senin Kamis atau puasa Daud dengan Senin-Kamis.
Namun, apabila ibadah yang digabung tersebut adalah fardhu (wajib) dan satunya sunnah, maka yang sah adalah niat ibadah fardhu, sedangkan niat ibadah sunnah tidak sah. Ini merupakan pendapat Abu Yusuf.
Contohnya, pada pengamalan puasa qadha Ramadan yang hukumnya wajib dan puasa Senin Kamis yang hukumnya sunnah.
Senada dengan pendapat tersebut, menurut buku Fiqih Niat karya Isnan Ansory, penggabungan dua niat ibadah antara wajib dan sunnah, maka dapat berdampak pada salah satu ibadahnya sah dan yang lainnya batal. Hal itu diibaratkan seperti puasa pada satu hari dengan dua niat puasa.
Contoh puasa qadha Ramadan yang termasuk wajib kemudian digabung dengan puasa sunnah Senin Kamis. Menurut sebagian ulama, penyatuan dua niat antaranya dikatakan sah pada puasa wajib, sementara puasa sunnahnya batal.
Abu Makhramah dalam Kitab Bughyah al Mustarsyidin terjemahan Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah - KTB juga berpendapat jika niat yang digabung bersamaan akan menggugurkan pahala dari puasa yang dilakukan.
Sementara itu, Ibnu Hajar al Haitamiy dan Sheikh Ar Ramli dalam Kitab I'anatut Thalibin menjelaskan, niat puasa sunnah dapat digabung dengan puasa qadha tanpa mengurangi pahala keduanya.
Namun, seseorang dianjurkan untuk mendahulukanqadha puasa terlebih dahulu, meskipun waktuqadha puasanya bertabrakan dengan puasa sunnah. Sebab, bisa jadi ketika kitamengqadhanya, kita mendapat pahalaqadha dan pahala puasa sunnah karena sesuatu yang wajib lebih didahulukan daripada sesuatu yang sunnah. Namun, tidak masalah juga jika ingin mendahulukan puasasunnahnya. Wallahu a'lam bisshawab.
Bacaan Niat Puasa Qadha Ramadhan
Dikutip dari buku Kitab Fikih Sehari-hari oleh AR Shohibul Ulum, bagi umat muslim yang ingin melakukan puasa qadha perlu mengawalinya dengan melafalkan niat berikut.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin 'an qadaa'i fardhi syahri Ramadhaana lillaahi ta'aalaa.
Artinya: Saya berniat mengganti (mengqadha) puasa bulan Ramadan karena Allah Ta'ala.
(rah/rah)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026