- Apa Itu Puasa Qadha?
- Niat Puasa Qadha Ramadhan: Arab, Latin, dan Artinya
- Orang yang Wajib Membayar Puasa Qadha Ramadhan 1. Lupa Membaca Niat 2. Sakit yang Membahayakan 3. Perempuan yang Haid atau Nifas 4. Sengaja Berbuka 5. Melakukan Jimak (Hubungan Suami Istri) 6. Ibu Hamil yang Khawatir akan Kesehatannya 7. Orang yang Bekerja Sepanjang Bulan Puasa 8. Mengalami Kelaparan atau Dahaga yang Membahayakan Kesehatan 9. Orang yang Bermusafir (Musafir) 10. Murtad (Keluar dari Islam)
- Tata Cara Puasa Qadha Ramadhan 1. Membaca Niat Puasa Qadha 2. Makan Sahur 3. Menahan Diri dari Segala yang Membatalkan puasa 4. Berbuka Puasa saat Maghrib
Puasa Ramadhan adalah kewajiban bagi setiap umat Islam yang telah memenuhi syarat. Namun, tak jarang ada kondisi yang membuat seseorang tidak dapat menjalankan ibadah puasa di bulan yang penuh berkah tersebut. Bagi mereka yang tidak berpuasa di bulan Ramadhan karena alasan-alasan tersebut, puasa harus diganti di luar bulan Ramadhan yang dikenal dengan istilah puasa qadha.
Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan puasa qadha? Bagaimana niat dan tata cara pelaksanaannya? Simak penjelasannya berikut ini.
Apa Itu Puasa Qadha?
Mengutip dari buku Tata Cara dan Tuntunan Segala Jenis Puasa tulisan Nur Solikhin, secara etimologis, kata "qadha" berasal dari bahasa Arab yang artinya "memenuhi" atau "melaksanakan". Dalam ilmu fiqh, qadha juga merujuk pada pelaksanaan ibadah di luar waktu yang telah ditentukan, namun tetap sesuai dengan ketentuan syariat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sama seperti puasa Ramadhan, pelaksanaan puasa qadha tidak memiliki perbedaan mendasar. Seseorang yang mengganti puasa tersebut tetap harus berpuasa dari fajar hingga maghrib, menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Selain itu, puasa qadha juga harus dilaksanakan dengan niat puasa qadha Ramadhan yang benar sesuai dengan syariat Islam.
Dalam firman Allah SWT surah Al-Baqarah ayat 184 disebutkan,
اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗوَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Artinya: "(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
Ayat ini menunjukkan bahwa kewajiban untuk mengganti puasa yang tertinggal adalah suatu hal yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Selain mengganti puasa, bagi mereka yang merasa berat menjalankan puasa qadha, ada alternatif berupa fidyah, yaitu memberikan makanan kepada orang miskin.
Niat Puasa Qadha Ramadhan: Arab, Latin, dan Artinya
Menurut syariat Islam, jika seseorang meninggalkan puasa Ramadhan karena alasan tertentu, seperti sakit, musafir, atau hal lainnya, ia diwajibkan untuk mengganti puasa tersebut pada hari lain setelah bulan Ramadhan.
Namun, ada ketentuan waktu yang harus diperhatikan dalam pelaksanaannya. Puasa qadha ini tidak boleh dilakukan pada waktu-waktu yang diharamkan untuk berpuasa, seperti pada hari raya Idul Fitri, Idul Adha, atau hari-hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).
Untuk memastikan pelaksanaan puasa Qadha Ramadhan sah, niat yang dilafalkan pun harus benar dan sesuai dengan aturan agama. Berikut adalah niat puasa qadha Ramadhan yang dapat diucapkan dalam bahasa Arab dan Latin, serta artinya.
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ رَمَضَانَ لِلَّهِ تَعَالَى.
Arab latin: Nawaitu shauma ghadin 'an qadhaai fardhi ramadhaana lillahi ta'aalaa.
Artinya: "Aku niat puasa esok hari sebagai ganti fardhu Ramadhan karena Allah Ta'ala."
Orang yang Wajib Membayar Puasa Qadha Ramadhan
Puasa qadha Ramadhan harus dilaksanakan oleh orang-orang yang meninggalkan puasa Ramadhan karena alasan tertentu. Berikut adalah kondisi-kondisi yang mengharuskan seseorang untuk mengganti puasa Ramadhan yang tertinggal:
1. Lupa Membaca Niat
Jika seseorang lupa berniat untuk berpuasa Ramadhan sepanjang hari ia berpuasa.
2. Sakit yang Membahayakan
Jika seseorang mengalami sakit berat yang membahayakan kesehatan, sehingga tidak bisa berpuasa.
3. Perempuan yang Haid atau Nifas
Wanita yang datang haid atau nifas yang menghalangi puasa selama bulan Ramadhan.
4. Sengaja Berbuka
Jika seseorang sengaja membatalkan puasa tanpa alasan yang dibenarkan.
5. Melakukan Jimak (Hubungan Suami Istri)
Jika seseorang melakukan hubungan suami istri (jimak) di siang hari bulan Ramadhan.
6. Ibu Hamil yang Khawatir akan Kesehatannya
Ibu hamil yang merasa khawatir tentang kesehatannya sendiri atau kesehatan janinnya.
7. Orang yang Bekerja Sepanjang Bulan Puasa
Mereka yang bekerja keras sepanjang bulan Ramadhan dan merasa sangat lelah hingga tidak mampu berpuasa.
8. Mengalami Kelaparan atau Dahaga yang Membahayakan Kesehatan
Jika seseorang mengalami kelaparan atau dahaga yang berisiko membahayakan kesehatannya.
9. Orang yang Bermusafir (Musafir)
Mereka yang melakukan perjalanan jauh dan tidak bisa berpuasa selama perjalanan.
10. Murtad (Keluar dari Islam)
Seseorang yang murtad selama bulan Ramadhan dan harus mengganti puasa setelah kembali kepada Islam.
Tata Cara Puasa Qadha Ramadhan
Puasa qadha Ramadhan dapat dilakukan dengan cara yang hampir sama seperti puasa pada umumnya, yakni dimulai sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Setelah itu, umat Islam diperbolehkan berbuka puasa saat waktu maghrib tiba.
Namun, ada beberapa langkah yang perlu diikuti untuk memastikan pelaksanaan puasa qadha ini sah dan sesuai dengan syariat Islam. Berikut adalah tata cara puasa qadha yang dianjurkan:
1. Membaca Niat Puasa Qadha
Niat puasa qadha harus dibaca di malam hari, atau paling lambat sebelum fajar terbit.
2. Makan Sahur
Disunnahkan untuk makan sahur sebelum terbitnya fajar. Makan sahur bukan hanya untuk memperoleh keberkahan, tetapi juga membantu memberikan energi untuk menjalankan ibadah puasa dengan lebih mudah.
3. Menahan Diri dari Segala yang Membatalkan puasa
Seperti halnya puasa Ramadhan, pada saat menjalani puasa qadha, seseorang harus menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa. Mulai dari makan, minum, hingga melakukan hubungan suami-istri, semua harus dihindari sejak terbit fajar hingga matahari terbenam.
4. Berbuka Puasa saat Maghrib
Puasa qadha dapat diakhiri saat waktu maghrib tiba, yaitu ketika matahari terbenam sebagaimana puasa Ramadhan.
(inf/inf)
Komentar Terbanyak
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026