Dua kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies sejak dua pekan terakhir. Tetapi, stok vaksin antirabies (VAR) untuk anjing malah habis.
"Untuk sementara ini sampai akhir Mei, vaksin (rabies untuk anjing) stoknya habis," ungkap Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka Yohanes Emil Satriawan, Senin (5/6/2023).
Sejak kasus gigitan anjing rabies mencuat di Sikka, Distan Kabupaten Sikka tercatat hanya memiliki 3.520 dosis vaksin rabies yang seluruhnya sudah habis digunakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vaksin rabies itu terdiri 2.520 dosis berasal bantuan dari Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dan 1.000 dosis bantuan dari Pemerintah Kabupaten Flores Timur.
Populasi Anjing di Sikka 55 Ribu Ekor
Sementara itu, populasi anjing di Sikka mencapai 55 ribu ekor. Ini artinya, jumlah anjing yang sudah divaksin masih jauh dari cakupan vaksinasi paling sedikit 70 persen dari total populasi hewan penular rabies (HPR).
"Kebutuhan (vaksin rabies) masih banyak. Kami populasi anjing di Sikka ini data terakhirnya ada 55 ribu ekor. Cakupan vaksinasi paling kurang 70 persen," terang Yohanes.
Yohanes sendiri mengaku sudah meminta bantuan vaksin rabies kepada Ikatan Dokter Hewan Indonesia. Saat ini pun sedang proses pengadaan vaksin rabies bersumber dari APBD Sikka.
"Proses pengadaan saat ini (anggarannya) bersumber dari APBD Sikka sebanyak 11.500 dosis," imbuh dia.
Sembari menunggu, Yohanes meminta masyarakat untuk mengikat dan memasukkan anjing peliharaan mereka ke dalam kandang. Ambulans puskesmas juga berkeliling kampung untuk menyampaikan imbauan untuk mengikat anjing mereka.
Sementara itu, vaksin antirabies (VAR) untuk korban gigitan anjing rabies di Kabupaten Sikka sejauh ini masih mencukupi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka Maria Bernadina Sada Nenu mengatakan VAR sudah disebar ke tujuh Rabies Center, pusat perawatan korban gigitan HPR.
"Ketersediaan VAR di Rabies Center masih cukup," klaim dia.
23 Orang Digigit, 1 Meninggal
Diketahui sebanyak 23 warga Kabupaten Sikka menjadi korban gigitan anjing rabies dalam rentang waktu lima bulan terakhir. Satu orang korban meninggal dunia pada 8 Mei 2023, sedangkan 22 orang lainnya masih menjalani perawatan.
Kepastian ini diperoleh setelah uji laboratorium terhadap 31 sampel kepala anjing yang melakukan gigitan terhadap warga. Di antaranya delapan kasus gigitan anjing negatif rabies.
"31 kasus gigitan hewan penular rabies (anjing), 23 positif dan delapan negatif. Data dari Januari sampai dengan 2 Juni 2023," tandas Yohanes, Senin.
Warga Soe Ramai-ramai Vaksin Anjing
Warga Kecamatan Kota Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), berbondong-bondong membawa anjingnya ke Dinas Peternakan TTS untuk divaksin rabies. Salah satunya adalah warga Kelurahan Taubneno, Kecamatan Kota Soe, I Nengah Sunia.
Sunia khawatir dengan merebaknya penularan rabies di TTS. "Mau bayar juga saya tetap vaksin, tapi syukur ini kan gratis," tuturnya di Dinas Peternakan TTS, Senin.
Sunia kaget saat mengetahui TTS berstatus kejadian luar biasa (KLB) rabies. Apalagi, penyakit anjing gila itu telah menyebar ke 16 kecamatan dan 48 desa. Jumlah orang yang digigit oleh hewan penular rabies (HPR) di kabupaten itu juga sudah mencapai 149 orang.
Sunia juga sudah meminta tetangganya untuk membawa anjingnya agar mendapatkan vaksin. "Tadi saya lihat tetangga belum vaksin anjingnya, makanya saya sampaikan agar dia bawa anjing ke sana (Dinas Peternakan) untuk divaksin agar bisa mencegah penularan rabies," ujarnya.
Data Dinas Peternakan TTS menyebutkan anjing yang sudah divaksin mencapai 472 ekor dari 15 desa/kelurahan di enam kecamatan.
Kepala Dinas Peternakan TTS Dianra Atti telah membentuk 13 tim vaksinator. Mereka akan serentak melakukan vaksinasi pada HPR di seluruh kelurahan di Kota Soe.
"Hal ini kami lakukan agar memblokade penularan rabies ke kecamatan lain yang masih zona hijau termasuk kabupaten tetangga yakni Kupang, Timor Tengah Utara, dan Malaka," kata Dianra.
Pantauan detikBali sejak Senin sore hingga malam warga terus berdatangan ke Dinas Peternakan TTS. Mereka membawa anjingnya untuk divaksin rabies.
Warga Tembak Anjing Sendiri
Adnan Liu, warga Jalan Pemuda, Kelurahan Taubneno, Kecamatan Kota Soe, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), menembak anjingnya dengan senapan angin, karena peliharaannya itu menunjukkan gejala rabies.
Setelah menembak, Adnan juga memukul peliharaannya untuk memastikan bahwa anjing jantan berumur dua tahun itu tewas. Tindakan tersebut terpaksa dilakukannya pada Senin.
Menurut Adnan, tadinya anjingnya itu tidak menunjukkan gejala rabies. Bahkan, saat ia bepergian pun, anjingnya kerap mengikuti. "Sekitar pukul 07.00 Wita, saya lihat gejala air liur kental terus keluar dari mulutnya. Saya langsung melapor ke Dinas Peternakan TTS," ungkap Adnan di tempat eliminasi anjing tersebut.
Ia berinisiatif melumpuhkan anjingnya sebelum ada korban yang terkena gigitannya. "Apalagi ini sudah Kejadian Luar Biasa (KLB) dan sepengetahuan saya, gejalanya mengarah ke rabies karena ada air liur yang kental, sehingga sebelum ada korban, saya pikir daripada masalah, saya eksekusi langsung," terang dia.
Kasubag Dokter Hewan Dinas Peternakan TTS Kaliang Rihimbani menuturkan Kota Soe saat ini berstatus zona hijau rabies. Artinya, belum ada kasus gigitan anjing rabies, sehingga untuk menjalankan instruksi Bupati TTS, setiap anjing yang menunjukkan gejala harus dimusnahkan.
"Baru pertama ada anjing yang menunjukkan gejala mengarah ke rabies, sehingga sampel otak akan diambil untuk dikirim ke Balai Besar Veteriner Denpasar, agar kami bisa pastikan positif atau negatif," jelasnya.
Adapun, bangkai anjing yang dimusnahkan akan dikubur, termasuk bekas tempat eliminasinya akan dibakar, sehingga tidak ada virus yang bisa menular.
Kepala Dinas Peternakan TTS Dianar Atti bersyukur sebagian pemilik anjing sudah memahami gejala rabies, sehingga langsung melapor ke dinas terkait.
Ia turut menegaskan kewaspadaan harus terus ditingkatkan dengan mewajibkan anjing diikat dan dikandangkan tanpa terkecuali.
"Ini tidak bisa ditawar-tawar, harus segera dilakukan oleh seluruh masyarakat. Bila semua sudah laksanakan instruksi bupati, maka kejadian gigitan anjing bisa cegah," katanya.
Dianar juga menilai semua anjing yang menunjukkan gejala patut dicurigai rabies, sehingga langkah penanganan, pencegahan, serta pengendalian dapat dilakukan, sekaligus meminta masyarakat untuk tidak menganggap kejadian ini sebagai hal biasa.
"Tetapi dalam KLB seperti ini diharapkan agar pemilik hewan penular rabies terus mengikat anjingnya sambil kami melaksanakan vaksinasi," jelasnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, hingga Minggu (4/6/2023), kasus gigitan anjing menelan korban 148 orang yang terjadi di 48 desa dan 16 kecamatan.
Pantauan detikBali, para petugas Dinas Peternakan TTS langsung membedah anjing yang dieliminasi untuk mengambil sampel otaknya dan dikirim ke Denpasar. Petugas pun memakai alat pelindung diri seadanya.
Sebelumnya, Bupati TTS Egusem Pieter Tahun menetapkan daerahnya berstatus KLB rabies. Penetapan tersebut berdasarkan Surat Edaran yang terbit pada Selasa (30/5/2023).
Suasana Mencekam di Desa Fenun
KLB rabies di TTS berawal dari puluhan kasus yang ditemukan di Desa Fenun, Kecamatan Amanatun Selatan. Sejauh ini, satu orang warga desa dilaporkan meninggal akibat rabies. Sampai sekarang situasi di Desa Fenun masih 'mencekam' lantaran banyak anjing rabies masih berkeliaran.
Salah satu korban gigitan anjing rabies di Desa Fenun bernama Petronela Misa (58) mengaku pernah digigit satu kali di bagian tangan kiri hingga gigi anjing menembus ototnya.
Kejadian itu terjadi pada Jumat (19/5/2023). Petronela menceritakan hingga saat ini bekas gigitannya masih terasa sakit, namun sudah mendapat vaksin antirabies (VAR) dosis kedua.
"Awalnya anjing mau terkam di leher hanya saya tangkis makanya tangan yang kena gigit. Setelah kena gigit saya rasa demam dan pusing tapi sesudah mendapat VAR tidak merasakan sakit lagi," ungkapnya saat diwawancarai di Desa Fenun, Minggu (4/6/2023).
Warga lainnya, Dominggus Taneo (50), mengaku dengan adanya kasus gigitan anjing rabies, aktivitas kesehariannya seperti berkebun dan beternak sangat terhambat. Sekadar keluar rumah mencari daun untuk hewan ternaknya saja Dominggus takut. Menurut dia, anjing rabies alias anjing gila bisa saja menerkam tiba-tiba.
"Saya sangat terganggu, mau keluar rumah untuk ke kebun juga kami ketakutan karena kebanyakan anjing rabies bersembunyi di dalam hutan," katanya.
(hsa/gsp)