Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), berawal dari puluhan kasus yang ditemukan di Desa Fenun, Kecamatan Amanatun Selatan. Sejauh ini, satu orang warga desa dilaporkan meninggal akibat rabies. Sampai sekarang situasi di Desa Fenun masih 'mencekam' lantaran banyak anjing rabies masih berkeliaran.
Salah satu korban gigitan anjing rabies di Desa Fenun bernama Petronela Misa (58) mengaku pernah digigit satu kali di bagian tangan kiri hingga gigi anjing menembus ototnya.
Kejadian itu terjadi pada Jumat (19/5/2023). Petronela menceritakan hingga saat ini bekas gigitannya masih terasa sakit, namun sudah mendapat vaksin antirabies (VAR) dosis kedua.
"Awalnya anjing mau terkam di leher hanya saya tangkis makanya tangan yang kena gigit. Setelah kena gigit saya rasa demam dan pusing tapi sesudah mendapat VAR tidak merasakan sakit lagi," ungkapnya saat diwawancarai di Desa Fenun, Minggu (4/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga lainnya, Dominggus Taneo (50), mengaku dengan adanya kasus gigitan anjing rabies, aktivitas kesehariannya seperti berkebun dan beternak sangat terhambat. Sekadar keluar rumah mencari daun untuk hewan ternaknya saja Dominggus takut. Menurut dia, anjing rabies alias anjing gila bisa saja menerkam tiba-tiba.
"Saya sangat terganggu, mau keluar rumah untuk ke kebun juga kami ketakutan karena kebanyakan anjing rabies bersembunyi di dalam hutan," katanya.
Ia juga meminta semua warga di Desa Fenun agar mengikat anjingnya. Termasuk harus diberikan vaksin rabies agar korban gigitan hingga memakan korban jiwa tidak lagi bertambah.
"Saat saya duduk dengan beberapa warga, saya selalu sampaikan agar ikat anjing dan vaksin anjing karena kita diresahkan, ke mana-mana harus bawa kayu, parang, ketapel," kisah Dominggus.
Cerita lainnya datang dari Yandri Nomleni. Kali ini yang menjadi korban adalah anaknya yang masih balita, Tania Atti (3). Putrinya itu kena gigitan di bagian hidung pada Senin (29/5/2023) saat sedang bermain dengan teman sebayanya di rumah tetangga. Ia juga tidak mengetahui anjing itu berasal dari mana.
"Saya tidak tahu anjing itu dari mana. Setelah kena gigit, dia menangis dan langsung datang ke rumah sehingga saya ambil tindakan cuci bekas gigitan di air mengalir dengan sabun," ujarnya.
Meski kena gigitan, ia mengaku anaknya tidak merasakan gejala demam dan panas tinggi, namun sudah melaporkan ke Puskesmas Oinlasi untuk mendapatkan VAR dosis pertama.
Yosinta Kase juga menceritakan anaknya bernama Risna Tampani (4) dan Alvianus Tampani (6) kena gigitan di bagian telinga dari anjing yang tidak dikenal. Setelah digigit, Risna merasakan demam. Namun ketika mendapatkan VAR, tidak lagi merasakan gejala.
"Kalau Alvianus belum mendapatkan VAR karena dia tidak ada gejala tapi secepatnya saya akan antar ke Puskesmas,"
Pantauan detikBali di Desa Fenun, semua warga saat beraktivitas penuh kewaspadaan. Mereka juga selalu membawa kayu, ketapel, dan parang. Sementara, anjing-anjing peliharaan warga sudah diikat. Tampak tidak ada anjing-anjing berkeliaran.
(hsa/gsp)