Surat Maaf Komang Sebelum Akhiri Hidup, Keluarga Tak Tahu Motifnya

Surat Maaf Komang Sebelum Akhiri Hidup, Keluarga Tak Tahu Motifnya

Agus Eka - detikBali
Minggu, 01 Mei 2022 10:11 WIB
Ketut Rian Saputra (kiri) menunjukkan surat wasiat yang ditulis kakaknya, Komang Adi sebelum meninggal, Sabtu (30/4/2022).
Ketut Rian Saputra (kiri) menunjukkan surat wasiat yang ditulis kakaknya, Komang Adi sebelum meninggal, Sabtu (30/4/2022). Foto: Agus Eka/detikBali
Gianyar - Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda, pembaca, merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Insiden gantung diri yang dilakukan Komang Adi Ariana di sebuah kamar kos di Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (26/4/2022), menyisakan cerita pelik. Terutama terkait maksud surat wasiat yang ditulis korban sebelum gantung diri di balik pintu kamar kos.

Keluarga mendiang di Banjar Eha, Desa/Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, masih memendam pertanyaan, mengapa Komang bisa berbuat senekat itu.

Pihak keluarga masih belum mengerti persoalan apa yang mendera Komang sehingga berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

Di sisi lain, keluarga sangat yakin bahwa pemuda 21 tahun itu tak terjerat urusan asmara dalam peristiwa ini.

Adik Komang, Ketut Rian Saputra masih menyimpan surat yang ditemukan polisi saat olah TKP itu sebagai kenang-kenangan.

Ia mengaku tak percaya surat itu ditulis kakaknya.

"Tapi setelah dibandingkan, saya sudah cek-cek tulisan lain di buku lain. Memang dia (Komang) yang nulis," ungkap Ketut Rian sambil menunjukkan surat itu kepada detikBali di rumahnya di Tampaksiring, Gianyar, Sabtu (30/4/2022) sore.

Terkait maksud pesan surat itu, Rian sudah merenunginya berkali-kali namun tetap tak menemukan jawaban pasti. Ia dan ibunya, Kadek Darmini juga tak mau mengira-ngira.

"Saya juga kurang tahu karena dia jarang bicara. Tapi saya yakin kalau masalah serius sama siapa, termasuk keluarga tidak ada," imbuhnya.

Rian menuturkan, Komang Adi memang tinggal sementara di Denpasar dengan menumpang di rumah pamannya.

Sudah lima bulan Komang bekerja sebagai pengantar barang di salah satu toko oleh-oleh khas Bali. Ia biasanya pulang kampung di Tampaksiring ketika ada upacara agama.

Komang Adi dikenal orang yang irit bicara sejak kecil. Hal itu dirasakan ibu maupun adiknya. Jika ada yang perlu dibicarakan, barulah Komang mau berbicara.

"Kakak saya ini pendiam. Jarang mau terbuka kecuali sama (orang) yang memang sudah dekat sama dia," ucap Rian.

Sementara itu, ibu korban, Kadek Darmini, masih terpukul atas kejadian itu. Dia tak menyangka putra ketiganya meninggal dengan cara tragis.

Sebelum kabar duka itu diterimanya, Darmini sudah curiga saat iparnya alias paman korban menelepon ke Tampaksiring.

Sang paman justru menanyakan kabar Komang Adi ke Darmini dan mengira korban pulang kampung. Wanita yang sehari-hari bertani ini kaget karena Komang tak pernah cerita akan pulang. Ia pun berinisiatif menelpon Komang berulang kali, namun kerap tak mendapat respons.

"Waktu itu saat telpon (Komang) tidak diangkat. Saya suruh adiknya cek di HP dibilang on di WA. Jadi waktu itu tidak ada rasa curiga. Berpikir positif, mungkin (mendiang) sedang sibuk," ujar Darmini.

Mengenai isi pesan surat yang ditulis Komang Adi, Darmini juga enggan memastikan. Ia mengaku sudah pasrah dengan apa yang terjadi saat ini. Meski begitu, Darmini meyakini apa yang dilakukan putra ketiganya itu murni karena masalah pribadi.

Darmini mengakui, Komang anak yang sensitif, pendiam, namun bersikap ambisi untuk bisa menyelesaikan sesuatu.

"Anak saya ini memang selalu bercita-cita apapun harus terwujud. Saya cuma kecewa saja. Dia sempat bilang sayang keluarga, tapi kenapa dia malah meninggalkan," ungkap sang ibu dengan mata berkaca.

Seperti diberitakan sebelumnya, Komang Adi Ariana sengaja menyewa kamar kos khusus selama sehari di wilayah Desa Ungasan, Badung seharga Rp 100.000 per hari. Komang mengaku saat itu akan mengunjungi keluarga di Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung.

Pemilik kos, Ketut Adhi Yoga menjelaskan kepada polisi, korban baru membayar indekos selama satu hari pada Senin (25/4/2022) dan seharusnya check out pada Selasa (26/4/2022). Karena tak kunjung ada informasi check out, pemilik kos menyambangi kamar Komang.

Saat itu, pemilik kos masih melihat ada sepeda motor dan mengira korban akan lanjut kos. Bukannya tenang, pemilik kos mulai bertanya-tanya karena melihat seutas tali tambang hijau terikat di ventilasi.

Pemilik kos kaget melihat korban sudah tewas tergantung di balik pintu yang tidak dikunci.


(kws/kws)

Hide Ads