Penularan antraks yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul, DIY, menimbulkan banyak sorotan. Tradisi brandu, menyembelih ternak yang sekarat atau mati lalu dikonsumsi dagingnya, disebut-sebut sebagai biang kerok penularan antraks. Apa sebenarnya tradisi brandu itu?
Dosen Fakultas Peternakan UGM, Nanung Danar Dono, Ph.D. mengatakan tradisi brandu awalnya muncul untuk meringankan beban warga yang kehilangan ternak karena mati.
"Yang namanya ternak bagi warga masyarakat seperti di Gunungkidul itu seperti tabungan hidup. Satu sapi dewasa kira-kira Rp 20 juta, yang bagus Rp 25 juta. Tapi kalau kemudian sapinya mati maka tiba-tiba dia kehilangan uang Rp 20 juta," kata Nanung saat dihubungi wartawan, Rabu (20/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nanung melanjutkan, saat ternak itu mati, artinya warga tersebut kehilangan tabungan. Oleh karena itu para tetangga mencoba meringankan bebannya dengan memberikan sumbangan berupa uang.
"Ini kan susah, maka tetangga-tetangganya pada urunan, untuk ngenteng-ngentengke (meringankan beban) perasaannya itu urunan. Kemudian uangnya dikumpulkan, diberikan kepada orang yang kehilangan sapi," ucapnya.
Dalam perkembangannya, ujar Nanung, muncul ide untuk membagikan daging ternak yang sudah mati itu. Terutama diberikan ke warga yang memberikan sumbangan.
"Sampai di situ (meringankan beban) bagus, tapi kemudian sayangnya kok ada ide untuk memakan, jadi daging bangkai sapinya itu dipotong-potong dan dibagi ke tetangga terutama yang brandu, yang ikut kasih (uang) itu. Padahal itu daging sapi bangkai," kata dia.
Daging bangkai yang dikonsumsi tentu berisiko. Bahkan menyembelih hewan yang sakit juga memiliki risiko tinggi untuk kesehatan.
"Kalau ada hewan sakit itu tidak boleh disembelih. Harus dicek dulu sebelum disembelih untuk memastikan itu sakit apa," jelas Nanung.
"Antraks ini sangat menular dan risiko terburuknya bisa kematian," sambung dia.
Nanung mengatakan, sebaiknya peternak tidak memotong hewan yang sakit atau mengkonsumsi hewan yang sudah menjadi bangkai.
"Daging bangkai tidak boleh dikonsumsi, karena matinya karena zoonosis, bisa menular ke manusia. Tahun lalu di Semanu (Gunungkidul) ada 11 orang tertular dan satu orang meninggal," ucap Nanung.
Dia menyarankan agar hewan yang sakit sebaiknya diisolasi untuk diobati hingga betul-betul sehat. Jika ada hewan mati dan diduga terkena antraks, sebaiknya langsung dikubur atau dikremasi di lokasi.
"Jika tidak ada alat kremasi, maka dikubur saja, ditimbun lalu disemen tidak boleh dibongkar selamanya karena spora sangat awet. Penting ada literasi dan edukasi agar kasus seperti ini tidak terulang kembali," ujarnya.
Nanung juga menyarankan agar hewan yang mati tidak dipindah ke tempat lain. Jika hewan mati itu mengeluarkan darah dan tercecer, maka penyakitnya akan menyebar di sepanjang jalan.
"Jika dipindah, besar kemungkinan spora tercecer ke mana-mana," jelasnya.
Brandu Menurut Sosiolog UGM
Sementara itu, Sosiolog UGM Derajad Sulistyo Widhyarto mengatakan tradisi brandu tak lepas dari faktor sosial ekonomi masyarakat pedesaan. Yakni, ada dorongan untuk mempertahankan nilai ekonomi dari ternak yang mati.
"Kalau itu ada hubungan dengan hewan ternak ya itu ada nilai ekonomis di situ. Nilai ekonomisnya mereka sayang, eman," kata Derajad.
Dia bilang, sapi atau ternak merupakan aset bagi masyarakat Jawa. Contohnya, ternak akan dijual untuk kebutuhan tertentu.
"Ketika ternak itu aset, dalam tradisi mereka harga ternak itu mahal, otomatis mereka berusaha memelihara dengan baik. Karena tujuannya nanti akan dijual untuk menikahkan anak misalnya," jelasnya.
Konsep itu yang membuat masyarakat merasa rugi jika ternaknya terkena penyakit tertentu.
"Konsep ketika mereka menganggap timbangannya (daripada) rugi dan kemudian memakannya itu kan bagian dari orientasi untung dan rugi. Artinya tradisi itu meneguhkan cara berfikir untung rugi masyarakat. Dalam hal ini ternak sebagai aset mereka," kata Derajad.
(dil/rih)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi