Cegah Kasus Antraks, Pemda DIY: Setop Tradisi Brandu!

Cegah Kasus Antraks, Pemda DIY: Setop Tradisi Brandu!

Dwi Agus - detikJogja
Selasa, 19 Mar 2024 13:28 WIB
Jogja -

Sekretaris Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (Sekda DIY) Beny Suharsono menegaskan pihaknya melarang tradisi porak dan brandu hewan ternak yang sakit atau mati mendadak. Hal itu untuk mencegah penyebaran penyakit, termasuk antraks.

Pernyataan Beny ini menyikapi masih maraknya budaya porak dan brandu di masyarakat. Terbaru, muncul kasus antraks di Kapanewon Prambanan, Sleman, dan Kapanewon Gedangsari, Gunungkidul. Tak hanya menular ke hewan ternak, warga pengonsumsi daging juga positif antraks.

"Dilarang ya jelas, tapi kan masih kita akui, kemarin terjadi, tahun kemarin terjadi dan sekarang terjadi. Ini yang menjadi perhatian kami," tegas Beny saat ditemui wartawan di Kantor DPRD DIY, Kota Jogja, Selasa (19/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beny menegaskan antraks wajib menjadi perhatian semua pihak, termasuk masyarakat, khususnya para pemilik ternak. Hal ini karena potensi penularan bisa terjadi kapan saja.

Terkait kasus terbaru, Beny menuturkan ada satu warga positif antraks. Selain itu juga sejumlah hewan ternak juga terindikasi antraks. Setidaknya ada satu ekor sapi dan enam ekor kambing yang mati mendadak di kawasan perbatasan Kabupaten Sleman dan Gunungkidul tersebut.

ADVERTISEMENT

"Angka kasus kemarin satu, tapi hasil lab belum turun untuk yang meninggal, karena seminggu kemudian meninggal. Apakah suspek antraks tapi kalau runutan yang mengonsumsi itu. Kalau sapi satu, lalu kambingnya enam," paparnya.

Sebagai antisipasi jangka pendek dan panjang, pihaknya tetap mengutamakan penguatan literasi dan edukasi. Dia meyakini bahwa budaya porak dan brandu masih sangat masif. Terutama bagi pemilik ternak yang nekat menyembelih dan membagikan daging hewan ternak yang sakit.

Porak dan brandu masih menjadi salah satu kebiasaan di Kabupaten Gunungkidul. Di mana warga menyembelih hewan ternaknya yang sedang sakit maupun sekarat. Setelahnya, daging ternak akan dibagikan atau diperjualbelikan dengan harga khusus kepada warga lainnya.

"Antisipasi antraks itu sudah dilakukan lintas sektor antardinas. Kasus terbaru oleh Provinsi, Sleman, dan Gunungkidul dan melibatkan instansi Veteriner untuk melakukan edukasi literasi bahwa porak brandu tidak boleh dilakukan," ujarnya.

Lebih lanjut, Beny juga telah memberikan instruksi kepada instansi terkait agar ada pencegahan saat memasuki musim potensi ternak sakit. Harapannya kejadian serupa tidak selalu terulang setiap tahunnya.

"Ada ritme musim penularan terjadi dan sudah minta kedua wilayah lakukan vaksinasi lalu isolasi tempat. Jika ada kasus, maka (bangkai ternak) dikubur dengan benar karena ada potensi penularan ke manusia," katanya.

Dia juga meminta agar masyarakat mau melaporkan jika ada hewan ternak yang mati. Sebagai antisipasi, pihaknya juga mendorong adanya pengawasan oleh tokoh lingkungan sehingga mampu mengingatkan, bahkan memberikan edukasi, dan literasi tentang bahaya antraks.

"Bersama, ini sudah dilakukan dan kondisi sudah melanda dan harapannya masyarakat kalau ada ternak mati dilaporkan segera, jangan malah porak atau brandu," pesannya.

(rih/ams)

Hide Ads