Legenda Sendang Kasihan dan Karamah Sunan Kalijaga

Legenda Sendang Kasihan dan Karamah Sunan Kalijaga

Anandio Januar, Elisabeth Meisya, Jihan Nisrina Khairani - detikJogja
Senin, 15 Jan 2024 17:06 WIB
Konon di Sendang Kasihan ini Ki Ageng Mangir bertemu dengan anak Panembahan Senopati, Putri Pembayun dan jatuh hati.
Sendang Kasihan konon menjadi saksi pertemuan Ki Ageng Mangir dengan putri Panembahan Senopati, Roro Pembayun dan jatuh hati. (Foto: Anandio Januar/detikJogja)
Bantul -

Sendang Kasihan di Bantul konon menjadi awal mula kisah Ki Ageng Wanabaya atau Ki Ageng Mangir dengan putri Panembahan Senopati, Roro Pembayun. Sendang yang konon ditemukan Sunan Kalijaga ini juga menyimpan banyak mitos. Seperti apa kisahnya?

Dalam kisah sejarah, Sendang Kasihan merupakan tempat mandinya Roro Pembayun sebelum bertemu dengan Ki Ageng Mangir. Kisah ini merupakan rangkaian kisah asmara putri Kerajaan Mataram dengan Ki Ageng Mangir Wanabaya.

Kisah ini berawal dari upaya Panembahan Senopati untuk menaklukkan tanah perdikan yang dikuasai Ki Ageng Mangir. Dalam upaya menguasai tanah Mangir, Panembahan Senopati disebut mengutus putrinya untuk menaklukkan hati Ki Ageng Mangir yang memiliki tombak sakti bernama Tombak Baru Klinting.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan ketangguhan dan kesaktian Ki Ageng Mangir Wonoboyo, pemikiran Panembahan Senopati, Raja Mataram waktu tempo dulu, khawatir kalau sosok Mangir mau menjatuhkan kewibawaannya Mataram. Rasa waswas mau memberontak ke Mataram. Ketakutan Raja Mataram Panembahan Senopati, sementara Panembahan Senopati mau datang ke Mangir mikir dua kali, tidak ada suatu keberanian karena Ki Ageng Mangir punya pusaka yang namanya Tombak Baru Klinting," jelas pengelola Sendang Kasihan, Yudaryanto (53), saat ditemui detikJogja, Selasa (12/12/2023).

"Akhirnya cari cara untuk menyingkirkan Ki Ageng Mangir bahkan kalau bisa membunuhnya. Dibuatlah rantai emas, yang dijadikan rantai emas anaknya sendiri. Roro Pembayun dijadikan umpan sebagai tugas kerajaan Mataram jadikan seorang penari ledek untuk memikat Ki Ageng Wonoboyo," tambah pria yang karib disapa Yudi ini.

ADVERTISEMENT

Yudi mengisahkan, penasihat Panembahan Senopati, Juru Mertani Patih Mandoroko menganjurkan Roro Pembayun mandi di Sendang Kasihan. Setelahnya, Putri Pembayun dipersilakan menggelar pertunjukan ledek untuk memikat Ki Ageng Mangir.

"Di saat Pembayun melakukan pertunjukan ngenger tersebut, dilihatlah Pembayun oleh Ki Ageng Mangir Wonoboyo. Melihat kecantikan kemolekannya, Ki Ageng Mangir Wonoboyo senang dan memiliki rasa untuk memiliki penari ini. Akhirnya ditanya penari oleh si Mangir, kamu itu dari mana anaknya siapa. Pembayun membohongi, 'saya anaknya Mbok Rondo Kasihan', dan terjadilah suatu hubungan," tutur Yudi.

Padusan jelang Ramadan di Sendang Kasihan, Kabupaten Bantul, Minggu (5/5/2019).Sendang Kasihan, Bantul, juga sering menjadi tempat padusan jelang Lebaran. Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom

Seiring berjalannya waktu Roro Pembayun akhirnya benar-benar jatuh hati dengan Ki Ageng Mangir. Roro Pembayun pun mengaku jika dia merupakan putri dari Panembahan Senopati. Ki Ageng Mangir akhirnya berniat sowan untuk meminta restu kepada ayahanda Pembayun.

Nahas, saat Ki Ageng Mangir sujud meminta restu, kepalanya justru dibenturkan ke batu dan akhirnya meninggal. Maka, tercapailah keinginan Panembahan Senopati untuk membunuh Ki Ageng Mangir Wonoboyo dengan cara mengumpankan putrinya menjadi rantai emas.

Mitos Sendang Kasihan

Dari kisah Roro Pembayun dan Ki Ageng Mangir ini muncul beberapa mitos terkait Sendang Kasihan. Salah satunya yakni mandi di Sendang Kasihan diyakini bisa memberikan pengasihan.

"Cerita sendang ini kan terkenal dengan namanya yaitu Sendang Pengasihan. Pengasihan dalam artian luas kompleks, apalagi mengandung nilai sejarahnya. Dikatakan bahwa sumber mata air ini ditemukan oleh Sunan Kalijaga berarti ada karamahnya," tutur Yudi.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Yudi menuturkan, banyak orang yang datang ke sendang dengan beragam tujuan. Misalnya, perempuan yang sial jodoh, harapannya ia membersihkan diri dan berharap segera bertemu dengan jodohnya.

Tidak hanya menjadi pembawa pengasihan, air di Sendang Kasihan juga konon membuat untuk awet muda. Sebab, kondisi fisik air sendang ini bagus.

"Pernah dicek dari UGM, UIN, pH-nya 7, bagus. Terus ada tamu sendang itu dia mengelola air minum juga punya alatnya dicek. Dia turun jam 04.00 WIB, siangnya coba iseng ngetes, habis ngetes telepon saya, mas airnya sendang bagus sekali pH-nya 8. Jadi secara fisik bagus kandungan mineralnya tinggi keasamannya rendah," cerita Yudi.

"Tokoh-tokoh banyak yang pernah datang. Paramitha 4 kali ke sini, Dian Sastro, Nicholas Saputra, banyak tokoh-tokoh. Dari Batam, Kalimantan banyak. Pejabat banyak, dulu waktu sebelum saya di sini, keluarga Pakualaman, keluarga Mangkunegaran, HB IX, HB VIII banyak," tambahnya.

Asal Usul Nama Sendang Kasihan

Sendang Kasihan ini konon merupakan sendang yang ditemukan Sunan Kalijaga. Nama sendang ini berasal dari kisah Sunan Kalijaga yang merasa iba kepada seorang emak-emak dan bermunajat doa hingga muncul sumber mata air.

"Nama Sendang Kasihan itu, jadi Mbok Rondo tadi cari air jauh sekali sungai itu. Kemudian Sunan Kalijaga iba kasihan melihat Mbok Rondo, kasihan. Kata-kata kasihan itu akhirnya kan besok tekan ajining zaman tak beri nama Sendang Kasihan," ujar Kepala Bidang Warisan Budaya Disbud Bantul, Risman Supandi.

Risman menyebut saat ini Sendang Kasihan sudah masuk dalam salah satu cagar budaya.

"Kenapa ditetapkan sebagai struktur? Jadi berdasarkan Pasal 5 UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya bahwa benda bangunan atau struktur dapat diusulkan sebagai cagar budaya apabila memenuhi kriteria," jelas Risman.

Pohon soko temanten di Sendang Kasihan BantulPohon soko temanten yang berusia tua di Sendang Kasihan Bantul Foto: Anandio Januar/detikJogja

Kisah yang sama juga dituturkan pengelola Sendang Kasihan, Yudaryanto (53). Dia menyebut Sendang Kasihan ditemukan saat Sunan Kalijaga mengembara dan bertemu dengan seorang perempuan.

"Waktu Sunan Kalijaga dalam pengembaraanya berkelana sampai di lokasi tempat ini, bertemu dengan sosok wanita seperempat tua yang sedang mencari air, membawa kendi. Ditanya orang tua itu sama Sunan Kalijaga mau ke mana, namanya siapa. Orang tua itu mengaku bernama Mbok Rondo Kasihan yang mau mencari air. Dengan bertemunya Sunan Kalijaga dan Mbok Rondo Kasihan mencari air, beliau bermunajat berdoa di tempat ini sambil menancapkan tongkat. Setelah bermunajat doa dan tongkat dicabut bekas tancapannya timbul sumber mata air," jelas Yudi sapaan karibnya.

Selain sumber mata air, ditemukan dua arca di sisi timur setelah pintu masuk Sendang Kasihan. Kedua arca tersebut adalah arca Ganesha dan Resi Agastya.

"Terus di sana ada dua arca, Ganesha sama Resi Agastya. Arca Ganesha dari agama Hindu, kan dewa pengetahuan. Ada Resi Agastya kan gurunya guru, Maha Guru," ujar Yudaryanto yang sering disapa Yudi.

"Arcanya ini yang saya dengar dulu kan sendang ini kecil dan diperlebar. Nah dulu waktu diperlebar ditemukan itu," tambahnya.

Kemudian di samping arca tersebut terdapat pohon Soko Temanten. Konon, pohon tersebut sudah langka dan berusia tua.

"Pohon Soko Temanten pohon yang paling tua. Menurut simbah, pohon Soko Temanten itu yang menanam Sinuwun yang pertama, Sultan pertama Jogja," tutur Yudi.

Halaman 2 dari 2
(ams/dil)

Hide Ads