Kisah Syekh Surbakti Membuka Alas Mentaok dan Bertarung Melawan Jin

Kisah Syekh Surbakti Membuka Alas Mentaok dan Bertarung Melawan Jin

Nur Umar Akashi - detikJogja
Senin, 15 Jan 2024 14:53 WIB
Ilustrasi hutan bambu.
Ilustrasi Alas Mentaok. Foto: kazuend/Unsplash
Jogja -

Untuk warga Jogja, nama Alas Mentaok pasti sudah tak asing lagi. Pasalnya, lokasi hutan ini kemudian menjadi wilayah Kerajaan Mataram Islam. Oleh karena itu, wajar jika kisah pembukaan hutan ini menjadi salah satu cerita rakyat Jogja.

Konon Alas Mentaok dikenal sebagai hutan yang angker. Berbagai hewan buas dan tanaman beracun dikabarkan dapat dijumpai di dalamnya. Tak luput, cerita soal jin dan makhluk-makhluk gaib yang turut membuat suasana semakin mencekam.

Pada masa Sultan Agung, pembukaan Alas Mentaok yang telah dimulai sejak pemerintahan Panembahan Senopati dilanjutkan kembali. Salah satu nama penting dalam kisah pembukaannya adalah Syekh Surbakti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, bagaimana kisah Syekh Surbakti ketika membuka Alas Mentaok? Yuk, simak kisahnya berikut ini yang disadur dari buku Antologi Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Dhanu Priyo Prabowo.

Wafatnya Para Pembuka Lahan Alas Mentaok

Suatu hari, suasana di Balai Penghadapan Istana Plered tampak murung. Sultan Agung dan para punggawa kerajaan tengah memikirkan nasib para pekerja pembuka lahan.

ADVERTISEMENT

Kabarnya, ketika sedang membuka wilayah selatan Alas Mentaok, banyak pekerja yang hilang dan tewas. Hal ini menjadi kekhawatiran Sultan Agung. Ia takut nantinya tidak akan ada lagi orang yang mau membuka hutan angker tersebut.

Terlebih, saat itu, sudah banyak orang yang menolak untuk membuka Alas Mentaok. Mereka takut akan hilang atau tewas ketika berada di hutan tersebut.

Para punggawa Mataram Islam lalu menyarankan untuk berkonsultasi dengan Syekh Surbakti, seorang ulama yang sangat berilmu. Syekh Surbakti bersedia membantu dan ingin bertemu dengan Sunan Kalijaga terlebih dahulu.

Syekh Surbakti Pergi Menuju Alas Mentaok

Sebelum berangkat, Syekh Surbakti menemui gurunya terlebih dahulu, Sunan Kalijaga. Usai mendengar masalah yang dihadapi masyarakat Mataram, Sang Sunan menyarankan untuk menjalankan tapa di tempat hilangnya para pekerja tersebut.

Sunan Kalijaga yakin, bahwa yang sedang dihadapi para kawula Mataram adalah sosok jin penunggu. Tak luput, Sunan Kalijaga memberi Syekh Surbakti Cambuk Kiai Jepun untuk dipergunakan. Setelah mendengar petuah gurunya, berangkatlah Syekh Surbakti ke Alas Mentaok.

Syekh Surbakti dan Jagarumeksa

Ketika sampai, bau darah dan mayat-mayat yang tergeletak menjadi sambutan panas yang dihadirkan Alas Mentaok untuk Syekh Surbakti. Sang ulama lalu memulai pertapaannya. Ia memohon kepada Tuhan agar diberikan kekuatan untuk menyelesaikan tugas dari Sultan Agung tersebut.

Tak seberapa lama, bertiuplah angin kencang. Pepohonan bergerak-gerak dengan kencangnya. Syekh Surbakti merasakan ada jin yang sedang bergerak menuju arahnya.

Tatkala membuka mata, Syekh Surbakti melihat sesosok jin yang mengerikan. Tinggi besar dan menakutkan. Matanya merah menyala. Lidahnya terjulur layaknya orang kehausan.

Jin tersebut berteriak mempertanyakan kehadiran Syekh Surbakti di tempat tersebut. Dengan tenang, sang ulama menjawab bahwa dirinya adalah utusan Sultan Agung.

Jin tersebut kemudian menjawab dengan angkuh bahwa dirinya bernama Jagarumeksa. Ia telah tinggal di hutan tersebut selama ratusan tahun bersama rakyatnya.

Pertarungan Syekh Surbakti dengan Jagarumeksa

Jagarumeksa mengaku bahwa dirinyalah yang telah memakan para pembuka lahan yang hilang. Ia juga meminum darah korban-korban tersebut. Hal tersebut dilakukannya karena kesal dengan sikap para pembuka lahan yang seenaknya membuka Alas Mentaok.

Syekh Surbakti lantas memperingatkannya. Ia berkata bahwa jin dan alam semesta diciptakan untuk manusia. Syekh Surbakti juga menuntut Jagarumeksa agar patuh padanya.

Mendengar penuturan tersebut, Jagarumeksa menjadi marah. Ia menghentakkan kakinya di bumi sehingga seperti bergetar. Dalam sekejap mata, Syekh Surbakti sudah dikelilingi oleh banyak jin menakutkan.

Tak cukup dengan adu mulut, pecahlah pertarungan antarkeduanya. Syekh Surbakti menggunakan Cambuk Kiai Jepun dari Sunan Kalijaga yang ampuh. Sekali terkena, jin-jin itu akan jatuh dan tak mampu berdiri lagi.

Tidak terkecuali Jagarumeksa, ketika tersambar Kiai Jepun, ia terjerembab dan tak dapat bangkit lagi. Ia lantas meminta belas kasih Syekh Surbakti dan berjanji menuruti segala keinginannya.

Syekh Surbakti, Alas Mentaok, dan Desa Sulang

Syekh Surbakti kemudian bersedia menyembuhkan Jagarumeksa dan anak buahnya dengan satu syarat. Syaratnya adalah seluruh jin di tempat tersebut harus pergi ke Sungai Winongo.

Setelah disembuhkan, para jin tersebut segera berangkat pergi. Di sisi lain, Syekh Surbakti bertolak menuju Istana Plered untuk menghadap Sultan Agung.

Mendengar laporan Syekh Surbakti, Sultan Agung lantas mengangkatnya sebagai pimpinan pembukaan Alas Mentaok. Syekh Surbakti kemudian mengajak tiga keluarga dari Kulon Progo untuk membantunya.

Ketiganya adalah keluarga Kiai Wanaraya, Kiai Mendhung, dan Kiai Gemak. Semuanya adalah orang-orang sakti dan pilih tanding. Singkat cerita, pembukaan Alas Mentaok kemudian berlangsung dengan lancar.

Sebuah desa pun berdiri di tempat tersebut. Desa tersebut dinamai Sulang yang merupakan singkatan kesusu ilang (tergesa-gesa hilang). Sekarang, Desa Sulang ada di wilayah Kabupaten Bantul, tepatnya di bagian sebelah utara Pantai Parangtritis.

Demikianlah kisah pembukaan Alas Mentaok oleh Syekh Surbakti. Yuk, lestarikan cerita-cerita rakyat dengan membagikannya! Semoga bermanfaat, ya!




(cln/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads