Sunan Kalijaga merupakan salah satu dari Walisongo. Ia adalah sosok yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Penasaran dengan biografi Sunan Kalijaga?
Meski menjadi sosok penting dalam penyebaran Islam di Jawa, pemilik nama asli Raden Mas Said ini misterius. Pasalnya, waktu kelahiran hingga kematiannya masih menjadi misteri dan menimbulkan perbedaan pendapat pada beberapa kalangan.
Dalam kesempatan ini, detikJateng akan membagikan biografi singkat Sunan Kalijaga yang dirangkum dari buku Sunan Kalijaga dan Mitos Masjid Agung Demak karya Dr. Fairuz Sabiq, M. S. I.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biografi Sunan Kalijaga
1. Kelahiran dan Silsilah Keluarga
Kelahiran dan silsilah keluarga Sunan Kalijaga masih menjadi misteri hingga saat ini. Ada beberapa pendapat yang beredar di masyarakat. Pertama, ada yang menyebut bahwa Sunan Kalijaga lahir sekitar tahun 1430-an, tapi tidak ada catatan yang jelas mengenai tempat dan tanggal kelahirannya.
Pendapat lain mengatakan bahwa ia lahir pada tahun 1450 dari keturunan Tumenggung Wilatikta. Mengenai silsilahnya, terdapat beberapa versi yang tersebar. Beberapa mengatakan bahwa Sunan Kalijaga berasal dari keturunan Tiongkok atau Arab. Sementara yang lain menyebutnya sebagai keturunan pribumi Jawa.
Sunan Kalijaga memiliki tiga orang istri, yaitu Dewi Saroh, Siti Zaenab, dan Siti Khafsah. Dari perkawinan tersebut, ia memiliki beberapa anak, tapi beberapa di antaranya tidak memiliki keturunan yang jelas.
Sunan Kalijaga hidup selama empat masa pemerintahan kerajaan, menunjukkan bahwa usianya melebihi 100 tahun. Perannya dalam pembangunan Masjid Agung Demak dan peran besar dalam pemerintahan Kesultanan Islam Demak menegaskan pentingnya peran Sunan Kalijaga dalam sejarah Islam di Indonesia.
2. Asal-usul Nama Sunan Kalijaga
Asal-usul nama Sunan Kalijaga masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan dan masyarakat. Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan asal mula nama tersebut. Pertama, ada yang menyebut bahwa nama 'Kalijaga' berasal dari sebuah desa di Cirebon yang diyakini menjadi tempat kelahiran Sunan Kalijaga.
Desa tersebut juga masih memiliki petilasan dan masjid yang terkait dengan sunan, serta dikenal dengan keberadaan banyaknya monyet, yang memiliki nilai sejarah, mitos, dan cerita mistik terkait dengan sunan dan penduduk setempat.
Kedua, terdapat teori yang mengatakan bahwa 'Kalijaga' merupakan pengucapan lokal dari kata Arab 'Qadhi Joko', yang berarti 'Hakim Joko'. Sunan Kalijaga dikenal sebagai salah satu walisongo yang menjadi qadhi di Demak, dan masyarakat Jawa sering menyebutnya sebagai 'Qadhi Joko' atau 'Qadhi Joko Said'. Ketidakfahaman dalam melafalkan kata Arab menyebabkan munculnya pengucapan 'Kalijaga'.
Terakhir, ada cerita yang menyebutkan bahwa nama 'Kalijaga' berasal dari peristiwa ketika Sunan Kalijaga akan menjadi murid Sunan Bonang. Dalam cerita tersebut, Sunan Bonang menancapkan tongkatnya di pinggir kali dan meminta Raden Said (Sunan Kalijaga) untuk menjaganya selama bertahun-tahun.
Istilah 'Jogo Kali' kemudian menjadi populer di masyarakat Jawa untuk merujuk kepada Raden Said. Akhirnya, ia dikenal dengan nama 'Kali Jogo' atau 'Kalijaga'.
3. Guru dan Murid Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga memiliki beberapa guru, antara lain Sunan Bonang, Syaikh Sutabaris dari Malaka, dan Sunan Gunung Djati. Dari mereka, Sunan Kalijaga memperoleh pengetahuan yang luas, mencakup berbagai aspek agama Islam mulai dari syariat, hakikat, hingga makrifat. Terdapat juga pandangan yang menyatakan bahwa Syaikh Siti Jenar juga termasuk di antara para guru Sunan Kalijaga.
Selain memiliki banyak guru, Sunan Kalijaga juga memiliki beragam murid yang memperluas pengaruh Islam di Jawa. Beberapa di antaranya adalah Sunan Muria di Kudus, Sunan Bayat di Klaten, Sunan Geseng di Solo, Ki Ageng Sela di Boyolali, dan Empu Sepa.
4. Ajaran dan Karya
Sunan Kalijaga merupakan tokoh sentral dalam perkembangan Islam di Jawa. Ia dikenal karena menyebarkan ajaran agama Islam melalui berbagai karya budaya dan sosial kemasyarakatan.
Salah satu karya pentingnya adalah Suluk Linglung dan Serat Dewa Ruci, yang mengandung nilai-nilai Islam tentang syariat, hakikat, dan makrifat. Melalui cerita dalam karya-karyanya, Sunan Kalijaga mengajarkan pentingnya memegang erat nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, Sunan Kalijaga juga mengajarkan nilai-nilai moral dan Islam melalui tembang-tembang seperti Lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul. Pesan-pesan dalam tembang tersebut mencakup pentingnya menjaga rukun Islam dan rukun Iman, menjaga kebersihan fisik dan spiritual, serta konsistensi dalam menjalankan ibadah seperti shalat lima waktu.
5. Peninggalan
Dalam menyebarkan Islam, Sunan Kalijaga selalu menghormati kearifan lokal dan simbol budaya yang sudah ada dalam masyarakat. Ia memadukan nilai-nilai Islam ke dalam budaya lokal dan simbol-simbol yang dianut oleh masyarakat, seperti pakaian tradisional, ukiran kayu, desain arsitektur pada masjid, penggunaan bedug di masjid, perayaan Grebeg Maulud, seni wayang kulit, musik gamelan, dan bahkan dalam struktur pemerintahan.
Itulah biografi Sunan Kalijaga, mulai dari kelahirannya hingga peninggalan-peninggalannya. Semoga bermanfaat!
(sto/apu)