Panglima TNI Jenderal Besar Sudirman pernah tinggal di rumah dinas TNI di kawasan Kotabaru, Jogja. Rumah dinas Jenderal Sudirman itu ternyata menjadi rute terakhir perang gerilya Jenderal Sudirman. Seperti apa kisahnya?
Lokasi rumah dinas Jenderal Sudirman itu berada di Jalan Suroto nomor 11, Kota Jogja. Kini bangunan rumah dinas Sudirman itu sudah beralih fungsi menjadi Kantor Dinas Pariwisata Kota Jogja.
Pamong Budaya Dinas Kebudayaan Kota Jogja Yunanto Eka Prabowo menjelaskan kawasan Kotabaru dulu merupakan permukiman Belanda. Beragam fasilitas berupa sekolah hingga gedung-gedung perkantoran, salah satunya rumah dinas Panglima TNI Jenderal Sudirman.
"Karena tahun 1948 ketika TKR (Tentara Keamanan Rakyat) itu mengumumkan (Jenderal) Sudirman menjadi panglima besar kan artinya juga mendapatkan rumah di situ juga," ucap Yunanto saat ditemui di Kantor Dinas Kebudayaan Jogja, Jumat (3/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yunanto menuturkan rumah dinas tersebut berdekatan dengan salah satu objek vital yakni pangkalan militer. Kini pangkalan militer itu menjadi Museum TNI AD Dharma Wiratama.
"Salah satu spot penting di Jalan Sudirman dan juga (Jalan) Suroto itu kan Museum TNI AD. Karena dulunya juga pangkalan militer, perlu didukung dengan rumah-rumah dinas. Salah satunya adalah rumah dinas (Jenderal Sudirman) di Jalan Suroto nomor 11 itu," tutur Yunanto.
Selain sebagai rumah tinggal, kediaman ini sering digunakan tokoh militer pada masa itu untuk berdiskusi.
"Itu salah satu rumah dinas yang besar ya di Kotabaru, beberapa tokoh pernah berdiskusi di situ. Pada waktu itu kalau rapat ya kemungkinan di kantor, kalau diskusi bisa di rumah itu," kata Yunanto.
Jadi Titik Terakhir Rute Perang Gerilya
Jenderal Sudirman diketahui melakukan perang gerilya setelah Agresi Militer II Belanda pada 19 Desember 1948. Kala itu Jenderal Sudirman melakukan perang gerilya selama tujuh bulan.
Selama perang gerilya itu, Jenderal Sudirman meninggalkan keluarganya di rumah tersebut. Pertimbangan keamanan diduga menjadi pertimbangan Jenderal Sudirman meninggalkan keluarganya di rumah dinas militer itu.
"Ketika Agresi Militer juga itu kan Sudirman memulai gerilya ke timur melewati rute selatan, selama 7 bulan juga meninggalkan keluarganya di Widoro (nama jalan sebelum berganti ke Jalan Suroto) karena jelas di situ lebih aman," ujarnya.
Saat perang gerilya Sudirman berakhir, rumah dinas itulah yang menjadi rute terakhir dan tempat pertama yang disinggahi.
"Waktu kembali (dari Perang Gerilya) ya rumah itu yang disinggahi pertama kali. Jadi rute (gerilya) terakhir Sudirman ada di rumah itu," jelas Yunanto.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Jadi Cagar Budaya
Saat ini, rumah dinas tersebut telah ditetapkan sebagai bangunan Cagar Budaya melalui Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.07/PW.007/MKP/2010. Selain itu, rumah dinas Jenderal Sudirman juga sudah beralih fungsi menjadi infrastruktur pemerintahan yaitu Dinas Pariwisata Kota Jogja.
"Jadi tahun 2010 sudah menjadi cagar budaya yang menetapkan adalah nasional," terangnya.
Dikutip dari situs Jogja Cagar Dinas Kebudayaan DIY, rumah itu ternyata juga pernah menjadi Kantor Departemen Luar Negeri semasa Ibu Kota Republik Indonesia pindah ke Kota Jogja dalam kurun waktu 1946-1950.
Terkini, rumah dinas Jenderal Sudirman telah beralih fungsi menjadi Kantor Dinas Pariwisata Kota Jogja sejak tahun 2017.
Artikel ini ditulis oleh Mahendra Lavidavayastama dan Galardialga Kustanto Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.
Komentar Terbanyak
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa
Catut Nama Bupati Gunungkidul untuk Tipu-tipu, Intel Gadungan Jadi Tersangka