Ternyata Ini Asal-usul Jalan di Minomartani Sleman Pakai Nama Ikan

Ternyata Ini Asal-usul Jalan di Minomartani Sleman Pakai Nama Ikan

Novi Vianita, Anandio Januar - detikJogja
Selasa, 26 Sep 2023 16:03 WIB
Nama-nama ikan yang jadi nama jalan di Minomartani Sleman. Foto diambil Selasa (19/9/2023).
Nama-nama ikan yang jadi nama jalan di Minomartani Sleman (Foto: Anandio Januar/detikJogja)
Sleman -

Penamaan jalan di Kelurahan Minomartani, Sleman, identik dengan nama ikan, mulai dari Jalan Lele, Mujair, Bandeng, hingga Jalan Gurameh. Lalu seperti apa kisah di balik penamaan jalan dengan nama ikan ini?

Sebagai informasi, dalam bahasa Jawa mino berarti ikan. Kelurahan Minomartani ini memiliki luas wilayah sekitar 153,5 hektare yang terbagi menjadi enam padukuhan, 18 RW dan 66 RT. Meski memiliki makna ikan, bukan berarti seluruh warganya bekerja di bidang perikanan ataupun tambak lho.

"Profesi penduduk secara garis besar adalah karyawan, yang sedikit itu di pertanian," ucap Kepala Urusan Tata Laksana Kelurahan Minomartani, Matahari Khatulistiwa, kepada detikJogja saat ditemui Selasa (19/9/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cerita soal penamaan ikan di kelurahan ini disampaikan Ketua RT 07 Dusun Ploso Kuning II, Ilham (59). Ilham mengisahkan kawasan Minomartani mulanya berupa kebun jambu biji. Namun, pada 1985 kawasan ini dibangun menjadi perumnas dan mulailah diberi penamaan ikan.

"Nama jalan menggunakan nama ikan cuma di perumnas, karena perumnas itu termasuk wilayah baru. Dulunya kebun jambu biji dan tahun 1985 ada proyek perumahan dan nama jalan atau gang dinamai nama-nama ikan diambil dari nama minomartani sendiri, mino. Sedangkan daerah kampungnya tidak memakai nama ikan," ujar Ilham.

ADVERTISEMENT

Hal senada disampaikan Ketua RT 26 Dusun Mladangan, Sutahar Amari (60). Amari menyebut nama ikan yang menjadi nama jalan tersebut erat kaitannya dengan kata mino yang dalam Jawa berarti ikan. Nama-nama tersebut diusulkan oleh PT Perumnas selaku pembangun perumahan yang kemudian disepakati Lurah kala itu yang bernama Busro.

"Di sini kan namanya Desa Minomartani, Minomartani itu kan nuansanya air. Maka rumah ini dibangun oleh PT Perumnas barangkali diidentikkan dengan nama Desa Minomartani, terus nama jalannya itu nama-nama ikan," ujar Sutahar kepada detikJogja.

Nama-nama ikan yang jadi nama jalan di Minomartani Sleman. Foto diambil Selasa (19/9/2023).Nama-nama ikan yang jadi nama jalan di Minomartani Sleman. Foto diambil Selasa (19/9/2023). Foto: Anandio Januar/detikJogja

"Siapa yang menamakan nama jalan, karena ini dibangun PT Perumnas mungkin otoritasnya dulu PT Perumnas berdiskusi dengan pihak desa. Lalu disepakati nama-nama jalan ini dengan nama ikan," sambungnya.

Sutahar mengenang Kelurahan Minomartani dulu banyak kolam kecil yang dibuat di sepanjang saluran irigasi dari Kali Klanduhan. Kolam kecil itu difungsikan untuk memelihara ikan seperti nila, gurame, dan lele. Namun, kini kolam itu sudah berkurang jumlahnya karena warga tidak lagi membudidayakan ikan.

"Kebetulan di sini juga banyak kolam, dulu lebih banyak tapi seiring dengan perkembangan wilayah dan perkembangan sumber daya manusianya sekarang sudah banyak yang meningkatkan diri, kuliah kemudian kerja di luar kota sehingga orang tuanya yang punya kolam sudah ditinggalkan," ujar Sutahar.

Selengkapnya ada Tugu Lele yang jadi tetenger.

Ikon Tugu Lele

Yang menarik dari Minomartani adalah keberadaan Tugu Lele di tengah jalan. Tugu Lele ini terletak di Jalan Plosokuning Raya.

Ketua RT 07 Dusun Plosokuning II, Ilham menyebut tugu ini sudah ada sejak 1979. Tugu ini sebagai monumen atau tetenger karena kala itu Minomartani memiliki sumber air yang melimpah dan banyak yang berbudidaya ikan.

"Dulu di sini ada banyak ikan sampai dibangun tugu lele sebagai ikon dari daerah ini. Dulu prakarsanya itu Pak Dukuh Dasiran, beliau yang merekayasa atau menjadi arsiteknya," jelas Ilham kepada detikJogja.

Nama-nama ikan yang jadi nama jalan di Minomartani Sleman. Foto diambil Selasa (19/9/2023).Tugu Lele di Jalan Plosokuning, Minomartani Sleman. Foto diambil Selasa (19/9/2023). Foto: Anandio Januar/detikJogja

Dia menerangkan lele dipilih karena bentuknya yang unik dan mudah dibuat. Dia menyebut Tugu Lele itu sering tersenggol kendaraan dan baru dua kali diperbaiki.

"Kenapa lele dijadikan ikon? Karena bentuknya unik, mudah dibuat, dan nilainya ekonomis. Lain dengan gurameh yang harganya mahal," terang Ilham.

Kini sumber air di Minomartani disebut sudah tak melimpah seperti dulu. Meski tak pernah banjir, daerah ini kini rawan kekeringan.

"Waktu itu sumber air di sini itu banyak dan melimpah, di Plosokuning utamanya. Tapi sekarang memang kekeringan dan banyak kolam yang habis," ucap Ilham.

Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar dan Novi Vianita Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.

Halaman 2 dari 2
(ams/dil)

Hide Ads