Terungkapnya Nestapa Transmigran Asal Sleman, Berebut Lahan di Perantauan

Terungkapnya Nestapa Transmigran Asal Sleman, Berebut Lahan di Perantauan

Tim detikJogja - detikJogja
Senin, 16 Jun 2025 07:14 WIB
Apa Dampak UU Rantai Suplai Uni Eropa bagi Petani Sawit?
Ilustrasi transmigran. Foto: DW (News)
Sleman -

Sejumlah keluarga korban erupsi Gunung Merapi di Sleman mengikuti program transmigrasi pemerintah. Bukannya memperoleh kehidupan yang lebih baik, lahan yang mereka terima di lokasi transmigrasi kini diserobot sebuah perusahaan perkebunan sawit.

Nestapa ibarat sudah jatuh tertimpa tangga itu diungkap oleh anggota Koisi XII DPR RI, Totok Daryanto. Legislator asal Jogja itu mendapat keluh kesah dari para transmigran saat berkunjung ke Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara pada pertengahan Mei lalu.

Saat itu dia bersama Komisi XII tengah melakukan sosialisasi kebijakan biomassa di Konawe Selatan. Saat itulah keluhan dari para transmigran asal Sleman itu didapatkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Totok, para korban erupsi Merapi itu berangkat ke Konawe Selatan pada 2011. Seharusnya mereka masing-masing memperoleh tanah garapan seluas 2 hektare sesuai perjanjian.

Hanya saja, pada kenyataannya tanah yang mereka peroleh untuk lahan garapan tidak seluas janji.

ADVERTISEMENT

"Keluhan terkait belum terpenuhinya hak atas lahan yang dijanjikan sejak penempatan mereka di UPT Arongo, Desa Laikandonga, Kecamatan Ranomeeto Barat, pada 28 November 2011. Warga menyatakan hingga kini mereka belum menerima lahan seluas dua hektare per keluarga sebagaimana tercantum dalam nota kesepahaman (MoU) dengan pemerintah," kata Totok ditemui wartawan di Sleman, Minggu (15/6/2025).

Permasalahan yang dihadapi oleh transmigran itu belum selesai. Beberapa tahun kemudian, sebagian lahan yang mereka garap diklaim oleh sebuah perusahaan perkebunan. Menurut Totok, warga sudah mengadu ke pemerintah tapi tidak ada solusi.

"Warga sudah mengadu tapi tidak ada penyelesaian," ujarnya.

Bahkan, semakin lama konflik dengan perusahaan itu semakin terbuka. Warga tidak berdaya menghadapi penyerobotan itu. Hal itu membuat para transmigran berpikiran untuk kembali pulang ke Sleman.

"Memang ada beberapa KK yang tidak tahan dan memutuskan untuk pulang. Kami tidak akan tinggal diam dan akan menyelesaikan masalah ini," ujarnya.

Kabar nestapa para transmigran itu juga sudah sampai ke Pemkab Sleman. Mereka menanggapinya dengan cukup serius.

Bahkan Bupati Sleman Harda Kiswaya berencana akan langsung terbang ke Konawe Selatan untuk mengatasi persoalan para transmigran itu.

"Selasa besok (Bupati Sleman) berangkat ke Konawe Selatan. Rabunya nanti kita rakor di Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan. Dari diskusi kemarin zoom memang kondisi yang ada, benar-benar dirasakan warga, dan sekilas dari kronologis, peristiwa penyerobotan itu benar-benar terjadi," kata Kepala Bagian Hukum Setda Sleman, Hendra Adi Riyanto.




(ahr/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads