Selain geblek, Kulon Progo juga punya sajian khas yang tak kalah kondang yaitu Kopi Suroloyo. Namun siapa sangka, merek kopi yang sudah mendunia ini rupanya dikembangkan oleh mantan cleaning service bernama Windarno.
Mas Win, begitulah pria 39 tahun itu biasa disapa. Perawakannya pendek, berkulit gelap, dan selalu nampak ceria. Sifatnya yang supel membuat warga Dusun Keceme, Kalurahan Gerbosari, Kapanewon Samigaluh, Kulon Progo ini mudah akrab dengan orang-orang baru.
Hal itu pula yang membuat Kedai Kopi Suroloyo milik Mas Win selalu ramai dikunjungi pembeli. Dalam sehari, kedai yang sudah berdiri sejak 2012 silam di kawasan Objek Wisata Puncak Suroloyo itu bisa melayani hingga 250 cangkir kopi per harinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehari kalau pas ramai kayak gini bisa 150 cangkir. Kalau biasa weekday ya kisaran 60-an. Kadang pas weekend bisa tembus 250 cangkir. Karena mayoritas yang ke sini pasti pesan double, minuman nonkopi sama tentunya Kopi Suroloyo," ungkap Mas Win saat ditemui detikJogja di Kedai Kopi Suroloyo, kawasan wisata Puncak Suroloyo, Samigaluh, Kulon Progo, Selasa (9/7/2024).
Mas Win dan Kopi Suroloyo memang dua entitas yang tak bisa terpisahkan. Berkat sosoknya, kopi yang semula hanya dikonsumsi kalangan lokal itu bertransformasi jadi merek besar buruan para pecinta kopi di Nusantara bahkan mancanegara.
Mas Win pula yang jadi penggerak para petani kopi di kawasan Suroloyo agar mengubah pola penjualan dari semula langsung dipasarkan dalam kondisi mentah menjadi wujud olahan. Langkah ini ditempuh agar petani bisa memperoleh harga jual yang lebih tinggi.
"Petani kopi di sini dulunya langsung menjual ke tengkulak ketika biji kopi masih hijau. Padahal kalau ijo itu dulu harganya cuma Rp 18 ribuan, nah kalau yang sudah diolah dalam artian sudah warna merah bisa Rp 30 ribuan ke atas, bahkan sekarang bisa tembus Rp 90 ribu," ucapnya.
"Sekarang memang masih ada yang jual langsung ke tengkulak, tapi tak sebanyak dulu. Ini juga berkat Peran Kelompok Tani Sido Rukun (Kelompok petani kopi Suroloyo) juga," imbuhnya.
Kopi Suroloyo sendiri telah mendapatkan peringkat 6 nasional dalam ajang kompetisi kopi nasional di Jakarta tahun 2014 dan 2018. Sementara Mas Win, pernah diganjar penghargaan dari Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Teten Masduki pada 2022. Penghargaan diberikan berkat kiprah Mas Win dalam pengembangan Kopi Suroloyo dan pemberdayaan masyarakat sekitar Suroloyo.
![]() |
Cleaning Service Banting Setir Jadi Petani Kopi
Perkenalan Mas Win dengan Kopi Suroloyo memiliki cerita tersendiri. Semua itu berawal ketika dirinya masih bekerja sebagai petugas kebersihan atau cleaning service di salah satu klinik kecantikan di Jogja pada 2009 silam.
"Awalnya itu dulu saya kan kerja di Natasha, bagian cleaning service punya Dokter Fredi," ungkap bapak tiga anak ini.
Bekerja jauh dari rumah mengharuskan Mas Win untuk ngekos. Namun, kehidupan di kosan justru membuat pola hidup Mas Win berantakan. Kesehatannya menurun akibat kerap mengonsumsi makanan yang serba instan, ditambah kegemarannya mengonsumsi kopi pabrikan.
Puncaknya, kesehatan Mas Win kian memburuk hingga harus dirujuk ke rumah sakit. Oleh dokter, ia divonis menderita asam lambung, maag, hingga peradangan.
"Saya pernah opname di RSUD Wates selama seminggu gara-gara asam lambung, maag, chikungunya hingga radang. Itu disebabkan karena kebanyakan makan instan dan kopi sachetan," ujarnya.
Setelah dinyatakan sembuh, Mas Win mendapat saran dari dokter tempatnya bekerja untuk mengubah pola hidup agar lebih sehat, termasuk dalam mengonsumsi minuman kegemarannya, kopi.
"Saya dikasih saran katanya Mas Win kalau mau bisa ngopi lagi kopinya yang sehat dan benar," ucapnya.
Dari situlah Mas Win mulai beralih ke kopi yang diolah secara manual. Di kala waktu senggang, Mas Win selalu menyempatkan diri untuk ke kedai kopi di seputaran Jogja. Mungkin hampir semua kedai kopi di Jogja waktu itu pernah ia coba.
"Nah 2009 saya mulai main ke coffe shop Jogja, tapi kan zaman segitu belum terlalu banyak ya, paling sering ke Blandongan. Pernah juga jauh-jauh ke Temanggung cuma buat ngopi," terangnya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Hampir setahun jadi penjelajah kedai kopi, Mas Win pun kepikiran untuk membuat kopi sendiri dengan bahan baku yang ada di sekitar tempat tinggalnya di Suroloyo. Kebetulan Mas Win memang punya kebun kopi peninggalan leluhurnya di sana. Di titik ini, Mas Win akhirnya resmi menjadi petani kopi.
"Sebenarnya orang tua punya kebun kopi di sini, tapi saya belum kepikiran buat ngolahnya. Nah akhirnya waktu itu saya nekat jadi petani kopi, terus mau ngolah sendiri kopi asli sini," ungkapnya.
"Jadi pada 2010, pas saya masih nyambi kerja, setiap hari Minggu kan pulang ya, nah waktu luang itu saya pakai buat ngolah kopi di sini. Akhirnya di tahun yang sama ada semacam LSM pertanian ke sini. Mereka bantu nyariin guru untuk belajar pengolahan kopi di sini dan kita diajarin banyak hal," imbuhnya.
Singkat cerita, Mas Win akhirnya berhasil membuat racikan Kopi Suroloyo. Kopi ini semula dipasarkan lewat kedai milik ibunya yang juga berlokasi di sekitar kawasan Objek Wisata Suroloyo.
Bersamaan dengan itu, Mas Win masih terus belajar bagaimana membuat racikan kopi yang baik. Dia bahkan pernah belajar langsung dengan praktisi Kopi Gayo hingga Lembaga Puslatkoka.
Berjalannya waktu, Mas Win memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya sebagai cleaning service untuk fokus mendalami dunia kopi. Dia juga sempat membuka kedai di wilayah Jogja pada 2011, tetapi hanya bertahan setengah tahun. Kemudian membuka kedai lagi di kawasan Suroloyo, pada 2012.
"2011 saya resign, dan buka kedai di Jogja. Namun hanya setengah tahun, karena cuma mau branding kopi Suroloyo. Kemudian tahun 2012, saya spekulasi bikin warung di sini. Apapun caranya saya upayakan. Nah berhubung ini kan tempat wisata, jadi banyak pembeli luar ke sini, saya telateni, ternyata mereka suka, dan balik lagi bawa tamu baru jadi pelanggan baru sampai sekarang," ucapnya.
![]() |
Sejak saat itu, perlahan namun pasti kiprah Mas Win dan Kopi Suroloyo mulai dikenal masyarakat. Banyak pecinta kopi yang penasaran dengan kopi ini karena punya cita rasa unik.
"Pembedanya itu Kopi Suroloyo punya rasa buah yang setiap tahun berubah-ubah. Pernah dulu saya waktu kompetisi nasional di Jakarta, bisa keluar rasa apel, padahal di sini nggak ada pohon apel. Terus tahun berganti rasanya juga beda lagi, ada rasa kaya banana (pisang), nangka, teh, bahkan strawberry. Hingga kini masih jadi misteri," ucapnya.
Mas Win juga beberapa kali didapuk sebagai pemateri dalam sejumlah kegiatan pelatihan tentang kopi yang digelar oleh lembaga akademik. Pada 2013, Mas Win bersama akademisi UGM ke Blitar, Jawa Timur untuk memberikan materi soal budi daya kopi kepada petani setempat. Dia juga yang menjadi guru bagi petani kopi di Nglinggo dan Tinalah, Kulon Progo.
Kopi Suroloyo sendiri mulai dipasarkan ke berbagai daerah. Bahkan, beberapa kali dibawa hingga mancanegara.
"Paling jauh pernah ke Jerman dan Belanda. Selain itu juga sering dibawa acara gowes (sepeda) sampai Arab, Cina hingga Dubai. Karena kebetulan ada goweser dan atlet sepeda Jogja jadi pelanggan kami, dan sering bawa Kopi Suroloyo untuk promosi ke luar negeri," ujar Mas Win.
Mas Win pun berharap pamor Kopi Suroloyo dan kopi-kopi lainnya di Indonesia bisa tetap terjaga. Menurutnya kopi Indonesia merupakan warisan luhur yang jadi incaran bangsa lain sehingga harus dipertahankan.
"Harapannya kalau saya tetap kunci utama jaga kualitas cita rasa kopi Indonesia. Karena kopi Indonesia di mana pun dan kapan pun tetap jadi incaran dunia, karena memang dikenal enak," ujarnya.
Dia juga berpesan kepada seluruh petani kopi di Indonesia agar jangan malu menekuni pekerjaan ini. Tanpa adanya petani kopi, dunia perkopian di Indonesia tidak akan berjalan.
"Terus untuk teman-teman petani jangan pernah malu jadi petani. Karena petani kopi tidak pernah ada habisnya, sebab penikmat kopi semakin tahun bertambah. Jadi intinya ojo gengsi dadi petani," harapnya.
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas