Dijuluki 'Profesor Pisang' Meski Lulusan SD, Ini Kisah Inspiratif Mbah Lasiyo

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Rabu, 03 Apr 2024 16:00 WIB
Foto: Lasiyo, 'profesor pisang' dari Bantul saat menunjukkan bibit pisang di penangkarannya pada Rabu (3/4/2024). (Pradito Rida Pertana/detikJogja)
Bantul -

Lasiyo Syaifudin (72) atau Mbah Lasiyo, begitu dia disapa, bukan sekadar lansia asal Padukuhan Ponggok, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Bantul. Dia menerima julukan 'Profesor Pisang' karena keberhasilannya dalam pembibitan pisang.

Bagaimana ceritanya Mbah Lasiyo bisa menerima predikat tersebut meski dirinya hanya lulusan Sekolah Dasar (SD)?

Kakek murah senyum ini menceritakan bahwa awalnya melakukan usaha bertani sejak tahun 1996. Namun, saat itu Lasiyo bukan petani pisang, melainkan petani yang menanam padi, jagung, kedelai, kacang, cabai, terong maupun tomat.

"Seiring berjalannya waktu, tepatnya pasca gempa bumi Mei 2006, saya baru merasakan bahwa budi daya tanaman pangan di sawah itu sangat kurang sekali. Karena banyak petani hampir putus asa atau murung," katanya saat ditemui di kediamannya, Ponggok, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul, Rabu (3/4/2024).

"Bahkan sekitar dua tahun lahan pertanian itu dibiarkan atau tidak digarap. Nah, kalau dibiarkan berlarut-larut akhirnya kita akan kekurangan pangan," lanjut Lasiyo.

Pria berkaus putih ini pun memiliki ide untuk membangkitkan semangat para petani di Kalurahan Sidomulyo. Ide tersebut adalah dengan cara menanam pisang dan sudah Lasiyo ajukan ke Lurah Sidomulyo saat itu.

"Saya bersama warga dan pak Lurah mempunyai gambaran untuk membangkitkan semangat dengan cara menanam tanaman pisang. Karena menanam pisang itu terbilang murah meriah dan mudah," ucapnya.

profesor pisang' dari Bantul saat menunjukkan bibit pisang di penangkarannya pada Rabu (3/4/2024)." title="Lasiyo Pisang" class="p_img_zoomin" />Lasiyo, 'profesor pisang' dari Bantul saat menunjukkan bibit pisang di penangkarannya pada Rabu (3/4/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Mudah, kata Lasiyo, karena untuk menanam pohon pisang tidak rumit dan bisa dikatakan bibit pun tersedia di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga istilahnya tidak sulit mendapatkan bibit seperti bibit jagung hibrida.

"Selanjutnya saya koordinasi pak Lurah dan setuju, dan saat itu ditanya caranya gimana. Lalu saya bilang dengan cara mengajak masyarakat menanam pisang di kebunnya masing-masing. Bisa 1,2,5 hingga 10 nanti kan bisa berkembang," ujarnya.

"Terus bibitnya gimana? Kebetulan saya punya link di Dinas Pertanian Jogja. Nah, akhirnya kita bisa merealisasikan dan menjadi peraturan desa agar warga Sidomulyo bisa lebih banyak menanam pisang," imbuh Lasiyo.

Saat itu, Lasiyo menceritakan bahwa Lurah mau membelikan bibit pisang dengan syarat muncul kelompok tani. Selain itu, satu rumah yang mau menanam 50 bibit pisang bakal dibelikan bibit.

"Tapi kalau kurang dari 50 bibit tidak dibelikan, itu tahun 2006-2007," katanya.

Lebih lanjut, pada 2007 muncul proyek farmer empowerment through agricultural technology and information (FEATI) dari pemerintah pusat. Proyek itu adalah program pelatihan dan pemberdayaan masyarakat.

"Tapi pemberdayaan itu baru bisa terealisasi tahun 2008, itu didanai dari pusat. Pembelajaran itu cukup lama, 3-4 tahun. Setelah itu dalam rangka pembelajaran itu saya ambilnya budi daya tanaman pisang pasca terpuruknya warga," ucapnya.

Tidak berhenti di situ, pada tahun 2008 mendapat ajakan dari Fakultas Teknik Pertanian UGM untuk belajar di Jakarta. Setelah mengikutinya, Lasiyo mulai bisa mengembangkan beberapa jenis tanaman pisang dan berjalan dengan baik hingga mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.

"Pengalaman saya nol karena saya walaupun dijuluki profesor tapi saya tamatan SD. Jadi hanya otodidak dan saya hanya sering mencoba seperti apa nanti hasilnya," katanya.

"Saya kalau mencoba minimal tiga kali, seperti penangkaran bibit pisang, pupuk dan pestisida. Nanti kita aplikasikan, jangan sampai bisa membuat tapi tidak bisa dimanfaatkan," lanjut Lasiyo.

Setelah mendapatkan ilmu tersebut, Lasiyo mulai merambah ke pembibitan pisang. Dari situ pembibitannya banyak yang berhasil hingga akhirnya Sidomulyo menjadi juara nasional.

"Akhirnya setelah 2009-2011 saya merangkak pembibitan, penangkaran hasil pembelajaran tiga tahun itu. Selama itu dapat bibit juga untuk bertanam hingga pembinaan maupun pengarahan, lalu tahun 2012 Sidomulyo juara nasional," ujarnya.

Dengan pencapaian itu, Sidomulyo menjadi lebih mudah untuk mendapat bantuan bibit pisang dan lain-lain. Pencapaian Lasiyo pun terdengar hingga Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul dan akhirnya membantu membuat koperasi Agro Mirasa Boga Bantul Yogyakarta atau disingkat 'Amboy'.

profesor pisang' asal Bantul saat membantu pengunjung melihat-lihat bibit pisang di penangkarannya pada Rabu (3/4/2024)." title="Lasiyo Pisang" class="p_img_zoomin" />Lasiyo, 'profesor pisang' asal Bantul saat membantu pengunjung melihat-lihat bibit pisang di penangkarannya pada Rabu (3/4/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Diundang ke Italia

Setelah koperasi berjalan, tahun 2014 Lasiyo kedatangan tamu dari Italia. Saat itu, mereka hendak melaksanakan kegiatan dan melakukan survei karena Lasiyo mau diundang ke Italia.

"Tapi saat itu saya paido (mencerca), karena hanya informasi," ujarnya.

Mbah Lasiyo ternyata mendapat undangan lagi. Namun dia tidak yakin. Simak ceritanya di halaman berikut.




(apu/cln)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork