Cerita Awal Mula Toko Emas Menjamur di Kampung Ketandan Jogja

Cerita Awal Mula Toko Emas Menjamur di Kampung Ketandan Jogja

Anandio Januar, Novi Vianita - detikJogja
Kamis, 26 Okt 2023 06:30 WIB
Deretan toko emas di Ketandan, Jogja 
Foto diambil Kamis (26/10/2023).
Deretan toko emas di Ketandan (Foto: Anandio Januari/detikJogja)
Jogja -

Kampung Ketandan dikenal sebagai kawasan Pecinan di Jogja. Kompleks ini terkenal dengan deretan pedagang emasnya. Seperti apa kisahnya?

Kampung Ketandan berada di dekat kawasan Malioboro Jogja. Ada gapura megah yang menunjukkan ciri khas budaya Tionghoa berupa ukiran naga yang ada di tiang gapura.

Dilansir laman resmi Pemerintah Kota Jogja, mayoritas penduduk Kampung Ketandan berprofesi sebagai pedagang emas dan permata. Disebutkan menjelang tahun 1950-an, hampir 90 persen penduduknya mulai baralih usaha ke toko emas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Siapa sangka Kampung Ketandan ini dulunya ramai dengan pedagang jamu dan sembako. Bahkan, ada juga kantor pajak di kawasan ini.

"Dulu itu adanya toko jamu dan kebutuhan sehari-hari, awalnya lagi malah kantor pajak di sini," kata Ketua RW. 05 Kampung Ketandan, Tjoendaka, saat berbincang dengan detikJogja, Selasa (24/10/2023).

ADVERTISEMENT

Dia menerangkan pada era 1950 kawasan Ketandan mulai didatangi para pendatang dari Banjar. Menurutnya, para pendatang inilah yang menjadi inisiator toko emas di Kampung Ketandan. Saat ini, deretan toko emas pun berjajar di sepanjang Jalan Ketandan yang mengarah ke Pasar Beringharjo.

"Tahun 1950 mulai ada pendatang, seperti orang Banjar, di mana Ketandan saat itu menjadi wilayah toko emas karena emas merupakan komoditas yang menguntungkan dan sedang tren, makanya mereka membeli tanah di situ untuk jualan emas, hingga saat ini," jelasnya.

Menurutnya, gemerlap cuan dari bisnis emas ikut memantik para warga di Kampung Ketandan tertarik berbisnis emas. Sejak saat itu, Kampung Ketandan tak hanya ditempati peranakan Tionghoa maupun Jawa tapi juga pendatang lainnya.

"Ada orang Tionghoa, Banjar, dan Jawa. Tiap toko emas ada orang Banjar. Banjar kan usahanya permata juga," ujar Tjoendaka.

Dia menerangkan deretan toko emas yang berjejer di kawasan RW 05 Ketandan itu pun sudah berjalan turun temurun.

"Iya, itu turun temurun sejak tahun 1950," ucap Tjoendaka.

Dengan beragam penduduk tersebut, kata Tjoendaka, hubungan masyarakat Kampung Ketandan tetap adem ayem. Kehidupan bermasyarakat semakin berbaur tanpa konflik.

"Hubungan antarmasyarakat juga bagus, tidak ada konflik. Justru kita saling kenal dari kecil karena di kampung menjadi tetangga, bahkan ada yang nikah campur, jadi sudah hal yang lumrah di Ketandan tidak ada diskriminasi," lanjut Tjoendaka.

Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar dan Novi Vianita Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.




(ams/ams)

Hide Ads