Puasa Sunnah Muharram Berapa Hari? Ini Hukum, Niat, Jadwal, dan Keutamaannya

Puasa Sunnah Muharram Berapa Hari? Ini Hukum, Niat, Jadwal, dan Keutamaannya

Anindya Milagsita - detikJogja
Jumat, 27 Jun 2025 08:30 WIB
Ramadan Kareem photography, Lantern with crescent moon shape on the beach with sunset sky, 2024 Eid Mubarak  greeting background
Ilustrasi bulan Muharram. (Foto: Getty Images/sarath maroli)
Jogja -

Memasuki bulan Muharram ada begitu banyak amalan yang bisa dikerjakan oleh kaum muslim, termasuk mengerjakan berbagai puasa sunnah. Namun, mungkin tidak sedikit kaum muslim yang menyimpan pertanyaan seputar, "Puasa sunnah Muharram berapa hari?"

Menurut buku 'Mengenal Nama Bulan dalam Kalender Hijriyah' karya Ida Fitri Shohibah, bulan Muharram adalah awal dimulainya tahun baru dalam kalender Hijriah atau Islam. Bulan Muharram diartikan sebagai bulan pertama dari 12 bulan yang terdapat dalam kalender Hijriah.

Terkait dengan bulan Muharram, terdapat sebuah surat di dalam Al-Quran yang menerangkannya. Di dalam Surat At-Taubah 36 disampaikan adanya empat bulan haram (suci) di dalam Islam. Empat bulan yang dimaksud adalah Muharram, Rajab, Dzulqa'dah, dan Dzulhijjah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keempat bulan tadi disebut sebagai bulan haram atau suci karena diharamkan bagi kaum muslim untuk berperang. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surat At-Taubah ayat 36:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةًۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ ۝٣٦

ADVERTISEMENT

Inna 'iddatasy-syuhûri 'indallâhitsnâ 'asyara syahran fî kitâbillâhi yauma khalaqas-samâwâti wal-ardla min-hâ arba'atun ḫurum, dzâlikad-dînul-qayyimu fa lâ tadhlimû fîhinna anfusakum wa qâtilul-musyrikîna kâffatang kamâ yuqâtilûnakum kâffah, wa'lamû annallâha ma'al-muttaqîn.

Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa."

Oleh sebab itulah, kaum muslim diharapkan dapat mengisi bulan Muharram dengan melakukan berbagai amalan. Tidak terkecuali mengerjakan puasa sunnah di tanggal-tanggal tertentu. Lantas, berapa hari puasa sunnah di bulan Muharram? Simak penjelasannya berikut ini.

Puasa Sunnah Muharram Berapa Hari?

Terkait dengan jumlah puasa sunnah di bulan Muharram, kaum muslim dapat mengetahuinya dengan menguraikan terlebih dahulu rangkaian puasa yang akan berlangsung pada bulan tersebut. Apabila merujuk secara khusus pada bulan Muharram saja, maka ada puasa sunnah Tasua dan Asyura yang bisa dikerjakan.

Dijelaskan dalam buku 'Panduan Muslim Sehari-hari' karya DR KH M Hamdan Rasyid MA dan Saiful Hadi El-Sutha, puasa Tasua dan Asyura adalah puasa sunnah di bulan Muharram. Adapun pengerjaan kedua puasa sunnah tersebut dilakukan pada tanggal 9-10 Muharram. Puasa Tausa dapat dikerjakan di hari ke-9 bulan Muharram, sedangkan puasa Asyura pada hari ke-10.

Hal tersebut menandakan jumlah puasa yang hanya dapat dikerjakan di bulan Muharram saja tidak dengan bulan-bulan yang lainnya adalah dua hari, yaitu merujuk pada puasa Tasua di tanggal 9 Muharram dan puasa Asyura pada 10 Muharram.

Meskipun begitu, ada juga puasa sunnah lainnya yang bisa dikerjakan di bulan Muharram. Puasa sunnah tersebut adalah puasa hari Senin, Kamis, dan Ayyamul Bidh. Apabila kaum muslim terbiasa atau berencana mengerjakan puasa sunnah tersebut di bulan Muharram, maka jumlah hari puasa bulan tersebut dapat lebih dari dua hari.

Untuk diketahui, puasa Ayyamul Bidh merupakan puasa sunnah yang biasanya dikerjakan oleh kaum muslim pada tiga hari setiap bulannya. Tiga hari tersebut merujuk pada tanggal 13, 14, dan 15 bulan Hijriah. Kemudian apabila merujuk pada Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 yang diterbitkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) RI, dapat diketahui jumlah hari Senin di bulan Muharram ada 4 hari dan hari Kamis sebanyak 4 hari juga.

Berdasarkan penjelasan tadi dapat diketahui jumlah puasa di bulan Muharram apabila dihitung secara keseluruhan ada 13 hari. Total 13 hari tersebut sudah termasuk puasa Tasua di tanggal 9 Muharram, puasa Ayura pada 10 Muharram, Ayyamul Bidh di tanggal 13-15 Muharram, hingga 8 hari puasa Senin dan Kamis.

Rangkaian Puasa Sunnah Muharram dan Niatnya

Sebelumnya telah diungkap mengenai total hari puasa sunnah di bulan Muharram. Untuk membantu kaum muslim agar dapat memahami masing-masing puasa sunnah tersebut, akan diuraikan penjelasannya lengkap dengan anjuran dan bacaan niatnya. Dihimpun dari buku 'Meraih Surga dengan Puasa' karya H Herdiansyah Achmad, Lc, 'Koleksi Doa & Dzikir Sepanjang Masa' oleh Ustadz Ali Amrin al-Qurawy, hingga 'Panduan Terlengkap Ibadah Muslim "Sehari-Hari"' karya KH Muhammad Habibillah, berikut uraian penjelasannya.

1. Puasa Tasua

Puasa sunnah Muharram pertama yang bisa dikerjakan oleh kaum muslim adalah puasa Tasua. Puasa ini bisa dilakukan pada tanggal 9 Muharram. Puasa Tasua hanya bisa dijumpai pada bulan Muharram saja, sehingga kaum muslim tidak dapat mengerjakannya di bulan-bulan lainnya.

Cara pengerjaan puasa Tasua sama seperti puasa sunnah lainnya. Namun, ada hal yang membedakan yaitu bacaan niatnya. Adapun bacaan niat puasa Tasua adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ تَاسُعَةَ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma yauma tasu'ata sunnata-lillahi ta'ala.

Artinya: "Saya berniat puasa Tasu'a sunah karena Allah Ta'ala."

2. Puasa Asyura

Selanjutnya, ada puasa Asyura yang bisa dikerjakan sehari setelah puasa Tasua. Puasa Asyura bisa dikerjakan pada tanggal 10 Muharram. Sama seperti puasa Tasua, pengerjaan puasa Asyura serupa dengan puasa sunnah lainnya.

Terdapat perbedaan bacaan niat antara puasa Tasua dan Asyura, sehingga kaum muslim perlu memperhatikan hal ini. Berikut bacaan niat puasa Asyura:

صَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَأَ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى نَوَيْتُ صَوْمَ

Nawaitu shauma yauma 'asyûra-a sunnata-lillahi ta'ala.

Artinya: "Saya berniat puasa Asyura sunah karena Allah Ta'ala."

3. Puasa Ayyamul Bidh

Kemudian ada puasa sunnah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Puasa yang dimaksud adalah tiga hari dalam sebulan, yaitu puasa Ayyamul Bidh. Puasa Ayyamul Bidh juga dikenal sebagai puasa hari-hari putih.

Ini dikarenakan Ayyamul Bidh disebut oleh Rasulullah SAW sebagai yaumul baidh atau hari-hari putih yang ditandai dengan terbitnya bulan purnama di tanggal tersebut. Maka tak heran, saat yaumul baidh berlangsung dunia terlihat lebih terang atau putih dibandingkan biasanya.

Puasa Ayyamul Bidh bisa dikerjakan selama 3 hari dalam sebulan. Kaum muslim dapat mengerjakan puasa tersebut dengan memilih tiga hari selama sebulan. Namun demikian, umumnya puasa Ayyamul Bidh dikerjakan di tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulannya. Berikut bacaan niat puasa Ayyamul Bidh sebagai panduan bagi kaum muslim:

نَوَيْتُ صَوْمَ يوم الْبِيْضُ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى.

Nawaitu shauma yaumul biidh sunnatal lillaahi-ta'aalaa.

Artinya: "Saya niat berpuasa sunnah yaumul bidh (hari putih) karena Allah Ta'ala."

4. Puasa Senin-Kamis

Seperti namanya, puasa sunnah Senin-Kamis bisa dikerjakan pada hari Senin dan Kamis setiap pekannya. Terkait dengan pengerjaan puasa ini ternyata mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Diketahui Rasulullah SAW senantiasa melakukan puasa Senin-Kamis secara istiqamah.

Kedua puasa sunnah tersebut memiliki bacaan niat masing-masing. Mengenai bacaan niat puasa Senin adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى

"Nawaitu sauma yaumal itsnaini sunnatan lillahi taa'ala."

Artinya: "Aku berniat puasa hari Senin sunnah karena Allah Ta'ala."

Sementara itu, terdapat bacaan tersendiri terkait pengerjaan puasa Kamis. Berikut bacaan niat puasa Kamis:

نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمَ الْخَمِيسِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى

"Nawaitu sauma yaumal khomiisi sunnatan lillahi taa'ala."

Artinya: "Aku berniat puasa hari Kamis sunnah karena Allah Ta'ala."

Hukum Puasa Sunnah Muharram

Lantas, apa hukum puasa sunnah di bulan Muharram? Seperti namanya, puasa sunnah merupakan amalan yang didasarkan pada mengikuti sunnah dari Rasulullah SAW. Apabila mengacu pada buku 'Fikih Puasa' karya Ali Musthafa Siregar, dijelaskan puasa sunnah adalah ibadah yang tidak diwajibkan.

Hukum puasa sunnah secara umum adalah sunnah yang dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini telah tertuang di dalam riwayat hadits. Sebagaimana diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda:

الله منه جهنم مسیره منه صام يوما في سبيل الله

"Siapa yang berpuasa satu hari karena Allah SWT, niscaya Allah jauhkan ia dari neraka jahannam, sejauh perjalanan seratus tahun." (HR. an-Nasaai)

Tidak hanya itu saja, puasa sunnah juga memungkinkan seseorang untuk mengerjakan amalan tersebut sesuai kehendaknya. Tertuang di dalam sebuah riwayat hadits yang menerangkan sabda Rasulullah SAW:

الصَّائِمُ الْمُتَطَوَّعُ أَمِيرُ نَفْسِهِ إِنْ شَاءَ صَامَ وَإِنْ شَاءَ أَفْطَرَ.

"Orang yang berpuasa sunnah pengatur dirinya, jika ia berkehendak ia lanjutkan puasa, jika ia berkehendak ia batalkan puasanya." (HR. At-Tirmidzi)

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami puasa sunnah tidak diwajibkan. Sebaliknya, puasa ini sunnah untuk dilakukan oleh kaum muslim, sehingga mereka berkesempatan mengatur dirinya dalam mengerjakan amalan tersebut.

Keutamaan Puasa Sunnah Muharram

Lantas, apa sajakah keutamaan berpuasa sunnah di bulan Muharram? Terdapat riwayat hadits yang menjelaskan tentang keutamaan mengerjakan puasa sunnah di bulan Muharram secara umum. Menurut buku 'Inilah Alasan Rasulullah SAW Menganjurkan Puasa Sunah' karya H AmIrulloh Syarbini dan Hj Iis Nur'aeni Afgandi, puasa Muharram merupakan puasa yang paling utama. Bahkan puasa ini disebut sebagai sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.:

"Sebaik-baiknya puasa setelah bulan Ramadhan adalah pada bulan Allah, yaitu Muharram." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Hal senada juga disampaikan dalam buku 'Rahasia Puasa Sunah' oleh Ahmad Syahirul Alim, bulan Muharram penuh dengan kemuliaan. Bahkan Muharram juga dianggap istimewa karena pengerjaan puasa di bulan tersebut menjadi yang paling utama. Diriwayatkan dalam sebuah hadits:

أَفْضَلُ الصِيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

"Sebaik-baik (waktu) puasa setelah bulan Ramadhan adalah bulan Allah Muharam, dan sebaik-baik shalat setelah shalat fardu adalah qiyamullail." (HR. Muslim)

Masih merujuk dari buku yang sama, turut dijelaskan juga mengenai keutamaan puasa Asyura di tanggal 10 Muharram. Puasa Asyura merupakan puasa yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Diceritakan dari Aisyah r.a.:

كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٍ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ

"Hari Asyura ialah hari yang orang-orang Quraisy berpuasa di masa jahiliah, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam juga berpuasa Asyura. Ketika beliau tiba di Madinah, ia berpuasa dan memerintahkan umat Islam berpuasa padanya. (Namun), ketika kewajiban puasa bulan Ramadan diturunkan maka pada mereka berpuasa bul dan meninggalkan puasa Asyura. Barang siapa berpuasa maka berpuasalah, dan siapa yang he maka berbukalah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Sementara itu, keutamaan puasa Tasua juga telah dijelaskan dalam riwayat lainnya. Diungkap dalam buku 'Panduan Muslim Sehari-hari' karya DR KH M Hamdan Rasyid, MA dan Saiful Hadi El-Sutha, puasa Tasua merupakan puasa sunnah yang turut dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Di dalam sebuah riwayat hadits diterangkan sabda Rasulullah SAW:

إِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ، إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ.
(رواه مسلم)

"Insya Allah di tahun depan kita juga akan berpuasa di hari kesembilan (bulan Muharram)." (HR. Muslim)

Masih mengacu dari buku yang sama, yaitu 'Koleksi Doa & Dzikir Sepanjang Masa', terdapat riwayat hadits yang juga menjelaskan tentang puasa Ayyamul Bidh. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. yang berkata:

"Kekasihku (Rasulullah SAW) berwasiat padaku tiga hal, yang tidak akan aku tinggalkan hingga aku meninggal. Yaitu, berpuasa tiga hari setiap bulannya, mengerjakan sholat Dhuha, dan mengerjakan sholat Witir sebelum tidur." (HR. Bukhari)

Lebih lanjut, terdapat faedah berpuasa Ayyamul Bidh atau tiga hari setiap bulannya yang mendapatkan ganjaran seperti berpuasa sepanjang tahun. Diceritakan dari Abdullah bin Amr bin Ash yang menyebut Rasulullah SAW pernah bersabda:

"Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kemudian terkait dengan keutamaan puasa di hari Senin dan Kamis juga terdapat sejumlah hadits yang menerangkannya. Satu di antaranya berasal dari riwayat yang menjelaskan tentang keistimewaan hari Senin dan Kamis sebagai waktu diangkatnya amal manusia. Masih dikutip dari buku 'Panduan Terlengkap Ibadah Muslim "Sehari-Hari"', diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda:

تُعْرَضُ الْأَعْمَالُ يَوْمَ الْاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ.

"Amal (Pahala) selalu di angkat pada hari Senin dan Kamis, maka aku menyukai pada saat amalku di angkat (dicatat) aku dalam keadaan berpuasa." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Jadwal Puasa Sunnah Muharram

Setelah mencermati rangkuman mengenai puasa sunnah di bulan Muharram, kaum muslim juga perlu untuk memahami jadwal pengerjaannya. Hal ini bisa diketahui dengan mengkonversikan kalender Hijriah ke dalam perhitungan Masehi. Salah satunya dengan merujuk pada Kalender Hijriah resmi Kemenag RI.

Mengacu dari kalender tersebut dapat diketahui rangkaian tanggal yang akan berlangsung pada bulan Muharram di tahun ini. Rangkaian tanggal tersebut dapat dijadikan sebagai panduan dalam menentukan jadwal puasa sunnah yang akan berlangsung sepanjang bulan Muharram ini. Sebagai acuan, berikut uraian tanggalnya:

  • 1 Muharram 1447 Hijriah: Jumat, 27 Juni 2025
  • 2 Muharram 1447 Hijriah: Sabtu, 28 Juni 2025
  • 3 Muharram 1447 Hijriah: Minggu, 29 Juni 2025
  • 4 Muharram 1447 Hijriah: Senin, 30 Juni 2025 (puasa sunnah Senin)
  • 5 Muharram 1447 Hijriah: Selasa, 1 Juli 2025
  • 6 Muharram 1447 Hijriah: Rabu, 2 Juli 2025
  • 7 Muharram 1447 Hijriah: Kamis, 3 Juli 2025 (puasa sunnah Kamis)
  • 8 Muharram 1447 Hijriah: Jumat, 4 Juli 2025
  • 9 Muharram 1447 Hijriah: Sabtu, 5 Juli 2025 (puasa sunnah Tasua)
  • 10 Muharram 1447 Hijriah: Minggu, 6 Juli 2025 (puasa sunnah Asyura)
  • 11 Muharram 1447 Hijriah: Senin, 7 Juli 2025 (puasa sunnah Senin)
  • 12 Muharram 1447 Hijriah: Selasa, 8 Juli 2025
  • 13 Muharram 1447 Hijriah: Rabu, 9 Juli 2025 (puasa sunnah Ayyamul Bidh)
  • 14 Muharram 1447 Hijriah: Kamis, 10 Juli 2025 (puasa sunnah Kamis, Ayyamul Bidh)
  • 15 Muharram 1447 Hijriah: Jumat, 11 Juli 2025 (puasa sunnah Ayyamul Bidh)
  • 16 Muharram 1447 Hijriah: Sabtu, 12 Juli 2025
  • 17 Muharram 1447 Hijriah: Minggu, 13 Juli 2025
  • 18 Muharram 1447 Hijriah: Senin, 14 Juli 2025 (puasa sunnah Senin)
  • 19 Muharram 1447 Hijriah: Selasa, 15 Juli 2025
  • 20 Muharram 1447 Hijriah: Rabu, 16 Juli 2025
  • 21 Muharram 1447 Hijriah: Kamis, 17 Juli 2025 (puasa sunnah Kamis)
  • 22 Muharram 1447 Hijriah: Jumat, 18 Juli 2025
  • 23 Muharram 1447 Hijriah: Sabtu, 19 Juli 2025
  • 24 Muharram 1447 Hijriah: Minggu, 20 Juli 2025
  • 25 Muharram 1447 Hijriah: Senin, 21 Juli 2025 (puasa sunnah Senin)
  • 26 Muharram 1447 Hijriah: Selasa, 22 Juli 2025
  • 27 Muharram 1447 Hijriah: Rabu, 23 Juli 2025
  • 28 Muharram 1447 Hijriah: Kamis, 24 Juli 2025 (puasa sunnah Kamis)
  • 29 Muharram 1447 Hijriah: Jumat, 25 Juli 2025

Demikian tadi rangkuman mengenai rangkaian puasa sunnah Muharram lengkap dengan hukum, keutamaan, bacaan niat, sampai jadwal pengerjaannya. Semoga informasi ini membantu, ya.




(anm/par)

Hide Ads