Contoh Sampah Anorganik dan Organik, Ini Perbedaan serta Cara Mengolahnya

Contoh Sampah Anorganik dan Organik, Ini Perbedaan serta Cara Mengolahnya

Nur Umar Akashi - detikJogja
Selasa, 27 Agu 2024 11:27 WIB
Ilustrasi tempat sampah
Ilustrasi contoh sampah anorganik dan organik Foto: Unsplash/Nareeta Martin
Jogja -

Berbicara tentang sampah, istilah organik dan anorganik tentu bukanlah hal yang asing lagi. Namun, tahukah detikers apa itu sampah anorganik dan organik? Berikut ini contoh, perbedaan, dan cara mengolahnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya; kotoran seperti daun, kertas. Nah, bila sampah-sampah ini tidak diolah dengan benar, besar kemungkinan dampak negatifnya akan merusak alam.

Oleh karena itu, sebagai warga negara yang peduli akan kelestarian alam nusantara, sudah semestinya kita proaktif terkait urusan sampah ini. Salah satu caranya adalah dengan memahami cara mengolah, perbedaan, dan contoh sampah anorganik-organik.

Perbedaan Sampah Anorganik dan Organik

Dikutip dari laman TPA Ganet Kota Tanjungpinang, perbedaan antara kedua sampah ini cukup sederhana. Sampah organik adalah jenis sampah yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Oleh karena itu, sampah ini biasanya mudah hancur apabila tertinggal di alam.

Sementara itu, sampah anorganik tidaklah berasal dari hewan dan tumbuhan. Sampah anorganik tidak mudah hancur secara alami sehingga membutuhkan bantuan mesin untuk menguraikannya. Jika tak dikelola dengan benar, sampah anorganik dapat mencemari lingkungan.

Dirangkum dari Mobile Skips, selain perbedaan dari sisi bahan, antara sampah anorganik dan organik juga terdapat perbedaan lain berupa:

  1. Sampah organik tersusun dari ikatan karbon dan hidrogen, sedangkan sampah anorganik tidak memiliki jejak ikatan karbon di dalamnya.
  2. Sampah organik akan terpengaruh oleh panas saat terbakar secara alami. Sementara itu, sampah anorganik tidak terbakar dengan sendirinya.
  3. Sampah organik tersusun dari organisme yang pernah hidup atau masih hidup. Di lain pihak, sampah anorganik diketahui terdiri dari zat-zat tak hidup yang memiliki karakteristik mirip mineral.
  4. Sampah organik tidak dapat membentuk garam. Sebaliknya, sampah organik cenderung larut dalam air sehingga mudah membentuk garam.

Contoh Sampah Anorganik dan Organik

Beberapa di antaranya disadur dari laman Peace Corps, contoh sampah anorganik dan organik adalah:

Sampah Anorganik

  • Plastik
  • Gelas
  • Spons
  • Kaleng alumunium
  • Kantong plastik
  • Styrofoam
  • Kaca
  • Logam
  • Karet
  • Baterai

Sampah Organik

  • Ampas kopi
  • Sisa makanan
  • Kulit pisang
  • Kertas
  • Tisu
  • Biji buah
  • Daun kering
  • Kulit telur
  • Bunga layu
  • Kotoran hewan

Cara Mengolah Sampah Anorganik dan Organik

Sebelum mulai mengolah sampah, detikers harus paham tata caranya dengan baik dan benar. Salah-salah, sampah justru malah semakin mencemari lingkungan dan memperburuk kondisi. Diringkas dari Waste 4 Change, cara mengolah sampah, baik anorganik maupun organik adalah:

  1. Pisahkan sampah menjadi dua kategori utama, yakni organik dan organik.
  2. Untuk setiap jenis sampah, siapkan tempat yang berbeda. Pasalnya, sejumlah sampah organik seperti kardus, botol kaca, botol plastik, dan kaleng masih bisa didaur ulang.
  3. Sampah keras anorganik mesti dipisahkan dan dikirimkan ke pusat daur ulang terdekat. Pastikan tempat daur ulang tersebut telah mendapat sertifikasi dari pemerintah. Atau, sampah anorganik bisa dijual ke bank sampah.
  4. Sampah organik dapat dikelola sendiri untuk kompos yang bermanfaat untuk kegiatan berkebun.
  5. Dalam kehidupan sehari-hari, budayakan gaya hidup 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).

Manfaat Mengolah Sampah

Diringkas dari laman resmi Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, mengelola sampah dengan baik akan mendatangkan sejumlah manfaat. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Menghemat Energi

Sampah dapat diolah menjadi sebuah energi baru sehingga menghemat pemakaian energi yang dibutuhkan manusia. Energi yang dimaksud pun sangat beragam, misalnya bahan bakar dan pupuk kompos.

Contoh mudahnya, pemanfaatan sampah sebagai bahan bakar tentu akan lebih menghemat energi alih-alih memakai batu bara.

2. Mengurangi Polusi

Seiring semakin meningkatnya polusi yang menyebabkan pemanasan global, sampah menjadi salah satu faktor utama penyebab. Oleh karena itu, dengan pengolahan sampah yang baik, polusi dapat dikurangi dan dengannya, pemanasan global bisa dihambat.

3. Menghemat Sumber Daya Alam

Hidup dengan menerapkan prinsip 3R artinya membantu negara menghemat sumber daya alam yang dimiliki. Misalnya, satu pohon dapat disulap menjadi dua pak tisu.

Padahal, satu pohon bisa menghasilkan oksigen untuk menghidupi 3 orang manusia. Oleh karena itu, sebagai alternatif, tisu dapat diganti dengan serbet yang bisa terus digunakan ulang.

4. Memiliki Nilai Ekonomis

Sejumlah sampah anorganik dapat diubah menjadi barang yang bernilai jual. Tentunya, sebelum bisa menghasilkan uang dengan sampah, kreativitas dan ketekunan mesti dimiliki. Misalnya saja, botol bekas bisa dimodifikasi sedemikian rupa hingga laku di pasaran.

5. Menghemat Uang

Dengan mengolah sampah secara baik dan benar, kita dapat menghemat pengeluaran akan barang-barang tertentu. Umpamanya, alih-alih berulang kali membeli botol plastik, detikers dapat coba membeli botol kaca yang bisa dipakai berkali-kali. Jauh lebih hemat, bukan?

Demikian penjelasan lengkap mengenai contoh sampah anorganik dan organik, lengkap dengan perbedaan dan cara mengolahnya. Semoga informasi yang disajikan di atas bermanfaat!




(sto/aku)

Hide Ads