Peternakan Maggot di Sedayu Masih Bau, Warga Minta Ditutup Permanen

Peternakan Maggot di Sedayu Masih Bau, Warga Minta Ditutup Permanen

Dwi Agus - detikJogja
Selasa, 30 Jul 2024 15:49 WIB
Kondisi rumah peternakan maggot di Argosari, Sedayu, Bantul, terkini usai penutupan sementara, Selasa (30/7/2024).
Kondisi rumah peternakan maggot di Argosari, Sedayu, Bantul, terkini usai penutupan sementara, Selasa (30/7/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogja
Bantul -

Rumah peternakan maggot di Argosari, Kapanewon Sedayu, yang ditutup sementara oleh Pemkab Bantul masih menjadi sorotan. Warga mengeluhkan bau dari limbah sampah yang masih muncul dan meminta rumah peternakan maggot itu ditutup permanen.

Hari ini Panewu Sedayu, Anton Yulianto, dan pihak terkait mengecek rumah peternakan maggot itu. Sementara berdasarkan pantauan detikJogja, bau tak sedap masih tercium di lokasi., bahkan aroma ini terasa hingga ruas jalan Klangon-Tempel yang berada di sisi timurnya. Meski demikian, tumpukan sampah yang berada di dalam bangunan tersebut telah berkurang.

"Kalau tumpukan sampah anorganik tadi kita tidak melihat tapi kalau dilihat sampahnya (organik) memang ada, masih bau gitu ya. Jadi masih ada sampah yang masuk tapi jenisnya yang untuk pakan maggot," kata Anton kepada wartawan di Argosari, Selasa (30/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui, rumah peternakan maggot ini ditutup oleh Satpol PP Bantul pada 16 Juli lalu. Penyebabnya adalah tidak optimalnya pengelolaan sampah di lokasi tersebut.

Warga sekitar di Padukuhan Klangon dan Tapen juga mengeluhkan rumah peternakan maggot ini. Hal ini karena munculnya bau tak sedap hingga asap residu pembakaran sampah. Masih ditambah belum adanya izin pendirian rumah peternakan maggot ini.

ADVERTISEMENT

"Ya nggak ada izin, jadi ya tahu-tahu berdiri. Mereka berkegiatan di situ kemudian tidak ada informasi ke masyarakat di awal, kemudian ke pemerintah juga tidak ada, lalu ada permasalahan baru muncul kita ketahui dan memang tidak berizin," ujar Anton.

Anton memastikan pihaknya tidak menolak adanya usaha pengolahan sampah. Hanya saja tetap wajib mengikuti aturan yang berlaku. Berupa perizinan yang wajib dimiliki oleh pengelola dan atas sepengetahuan warga sekitarnya.

Dia lalu mencontohkan adanya TPST Dingkikan yang saat ini dalam proses pembangunan. Lokasi ini rencananya bisa mengolah hingga puluhan ton sampah per harinya. Untuk kepengelolaannya juga di bawah Pemkab Bantul.

"Kalau sampah (rumah peternakan maggot) itu nggak ngambil dari sini ya. Kalau yang kemarin infonya tidak ada sama sekali dari sini. Berarti memang tidak ambil dari sini sama sekali. Infonya (sampah) dari luar yang organik maupun anorganik," kata Anton.

Berdasarkan tinjauan tim gabungan, Anton menuturkan aktivitas pengolahan sampah anorganik telah berhenti. Namun untuk sampah organik masih berjalan sebagai pakan untuk maggot. Sampah-sampah inilah yang masih masuk ke rumah peternakan maggot tersebut.

Kondisi rumah peternakan maggot di Argosari, Sedayu, Bantul, terkini usai penutupan sementara, Selasa (30/7/2024).Kondisi rumah peternakan maggot di Argosari, Sedayu, Bantul, terkini usai penutupan sementara, Selasa (30/7/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogja

Anton menyebut lokasi kini jauh lebih bersih dari dua pekan lalu. Untuk aktivitas pembakaran sampah juga sudah tak berlanjut. Walau begitu dia mengakui masih muncul bau tak sedap dan lalat di lokasi tersebut.

"Kemudian yang masih beraktivitas sekarang hanya pemeliharaan maggotnya dan yang kita lihat di situ sampahnya adalah sampah organik yang memang digunakan untuk pakan manggot. Jadi itu beberapa fakta yang biasa kita lihat," jelasnya.

Pemerintah Kapanewon Sedayu, lanjutnya, tetap mengikuti rekomendasi Satpol PP dan DLH Bantul. Bahwa untuk aktivitas bisa berlanjut apabila perizinan telah tuntas. Apabila terjadi pelanggaran maka akan diberikan sanksi lanjutan.

"Kita tetap selalu minta apa laporan atau masukan dari warga ketika di waktu-waktu tertentu terjadi aktivitas atau efek negatif dari kegiatan yang ada di situ ya. Apa pun kegiatannya itu yang akan kita jadikan untuk kita koordinasikan di tingkat kabupaten untuk kita mengambil langkah yang selanjutnya," ujarnya.

Sementara itu, Dukuh Tapen, Kasianto menegaskan warganya tetap menolak keberadaan rumah peternakan maggot itu. Terbukti dengan masih terpasangnya spanduk penolakan oleh warga Tapen dan Klangon. Ditambah perwakilan warga yang enggan menandatangani berita acara dua pekan sebelumnya.

Meski aktivitas berhenti, Kasianto memastikan warga tetap enggan rumah peternakan maggot eksis. Ini karena warga merasakan dampak negatif setelah berdirinya tempat tersebut. Paling utama dan masih terasa hingga saat ini adalah bau tak sedap.

"Tutup permanen, kami tetap menolak karena baunya itu masih terasa sampai sekarang. Demi kesehatan kami dan juga menjaga ekosistem karena rumah itu kan dekat persawahan dan tidak jauh dari permukiman warga," kata Kasianto.

Terpisah, detikJogja telah berupaya minta konfirmasi kepada pihak rumah peternakan maggot di Sedayu itu, terkait evaluasi dua pekan dan perizinan. Namun hingga berita ini ditulis belum direspons. Saat pengecekan tim dari Kapanewon Sedayu hari ini, yang bersangkutan tidak di lokasi.




(rih/rih)

Hide Ads