Bicara Gunung Gamping, Sleman, tak lengkap rasanya tanpa mengulik sejarah Keraton Jogja. Diketahui bahwa lokasi ini menjadi cikal bakal berdirinya kerajaan, yakni Pangeran Mangkubumi yang kelak bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I membangun Pesanggrahan Ambarketawang di kawasan tersebut.
Berawal dari munculnya Perjanjian Giyanti pada 1755 yang membagi wilayah Mataram Islam menjadi dua bagian. Pangeran Mangkubumi mendapatkan wilayah Mataram Islam sisi barat. Hingga akhirnya memutuskan bermukim sementara di kawasan kaki Gunung Gamping.
"Pada waktu itu Gunung Gamping dijadikan bahan bangunan untuk membangun yang pertama yang tentu saja Keraton Kasultanan Yogyakarta, ini karena kandungan kapur dalam batu gamping yang ada di Gunung Gamping ini sangat tinggi. Jadi sangat kuat untuk dijadikan bangunan," jelas Dukuh Gamping Tengah, Suwandi (40) saat ditemui di Gunung Gamping, Ambarketawang, Gamping, Sleman, Kamis (13/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Suwandi menuturkan kala itu ukuran Gunung Gamping masih sangat besar. Berdasarkan data dan cerita turun-temurun, terbentang dari sisi barat Gunung Gamping saat ini hingga timur Ring Road Barat. Sementara untuk ketinggian puncak Gunung Gamping tidak diketahui secara persis.
Walau begitu, Suwandi meyakini ketinggian Gunung Gamping ideal sebagai lokasi pemantauan. Inilah yang menjadikan Pangeran Mangkubumi mendirikan Pesanggrahan Ambarketawang. Pertimbangannya dapat memantau segala penjuru kawasan kekuasaan Keraton Jogja.
"Di satu sisi juga bisa pembangunan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, bahkan sumbu filosofisnya juga. Dulu Gunung Gamping itu sangat besar, kalau sekarang dari Padukuhan Tlogo kemudian Padukuhan Gamping Tengah sampai Padukuhan Gamping Kidul sampai ke timur Ring Road itu masih Gunung Gamping," katanya.
Ia melanjutkan, peran Gunung Gamping dalam pembangunan Keraton Jogja sangat terlihat. Terlebih kawasan ini merupakan satu-satunya sumber batu kapur terdekat dari pusat kota. Fungsinya sebagai pengganti semen sejumlah struktur bangunan perkotaan dan kerajaan.
Selang setahun atau 7 Oktober 1756, Pangeran Mangkubumi memutuskan hijrah ke Karaton Ngayogakarta Hadiningrat. Perpindahan dari Pesanggrahan Ambarketawang ke Karaton diperingati sebagai Hari Jadi Kota Jogja.
"Maka pada tanggal 7 Oktober 1756 itu Sri Sultan Hamengku Buwono I bersama pendhereknya pindah ke Karaton Kasultanan yang baru. Jadi rentang waktu setahun itu pembangunan Karaton dirasa sudah cukup, maka Sri Sultan HB I boyongan ke Karaton Kasultanan," ujarnya.
Eksploitasi Gunung Gamping secara besar-besaran mulai terjadi medio 1860. Suwandi menuturkan kala itu Belanda khususnya VOC mendirikan 19 pabrik gula di Jogja. Kebutuhan kapur sebagai penjernih sari tebu sangatlah masif.
![]() |
Berdirinya 19 pabrik gula ini sebagai strategi VOC mengatasi keterpurukan ekonomi. Pada momen sebelumnya terjadi sebelum tragedi. Di antaranya Geger Sepoi dan Perang Jawa. Kondisi ini membuat keuangan VOC tidak stabil akibat peperangan.
"Jadi untuk pemurnian gula memakai batu gamping yang di sini. Bisa dibayangkan 19 pabrik gula dibangun hanya dari Gunung Gamping sini. Masih ditambah masyarakat sekitar juga memanfaatkan batu gamping sini untuk bangunan-bangunan sampai pada akhirnya tersisa hanya sekian," katanya.
Menyusutnya ukuran dan dimensi Gunung Gamping menjadi perhatian pemerintah kala itu. Hingga akhirnya aktivitas penambangan diminta berhenti total pada medio 1970. Alhasil saat ini Gunung Gamping masih tersisa sekitar 20 meter yang sekaligus berdiri sebagai monumen.
Kawasan Cagar Alam Batu Gamping telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 758/Kpts-ll/89 pada tanggal 16 Desember 1989. Luas total Kawasan Cagar Alam Batu Gamping yaitu 1,084 hektare. Terdiri dari Cagar Alam seluas 0,015 hektare dan Taman Wisata Alam seluas 1,069 hektare.
"Tinggi Gunung Gamping yang tersisa ini 20 meteranlah, mungkin sekitar 15 sampai 20 meter. Waktu diminta berhenti sama Kementerian, kalau sekarang mungkin Kementerian Lingkungan Hidup. Nah dalam waktu dekat ini juga mau ada verifikasi Geopark UNESCO. Itu nanti tanggal 23 Juli ini," ujarnya.
(rih/apl)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan