Kawasan Gunung Gamping di Ambarketawang, Sleman, terkenal sebagai cikal bakal Keraton Jogja. Gunung yang konon terkenal dengan batu kapurnya ini kini hanya tersisa 20 meter.
Lokasi Gunung Gamping berada di dekat Kompleks Pesanggrahan Ambarketawang Sultan HB I. Kawasan ini pun dinobatkan jadi warisan geologi atau geoheritage oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
7 Fakta Gunung Gamping yang Tersisa 20 Meter
Dihimpun detikJogja, berikut fakta-fakta Gunung Gamping yang kini tersisa 20 meter:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Batuan Tertua di Jogja, Berusia 50 Juta Tahun
Pakar Geologi Kuarter dari UPN Jogja, Prof C Danisworo 976) menyebut Gunung Gamping merupakan formasi batuan tertua di Jogja. Batuan ini diprediksi berusia 50 juta tahun.
"Itulah mengapa Gunung Gamping statusnya dilindungi dari dulu, karena merupakan formasi batuan tertua di DIY. Makanya harus dilindungi karena paling tua di situ," jelas Danisworo saat dihubungi, Rabu (12/6).
Gunung Gamping disebut merekam sejarah kebumian Pulau Jawa. Kawasan ini konon berada di laut dangkal.
"Kalau ahli geologi menyebutnya eosen, usianya sekitar 40 sampai 50 juta tahun lalu. Kalau dikalikan pergerakan tahunan maka wajar jika akhirnya membentuk daratan dan menjadi Gunung Gamping saat ini," sambung dia.
2. Ditemukan Fosil Fauna Laut
Dikutip dari situs BKSDA Jogja, Gunugn Gamping terbentuk dari ekosistem terumbu karang. Hal ini terkait dengan keberadaan awal Gunung Gamping yang berada di laut dangkal.
Formasi batuan Gunung Gamping pun menyerupai wujud karang masa kini karena berasal dari foraminifera besar, meliputi ganggang,koral, dan moluska. Hal ini lah yang menyebabkan banyak ditemukan fosil fauna laut di bagian Gunung Gamping.
3. Bentangan Gunung Gamping
Dukuh Gamping Tengah Suwandi menuturkan dari cerita turun temurun, konon Gunung Gamping terbentang dari sisi barat Gunug Gamping saat ini hingga timur Ring Road Barat. Namun, untuk ketinggian puncak tidak diketahui persis.
"Dulu Gunung Gamping itu sangat besar, kalau sekarang dari Padukuhan Tlogo kemudian Padukuhan Gamping Tengah sampai Padukuhan Gamping Kidul sampai ke timur Ring Road itu masih Gunung Gamping," kata Suwandi saat ditemui di lokasi, Kamis (13/6) kemarin.
Di sisi lain, ketinggian Gunung Gamping diyakini ideal menjadi lokasi pemantauan. Hal ini diyakini menjadi alasan Pangeran Mangkubumi membangun Pesanggrahan Ambarketawang karena dapat memantau segala penjuru kawasan kekuasaan Keraton Jogja.
4. Kaya Kandungan Kapur
Suwandi menuturkan Gunung Gamping juga kaya kandungan kapur. Bahan kapur ini digunakan untuk bahan bangunan pengganti semen sejumlah struktur bangunan.
"Pada waktu itu Gunung Gamping dijadikan bahan bangunan untuk membangun yang pertama yang tentu saja Keraton Kasultanan Yogyakarta, ini karena kandungan kapur dalam batu gamping yang ada di Gunung Gamping ini sangat tinggi. Jadi sangat kuat untuk dijadikan bangunan," jelas dia.
5. Eksploitasi Masif Tahun 1860
Suwandi menyebut eksploitasi masif Gunung Gamping terjadi pada medio 1860. Kala itu Belanda lewat VOC mendirikan 19 pabrik gula di Jogja. Batu kapur digunakan sebagai penjernih sari tebu.
"Jadi untuk pemurnian gula memakai batu gamping yang di sini. Bisa dibayangkan 19 pabrik gula dibangun hanya dari Gunung Gamping sini. Masih ditambah masyarakat sekitar juga memanfaatkan batu gamping sini untuk bangunan-bangunan sampai pada akhirnya tersisa hanya sekian," tutur Suwandi.
6. Gunung Gamping Menyusut 20 Meter
Suwadi menuturkan ekploitasi besar-besaran itu akhirnya menjadi perhatian pemerintah. Akhirnya pada 1970 aktivitas pertambangan di wilayah itu disetop. Namun, Gunung Gamping hanya tersisa 20 meter dan kini berdiri sebagai monumen.
7. Ditetapkan Jadi Cagar Alam
Saat ini Gunung Gamping telah ditetapkan menjadi kawasan cagar budaya. Hal itu tertuang dalam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 758/Kpts-II/89 pada 16 Desember 1989.
Luas total Kawasan Cagar Alam Batu Gamping yakni 1,084 hektare, yang terdiri dari cagar alam seluas 0,0015 hektare dan Taman Wisata Alam seluas 1,069 hektare.
"Tinggi Gunung Gamping yang tersisa ini 20 meteranlah, mungkin sekitar 15 sampai 20 meter. Waktu diminta berhenti sama Kementerian, kalau sekarang mungkin Kementerian Lingkungan Hidup. Nah dalam waktu dekat ini juga mau ada verifikasi Geopark UNESCO. Itu nanti tanggal 23 Juli ini," ujarnya.
(ams/cln)
Komentar Terbanyak
Heboh Penangkapan 5 Pemain Judol Rugikan Bandar, Polda DIY Angkat Bicara
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Akhir Nasib Mobil Vitara Parkir 2,5 Tahun di Jalan Tunjung Baru Jogja