Kawasan perbukitan di Godean yang disebut dikepras untuk keperluan hunian permukiman maupun material proyek jalan tol di Jogja menjadi atensi guru besar UPN 'Veteran' Yogyakarta. Dikatakan wilayah itu merupakan geoheritage.
Pakar Geologi dari UPN Jogja, Profesor C Danisworo (76) menuturkan formasi perbukitan Godean sangatlah istimewa. Pasalnya, deretan formasi ini merupakan geoheritage dan statusnya dilindungi. Dikuatkan adanya Surat Keputusan Menteri ESDM yang terbit 22 April 2021 terhadap Kompleks Perbukitan Intrusi Godean.
Intrusi, lanjutnya, adalah sebuah batuan beku yang telah menjadi kristal. Tepatnya dari sebuah magma yang meleleh di bawah permukaan bumi hingga akhirnya terekspose keluar dan menjadi batuan beku seperti saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Godean Itu sebetulnya adalah dulunya sebuah intrusi ya. Awalnya berada di dalam (permukaan bumi) tapi sekarang udah terekspos. Terdiri dari batuan beku yang cukup keras, istilahnya andesitic yang intermediate. Tidak asam, tidak basa tapi intermediate," jelas Danisworo saat ditemui di kediamannya di Sorosutan, Umbulharjo, Kota Jogja, Sabtu (8/6/2024).
Guru Besar UPN Veteran Yogyakarta ini menuturkan formasi perbukitan Godean adalah salah satu warisan geologi di Jogja. Kompleks Perbukitan Intrusi Godean, lanjutnya, mengandung rekahan ilmiah. Berupa bentang alam yang spesifik sebagai perbukitan sisa intrusi dan bermakna sebagai bukti magmatisme di zona depresi Jogja.
Berdasarkan unggahan situs geoparkjogja.jogjaprov.go.id, Kompleks Perbukitan Intrusi Godean terdiri dari tiga objek. Di antaranya Gunung Berjo, Gunung Buthak di wilayah Kalurahan Sidoluhur, Kapanewon Godean. Ada pula Pandawa Hill's yang berada di Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Godean.
"Nah kalau usia apakah lebih tua dari Nglangeran Gunungkidul ini masih debatable. Tapi kalau dikatakan sebagai endapan erupsi Merapi Purba juga bukan. Bukit-bukit itu formasi tersendiri," katanya.
Terkait usia, Danisworo memaparkan perbukitan di wilayah sekitar Godean. Untuk formasi kawasan Sentolo, menurutnya lebih tua dibandingkan dengan Nglangeran. Sementara untuk bentuk fisik menyerupai formasi Kebo Butak yang merupakan formasi penyusun stratigrafi pegunungan Selatan Jawa.
"Masih debatable, tapi menurut dugaan saya lebih muda karena dari intrusif dia belakangan dari kegiatan magma di belakang bumi dan menerobos di atasnya. Kalau nerobos Sentolo maka lebih muda dari Nglangeran," ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Danisworo juga menyoroti banyaknya aktivitas di kawasan perbukitan Godean. Paling utama adalah dikeprasnya perbukitan untuk menjadi hunian perumahan. Termasuk salah satunya pengambilan material tanah sebagai uruk proyek jalan tol di Jogja.
Meski tak bisa berbuat banyak, Danisworo meminta pemerintah terkait lebih peduli. Dalam artian pemenuhan kebutuhan hunian pemukiman tidak mengganggu kawasan geoheritage. Sehingga harus dilindungi dengan acuan Surat Menteri ESDM tentang kawasan geoheritage di Jogja.
"Memang ada atau tidak pengeprasan itu lama-kelamaan memang pasti habis karena pelapukan. Dari aspek geologi kalau sudah menjadi warisan geologi artinya sangat penting untuk keperluan pendidikan, penelitian dan kalau bisa itu justru dikembangkan untuk pariwisata," katanya.
Danisworo mengajak para pengembang properti maupun pemerintah berkoordinasi dengan pakar Geologi. Kaitannya agar pembangunan di kawasan Godean tidak merusak geoheritage. Termasuk untuk mengetahui lokasi-lokasi aman untuk pembangunan.
"Kalau misalnya itu ada pengeprasan harus ditentukan di daerah mana yang boleh dan tidak. Mungkin perlu meminta informasi dari para ahli geologi dan ada ikatan ahli geologi di Indonesia itu bisa dimintai pertimbangan. Kalau dikepras, bagian mana yang boleh dan bisa agar tidak mengganggu ekosistemnya," ujarnya.
![]() |
Terpisah, Dukuh Kwagon, Sidorejo, Godean, Sukiman Hadiwijoyo menuturkan aktivitas penambangan perbukitan marak. Berdasarkan informasi yang dia dapatkan, material tersebut digunakan untuk uruk pembangunan tol di wilayah Jogja.
Adanya aktivitas tersebut berimbas pada ketersediaan bahan baku genting tanah liat dan bata merah. Diketahui bahwa para perajin genting Godean menggunakan tanah liat perbukitan sebagai bahan baku. Namun memasuki tahun 2020 harus bersaing usai masuknya proyek tol.
"Nah ini yang merasa berkurangnya lahan atau bahan baku lempung yang masih bagus. Kalau tanahnya lempung banyak tapi yang bagus sesuai dengan speknya yaitu kaolinnya memenuhi syarat untuk unsur genteng ya berkurang," kata Sukiman.
Untuk gunung atau bukit tersebar di sejumlah wilayah Godean dan Seyegan. Meliputi Gunung Kwagon, Gunung Pare, Gunung So, Gunung Gedang, Gunung Jering, Gunung Kleben, Gunung Berjo dan Gunung Butak.
Terkait status, mayoritas merupakan milik perseorangan warga. Inilah yang membuat Sukiman tidak bisa melarang adanya pemindahan material tanah liat. Menurutnya transaksional adalah sepenuhnya wewenang pemilik.
"Saking banyaknya tidak lagi ratusan meter tapi hektaran. Mau nggak mau kita juga merasa agak sulit ketika mengendalikan itu karena sudah dijual ke pihak ketiga dalam bentuk uruk," ujarnya.
(apu/ams)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu