Setiap tahunnya, usai menuntaskan ibadah puasa selama sebulan di bulan Ramadhan, umat Islam akan berjumpa dengan Hari Raya Idul Fitri atau kerap juga disebut Lebaran. Nah, tahukah detikers bagaimana asal-usulnya Idul Fitri disebut Lebaran?
Pada momen istimewa ini, ada beberapa kegiatan identik yang masyarakat lakukan. Mulai dari mudik ke kampung halaman, mengadakan acara Syawalan, sampai bersilaturahmi. Semua ini dalam rangka merayakan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran.
Tanpa berlama-lama lagi, yuk, simak penjelasan asal-usul mengapa Idul Fitri disebut juga dengan Lebaran yang telah detikJogja rangkum di bawah ini. Selamat membaca!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arti Idul Fitri
Menilik Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, Idul Fitri adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan.
Lebih lanjut, dalam buku 'Fiqih Zakat Fithri & Shalat Idul Fithri' oleh Syahrul Fatwa, Ibnu 'Arabi dan Ibnu 'Abidin memberi keterangan lanjutan. Ibnu 'Arabi dalam 'Lisanul Arab' menjelaskan, "Ied itu dinamakan ied karena berulang setiap tahun dengan kegembiraan baru."
Sementara itu, Ibnu 'Abidin pada 'Hasyiyah Ibnu 'Abidin' memberikan keterangan lain: "Dinamakan ied karena Allah menganugerahkan berbagai macam nikmat kepada hamba-Nya sebagaimana hari-hari biasa seperti bolehnya makan setelah diwajibkannya puasa, zakat fitri, kesempurnaan haji, daging sembelihan dan lain sebagainya. Demikian pula karena pada hari tersebut nampak kesenangan dan kegembiraan pada manusia."
Asal-usul Kata Lebaran dan Kaitannya dengan Idul Fitri
Merujuk informasi dari situs resmi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, kata Lebaran ini bersumber dari lima padanan kata. Kelimanya adalah lebar-an, luber-an, labur-an, lebur-an, dan liburan yang masing-masingnya membawa makna tersendiri.
1. Lebar-an
Versi pertama menyatakan bahwa Lebaran bersumber dari kata 'lebar' yang berarti lapang dan kemudian ditambah imbuhan -an. Maknanya adalah bahwa seseorang mesti berlapang dada untuk memaafkan sekaligus meminta maaf di hari raya.
2. Luber-an
Dilihat detikJogja, dalam KBBI, luber berarti melimpah, meluah, ataupun melembak. Atau mudahnya adalah melewati batasan yang telah ditentukan. Dalam konteks hari raya, luber ini dikaitkan dengan luber maafnya, luber rezekinya, dan juga luber pula pahalanya. Karena itu, kata luber-an ini kemudian berubah menjadi Lebaran.
3. Labur-an
Biasanya, menjelang Hari Raya Idul Fitri, masyarakat Jawa akan melakukan 'laburan' yang berarti mengecat. Kebiasaan menjelang salah satu hari raya id ini kemudian lambat laun mengubah kata laburan menjadi lebaran yang maknanya setara dengan Idul Fitri.
4. Lebur-an
Kata leburan juga berasal dari bahasa Jawa yang artinya menyatukan. Selepas Ramadhan, seorang manusia diharapkan mampu meleburkan diri pada sifat-sifat yang baik. Semangat perubahan ini yang kemudian mengubah leburan menjadi lebaran.
5. Liburan
Setiap tahun, pada Hari Raya Idul Fitri, masyarakat akan mendapatkan jatah hari libur. Pengucapan kata liburan ini secara berulang-ulang kemudian menjadi awal mula munculnya istilah lebaran.
Dilansir detikEdu, Profesor Endang Aminudin Aziz, kata lebaran memiliki banyak asal kata. Di antaranya adalah dari bahasa Kawi yang bermakna tuntas atau selesai. Lebaran juga berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti tuntas atau tidak ada tuntutan.
Ringkasnya, kendati banyak asal-usul kata lebaran, istilah ini membawakan satu makna yang serupa, yaitu selesainya tuntutan dari agama atau kepercayaan masyarakat. Jika berbicara dengan konteks masa kini, maka istilah Lebaran merujuk pada selesainya umat Islam dalam mengerjakan ibadah puasa satu bulan penuh.
Sejarah Idul Fitri
Usai mengetahui alasan Idul Fitri kerap disebut Lebaran, tak ada salahnya untuk menambah wawasan seputar sejarah momen ini. Dikutip dari situs NU Online, ada dua peristiwa yang perlu digarisbawahi. Ini penjelasannya:
1. Kemenangan Umat Islam di Perang Badar
Hari Raya Idul Fitri pertama diperingati pada tahun kedua Hijriah. Kala itu, umat Islam baru saja meraih kemenangan dalam Perang Badar yang berlangsung pada tanggal 17 Ramadhan. Para sahabat beserta Rasulullah SAW merayakan dua kemenangan saat itu, yaitu kemenangan telah berhasil puasa sebulan penuh dan kemenangan dalam Perang Badar.
2. Nairuz dan Marjaan
Nairuz dan Marjaan adalah dua nama perayaan jahiliyah yang berisikan pesta pora, mabuk-mabukan, dan menari. Usai turunnya kewajiban puasa Ramadhan, umat Islam mendapatkan ganti hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى
Artinya: "Dari Anas bin Malik, ia berkata, 'Kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain. Ketika Nabi Muhammad SAW datang ke Madinah, beliau bersabda, 'Kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.'" (HR. Abu Dawud dan an-Nasa'i)
Nah, itulah penjelasan tentang asal-usul Idul Fitri kerap disebut Lebaran. Semoga menambah wawasan detikers sekalian, ya!
(par/par)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas