BBPOM DIY Temukan Cumi Kemasan Berformalin Asal Jawa Tengah

BBPOM DIY Temukan Cumi Kemasan Berformalin Asal Jawa Tengah

Dwi Agus - detikJogja
Selasa, 02 Apr 2024 13:21 WIB
Petugas BBPOM DIY menunjukan produk cumi asin berfomalin yang diperjualbelikan di swalayan pusat perbelanjaan di Jalan Suryotomo, Gondomanan, Kota Jogja, Selasa (2/4/2024).
Petugas BBPOM DIY menunjukan produk cumi asin berfomalin yang diperjualbelikan di swalayan pusat perbelanjaan di Jalan Suryotomo, Gondomanan, Kota Jogja, Selasa (2/4/2024). Foto: Dwi Agus/detikJogja.
Jogja -

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menemukan cumi asin mengandung formalin. Kandungan zat berbahaya ini ditemukan saat melakukan intensifikasi pengawasan pangan di salah satu pusat perbelanjaan di Jalan Suryotomo, Gondomanan, Kota Jogja hari ini.

Kepala BBPOM DIY Bagus Heri Purnomo menuturkan cumi asin berformalin ini ditemukan dalam rak bahan pangan. Merupakan satu merek jenis cumi asin berformalin dengan dua kemasan. Terdiri dari kemasan plastik dan toples makanan.

"Dari hasil sampling dan uji menggunakan rapid tes kita temukan satu produk cumi asin positif mengandung formalin," jelasnya ditemui saat melakukan intensifikasi pengawasan pangan di kawasan Jalan Suryotomo, Gondomanan, Kota Jogja, Selasa (2/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait temuan ini Bagus meminta pihak manajemen swalayan menarik semua produk cumi asin berformalin dari rak makanan. BBPOM meminta produk itu dimusnahkan secara mandiri dengan pengawasan. Hal ini untuk mengantisipasi produk pangan berformalin beredar di masyarakat.

"Produk yang positif mengandung bahan berbahaya kami minta untuk dimusnahkan oleh pihak toko dengan pengawasan petugas. Semua produk cumi asin dengan merek yang terbukti positif mengandung formalin," katanya.

ADVERTISEMENT

Pascatemuan ini, pihaknya akan melakukan investigasi guna melacak penyuplai cumi asin yang dikirimkan ke swalayan tersebut. BBOM bakal menyelidiki ke lokasi produksi cumi berformalin itu.

Dari hasil pemeriksaan sementara, Bagus menuturkan cumi asin tidak diproduksi di DIY. Pihak manajemen swalayan, lanjutnya, mengaku mendapatkan cumi dari kawasan Jawa Tengah. Namun Bagus belum menyebutkan secara jelas lokasi atau pabrik produsennya.

"Menurut pihak toko produk tersebut dari Jawa Tengah. Nanti kami akan menelusuri, terhadap produk tersebut untuk bisa kita koordinasikan dengan pihak pemerintah daerah setempat. Khususnya untuk ditindaklanjuti pengawasan dan produksinya," ujarnya.

Temuan bahan pangan berformalin ini berawal dari pemeriksaan bahan pangan. Dalam tindakan ini BBPOM DIY melakukan pemeriksaan terhadap 10 sampel bahan pangan. Mulai dari makanan ringan dengan warna mencolok hingga produk ikan laut.

Pemeriksaan, lanjutnya, dilakukan dengan metode rapid tes. Guna memeriksa kandungan berbahaya seperti pewarna rodamin B atau tekstil warna merah, metanil yellow atau pewarna kuning, boraks, dan formalin.

"Kita sampling berupa cemilan yang berwarna mencolok kemudian juga sampling terhadap produk ikan asin atau ikan kering. Ada 10 sampel dan hasilnya satu produk cumi asin positif berformalin," katanya.

Dalam kesempatan ini, Bagus meminta konsumen lebih teliti dalam membeli produk pangan. Terlebih mendekati hari raya Idul Fitri dengan maraknya paket parsel. Guna mengantisipasi produk mendekati kedaluwarsa yang turut dijual.

Langkah pertama adalah dengan mengecek kemasan produk. Pastikan dalam kondisi baik dan tidak rusak. Selanjutnya mengecek informasi dalam label produk pangan. Pastikan pula produk pangan sudah mengantongi izin edar dan PIRT resmi.

"Terakhir cek kedaluwarsa, pastikan produk makanan yang dibeli dan konsumsi belum melebihi batas kedaluwarsa yang tercantum dalam kemasan produk," ujarnya.




(apl/ams)

Hide Ads