Cek Sentra Kuliner, BBPOM Mataram Temukan Sampel Takjil Positif Boraks

Cek Sentra Kuliner, BBPOM Mataram Temukan Sampel Takjil Positif Boraks

Sui Suadnyana, Nathea Citra - detikBali
Selasa, 18 Mar 2025 20:23 WIB
BBPOM Mataram mengecek kandungan pangan di Lombok Utara, NTB, Selasa (18/3/2025). (Dok. BBPOM Mataram)
Foto: BBPOM Mataram mengecek kandungan pangan di Lombok Utara, NTB, Selasa (18/3/2025). (Dok. BBPOM Mataram)
Mataram -

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Mataram menemukan satu sampel takjil yang positif mengandung boraks. Makanan itu ditemukan saat mengecek sejumlah titik sentra kuliner takjil di Lombok Barat dan Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kepala BBPOM Mataram, Yosef Dwi Irwan, menuturkan sebanyak 41 sampel takjil diuji. Sampel makanan itu berupa mi basah, bakso, tahu, cenil, lupis, ketan, es, minuman berwarna, sate, pepes, kolak, kurma, cincau, puding, jeli mutiara, saus, dan lain-lain. Hasil uji cepat, didapatkan satu sampel mi basah positif boraks.

"Kami telah koordinasikan dengan Dinas Kesehatan Lombok Utara untuk dapat menindaklanjuti temuan tersebut karena temuan mi basah tersebut di tingkat pedagang. Harus ditelusuri sampai ke tingkat produksi, untuk dilakukan pembinaan dan memutus mata rantainya," kata Yosef di Mataram, Selasa (18/3/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Atas temuan tersebut, Yosef mengimbau masyarakat untuk cermat dalam membeli takjil. "Pastikan kebersihan dari lokasi jualannya, kebersihan pedagangnya, makanannya tertutup, pedagang menggunakan sarung tangan atau penjepit saat mengambil makanan. Jika takjil nampak ada penyimpangan warna, bau dan rasa jangan dibeli," pintanya.

Selain mendapatkan satu sampel pangan positif boraks, BBPOM Mataram bersama tim terpadu melakukan pemeriksaan terhadap enam sarana retail pangan di Lombok Utara dan Lombok Barat. Hasilnya, dua sarana tidak memenuhi ketentuan.

Hasil pemeriksaan enam retail pangan tersebut, didapatkan produk rusak berupa yoghurt dan susu kental manis dengan kemasan penyok. Total produk rusak yang ditemukan berjumlah 199 pieces dengan nilai ekonomi Rp 446.400.

Menurut Yosep, temuan tersebut berasal dari dua retail pangan. Pangan yang rusak dilakukan pemusnahan oleh pemilik retail. Sedangkan pangan dengan kemasan penyok diperintahkan untuk dikembalikan ke supplier dengan disertai bukti retur.

"Jika konsumen menemukan pangan kaleng, seperti susu kental manis, ikan kaleng, buah kaleng, dengan kondisi rusak, jangan dibeli meskipun dijual dengan harga diskon. Pengemas kaleng yang sudah penyok pelapis bagian dalamnya dapat terkelupas dan dapat mengakibatkan karat pada bagian dalam sehingga mengakibatkan cemaran terhadap pangan tersebut," jelas Yosep.

Menurut Yosef, kaleng pangan dengan kondisi penyok berpotensi menyebabkan keracunan makanan yang serius, salah satunya botulisme. Botulisme diakibatkan oleh bakteri Clostridium botulinum yang dapat tumbuh di dalam kaleng yang penyok, terutama pada bagian sambungan atas atau samping.

"Kita tidak dapat melihat, mencium, ataupun merasakan kandungan toksin ini. Namun, sedikit kandungan toksin ini dapat menyebabkan kelumpuhan otot, kesulitan bernapas, dan bahkan kematian," tutur Yosef.

Atas temuan tersebut, Yosef meminta para pedagang untuk melakukan penyimpanan sesuai dengan petunjuk label produk. Contohnya produk yogurt, seharusnya disimpan pada suhu kurang dari empat derajat Celsius di dalam lemari pendingin. Jika tidak, dapat mengakibatkan kerusakan produk dan mengakibatkan keracunan pangan akibat tumbuhnya mikroba.




(iws/iws)

Hide Ads