Tokoh-tokoh Kebangkitan Nasional Asal Jawa Timur

Tokoh-tokoh Kebangkitan Nasional Asal Jawa Timur

Katherine Yovita - detikJatim
Selasa, 20 Mei 2025 12:30 WIB
Logo Hari Kebangkitan Nasional 2025
Logo Hari Kebangkitan Nasional 2025. Foto: Dok Kementerian Komunikasi dan Digital
Surabaya -

Setiap tanggal 20 Mei, masyarakat Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Momen ini menjadi tonggak sejarah penting yang menandai lahirnya kesadaran kolektif sebagai satu bangsa yang bersatu melawan penjajahan.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional merujuk pada berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908, organisasi modern pertama di Indonesia yang menjadi simbol awal pergerakan nasional menuju kemerdekaan.

Semangat kebangkitan ini tentu tidak lepas dari peran besar para tokoh pergerakan nasional dari berbagai daerah. Meskipun berasal dari latar belakang yang beragam, mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan dan membangun jati diri sebagai bangsa yang merdeka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tokoh-tokoh Kebangkitan Nasional yang Berasal dari Jawa Timur

Dalam deretan tokoh penting di balik pergerakan kebangkitan nasional, tercatat beberapa nama besar seperti Dr Wahidin Soedirohoesodo, Dr Soetomo, HOS Tjokroaminoto, Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara), EFE Douwes Dekker, hingga Dr Tjipto Mangoenkoesoemo.

Dari nama-nama tersebut, terdapat dua tokoh penting yang berasal dari Jawa Timur. Siapa saja mereka? Yuk, simak penjelasan lengkapnya berikut ini untuk mengenal lebih dekat tokoh-tokoh Kebangkitan Nasional asal Jawa Timur.

ADVERTISEMENT

1. Dr Soetomo

Dr Soetomo, yang memiliki nama asli Soebroto, lahir pada 30 Juli 1888 di Desa Ngepah, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Ia dikenal sebagai salah satu pendiri organisasi Budi Utomo, tonggak awal pergerakan nasional Indonesia.

Organisasi Boedi Oetomo berdiri pada tahun 1908 saat Soetomo masih menempuh pendidikan di STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen), sekolah kedokteran bagi pribumi di Batavia. Nama "Boedi Oetomo" terinspirasi dari ucapan Dr Wahidin Soedirohoesodo: "Punika satunggaling pedamelan sae sarta nelakaken budi utami," yang berarti suatu perbuatan baik yang mencerminkan budi luhur.

Boedi Oetomo dibentuk dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia melalui pendidikan, pertanian, perdagangan, dan kebudayaan. Organisasi ini menjadi simbol kesadaran nasional dan semangat untuk mandiri sebagai bangsa.

Tahun 1919, Dr. Soetomo melanjutkan studi ke Belanda. Di sana, semangat kebangsaannya tidak surut. Ia aktif di organisasi Perhimpunan Indonesia, wadah perjuangan pelajar-pelajar Indonesia di luar negeri.

Sepulangnya ke tanah air pada tahun 1924, Dr. Soetomo mendirikan Indonesische Studie Club, yang menjadi wadah intelektual kaum terpelajar untuk mengembangkan pemikiran kebangsaan. Organisasi ini kemudian berkembang menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) pada 1931.

Karena tekanan pemerintah kolonial, PBI dan Boedi Oetomo akhirnya melebur menjadi satu dengan nama Partai Indonesia Raya (Parindra) pada 1935. Atas jasa-jasanya, Dr. Soetomo ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI No. 657 Tahun 1961.

2. HOS Tjokroaminoto

Raden Haji Oemar Said Tjokroaminoto, atau lebih dikenal sebagai HOS Tjokroaminoto, lahir pada 16 Agustus 1882 di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Ia dijuluki "Raja Jawa Tanpa Mahkota" oleh pemerintah kolonial Belanda karena pengaruhnya yang besar dalam menggerakkan rakyat pribumi.

Tjokroaminoto dikenal sebagai pemimpin Sarekat Islam (SI), organisasi massa yang awalnya berfokus pada perjuangan ekonomi dan perdagangan rakyat kecil. Namun di bawah kepemimpinannya sejak tahun 1914, SI berkembang menjadi kekuatan politik yang sangat berpengaruh dalam pergerakan nasional Indonesia.

Tjokroaminoto dikenal sebagai orator ulung dan pemikir cemerlang. Ia menggagas trilogi perjuangan Sarekat Islam, yaitu:
"Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat."

Gagasan ini menjadi dasar pembentukan karakter kader-kader bangsa. Tak heran jika banyak tokoh besar Indonesia pernah berguru langsung kepadanya, di antaranya: Ir. Soekarno, Semaoen, Musso, Alimin, hingga Kartosuwiryo.

Mereka pernah tinggal di indekos milik Tjokroaminoto di Surabaya, yang menjadi pusat diskusi dan pertukaran gagasan perjuangan kemerdekaan. Tjokroaminoto bukan hanya sosok pemimpin, tetapi juga pendidik dan penggerak kebangkitan rakyat yang berpikir maju. Warisannya dalam sejarah Indonesia terus dikenang hingga kini.




(hil/irb)


Hide Ads