- Kumpulan Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #1: Puasa dari Fitnah dan Berita Bohong Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #2: Bukber Semangat, Tapi Sholat Magrib Lewat Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #3: Sekali Dayung Dua Tiga Pulau Terlampaui Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #4: Momentum Melindungi Kelompok Rentan Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #5: Di Mana Bumi Dipijak di Situlah Langit Dijunjung Materi Kultum Ramadhan Singkat #6: Hal-hal yang Membatalkan Puasa Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #7: Meraih Keberkahan Ramadhan Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #8: Tetap Produktif Bekerja saat Berpuasa Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #9: Menjaga Semangat Ramadhan untuk Setahun ke Depan Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #10: Ramadhan Bulan Turunnya Al-Quran
Selama bulan suci Ramadhan berlangsung, biasanya masjid-masjid akan mengadakan tiga kali kultum dalam sehari. Ketiganya adalah usai sholat subuh, sebelum buka puasa, dan setelah sholat isya. Teruntuk yang membutuhkan, ini 10 materi kultum Ramadhan 2024 yang singkat!
Menilik Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, kultum adalah akronim dari kuliah tujuh menit. Lebih lanjut, kultum didefinisikan sebagai ceramah agama berdurasi tujuh menit yang biasanya dihadirkan setelah sholat berjamaah atau menjelang buka puasa bulan Ramadhan.
Nah, berhubung intensitas kultum yang begitu tinggi di bulan Ramadhan, berikut ini detikJogja himpunkan 10 materi kultum Ramadhan 2024. Selamat membaca dan semoga menginspirasi!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kumpulan Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat
Sumber yang digunakan detikJogja kali ini adalah buku 'Syiar Ramadhan Perekat Persaudaraan' terbitan Kementerian Agama, 'Kultum Ramadhan dengan Pribahasa Sehari-hari' karya Lucky Juniardi Abu Yusuf al-id al-Ma'muri, buku 'Kumpulan Kultum Ramadhan Mutiara Nasihat Seribu Bulan' yang dirilis oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, buku 'Materi Ceramah Ramadhan' karya Dedy Novriadi, situs resmi Muhammadiyah, laman NU Online, dan website NU Jawa Barat.
Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #1: Puasa dari Fitnah dan Berita Bohong
Tindakan intoleransi kepada kelompok lain, karena perbedaan agama, politik, keyakinan, etnis, budaya dan lain-lain, kini semakin marak terjadi di tengah masyarakat. Akibat dari tindakan ini, membuat munculnya suasana disharmoni, dan bahkan konflik antara kelompok satu dengan kelompok lain.
Tindakan saling hujat, pengerahan demo, saling caci, saling fitnah, mengaku paling Pancasilais dan kelompok lain anti Pancasila, kini semakin merajalela. Banyaknya fitnah dan berita bohong di media sosial, kini semakin menambah tajamnya permusuhan antar kelompok yang berbeda kepentingan.
Padahal, sejatinya masyarakat harus bisa lebih cerdas melihat kualitas berita (informasi), agar jangan sampai terjebak pada permusuhan dan konflik. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأَ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (Q.S. al-Hujurat [49]: 6)
Demikian pula dalam konteks bernegara betapa pentingnya kita menjaga ucapan dan menyebarkan berita untuk menjaga kerukunan di tengah masyarakat. Ucapan kebencian dan permusuhan kini begitu mudah muncul yang membuat kegalauan dan ketakutan luar biasa di tengah masyarakat.
Ucapan makar, anti Pancasila, radikal, melepaskan diri dari NKRI begitu banyak muncul dalam pemberitaan media. Apa sesungguhnya yang salah dalam cara pikir dan budaya masyarakat saat ini sehingga begitu mudah tersulut kebencian dan saling fitnah.
Padahal selama ini masyarakat Indonesia terkenal sangat toleran, rukun, pemaaf, dan saling menghargai di tengah perbedaan yang ada. Mengapa kini muncul fanatisme politik yang berlebihan, semangat kedaerahan yang berlebihan, dan perdebatan yang cukup melelahkan karena perbedaan warna politik.
Padahal dalam Al-Quran sudah dijelaskan bagaimana cara berdebat yang baik dan bagaimana cara mengajak masyarakat pada jalan kebaikan. Allah SWT berfirman:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
"Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S. an nahl [16]: 125).
Kalau tokoh-tokoh politik dan tokoh-tokoh agama mampu menerapkan cara yang santun dalam berdebat dan menyikapi perbedaan pendapat tentu tidak akan muncul tindakan intoleransi di tengah masyarakat.
Kasus-kasus intoleransi yang terjadi saat ini harus diurai dengan akal sehat dan pikiran yang jernih demi keutuhan bangsa. Tidak boleh ada satu kelompok yang merasa lebih Pancasilais dari kelompok lain, dan menuduh kelompok lain itu anti Pancasila, radikal dan membuat makar.
Kalau tindakan intoleransi yang marak saat ini tidak segera diatasi dengan baik, akan bisa menjadi "bom waktu" yang akan mengoyak semangat nasionalisme dan persatuan bangsa. Pemerintah tentu harus mampu bertindak adil dan jujur dalam mengatasi setiap persoalan yang ada di tengah masyarakat.
Jangan ada kelompok yang dibiarkan membuat keonaran, sementara kelompok lain dicari-cari kesalahannya dan begitu mudah memberi label makar. Ini tentu tindakan konyol dan akan membuat prahara bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sesungguhnya budaya masyarakat Indonesia yang pluralistik ini terkenal sangat toleran, santun, dan menghargai perbedaan yang ada. Kemauan untuk menghargai dan menghormati perbedaan adalah merupakan bagian dari kebudayaan yang sangat luhur.
Masyarakat yang menghargai nilai-nilai budaya tidak akan terjebak pada konflik, karena bagi masyarakat yang berbudaya, perbedaan adalah suatu keindahan yang harus dipelihara dengan baik. Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan oleh akal budi manusia.
Akhirnya dalam momentum Ramadhan ini kita tidak hanya sekedar puasa dengan menahan lapar dan haus. Namun di tengah kondisi bangsa yang kini terjebak pada bahaya intoleransi kita perlu puasa dari fitnah dan berita bohong.
Kita harus cerdas dan cermat menyebarkan informasi yang jujur dan sejuk agar bisa mencerdaskan masyarakat. Sebaliknya, berita bohong dan fitnah sangat menyesatkan dan akan menimbulkan kerusakan yang luar biasa.
Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #2: Bukber Semangat, Tapi Sholat Magrib Lewat
Bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudari, bagaimana puasa hari ini? Semoga selalu lancar Aamiin ya Rabbal alamiin.
Tema ceramah hari ini sangat menarik yakni, "Bukber Semangat, tapi sholat Maghrib Terlewat". Ada di sini orang yang pernah seperti itu? Orangnya datang? Jangan diulangi lagi ya. Sebelum dibahas lebih lanjut, mari kita baca bersama-sama QS. Al-Ma'un ayat 4-7.
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (٤) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (٥) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُوْنَ (٦) وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ (۷)
"4. Celakalah orang-orang yang melaksanakan sholat; 5. (yaitu) yang lalai terhadap sholatnya; 6. Yang berbuat riya; 7. Dan enggan (memberi) bantuan."
Hadirin yang dirahmati Allah SWT,
Baca ayat ini jangan hanya sepotong ya Pak, Bu. Jangan hanya fawailul lil mushollin. Jika hanya sepotong, ini bahaya, masak orang yang melaksanakan sholat kok celaka. Kita lihat ayat setelahnya, yaitu orang yang lalai terhadap sholatnya.
Maksud dari lalai itu apa sih? Ini yang mesti dijelaskan. Syekh Ibnu Asyur dalam kitab tafsirnya Atahrir wa At- Tanwir menekankan betul bahwa kata sahûn itu bukan lalai karena lupa tidak melakukan sunnah ab'ad dalam sholat, seperti lupa tidak tasyahud awal misalnya, atau karena ragu dengan jumlah rakaat sholat. Bukan itu maksudnya. Kalau itu kan kita diminta untuk melakukan sujud sahwi.
Ibnu Asyur menyebutkan bahwa orang lalai itu adalah orang yang melakukan sholat karena riya', tidak ikhlas dan tanpa ada niat yang tulus. Orang ini pun mudah meninggalkan sholat. Ini yang dimaksud sebagai orang yang lalai itu.
Imam Jajaluddin As-Suyuthi mengumpulkan beberapa riwayat yang menafsirkan ayat ini. Dalam kitab Ad-Durrul Mantsur, salah satu riwayat itu adalah:
وأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ مَرْدُويَة عَنِ ابْنِ عَبَّاسِ الَّذِينَ هُم عَنْ صَلَاتِهِمْ ساهُونَ قَالَ: هُمُ المَنافِقُونَ يَتْرُكُونَ الصَّلاةَ في السر ويُصَلُّونَ في العلانية
"Ibnu Jarir dan Ibnu Marduwiyah dari Ibnu Abbas menyebutkan bahwa mereka adalah orang-orang munafik yang meninggalkan sholat saat tidak ada orang dan sholat saat di keramaian."
Dari sini, istilah munafik itu sangat luas artinya. Tetapi, yang perlu digarisbawahi adalah dalam kondisi apapun jangan pernah menyepelekan sholat. Wajib is wajib, no debat!!
Hadirin yang dirahmati Allah SWT,
Buka bersama pada dasarnya adalah aktivitas yang boleh dan baik. Karena hadis Nabi sebenarnya menyebutkan bahwa kebahagiaan bagi orang yang berpuasa itu salah satunya karena berbuka.
Rasulullah SAW bersabda:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
"Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiaran ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya," (HR Muslim).
Saya membayangkan betapa nikmatnya berbuka puasa bersama. Di momen tersebut, kita bisa silaturahim mengumpulkan sanak famili, kerabat, tetangga, bahkan kawan lama. Kebahagiaan itu memang sudah Rasulullah SAW. sampaikan.
Tetapi, problemnya bukan di buka bersama ya Pak, Bu. Problemnya adalah jika orang-orang yang berbuka puasa itu melewatkan sholat maghrib. Allah SWT, memperingati betul, bahwa orang yang melewatkan puasa ini disebut akan celaka lho. Jadi, kita perlu berhati-hati.
Lantas, bagaimana kita agar tetap tidak melewatkan sholat maghrib. Berikut tipsnya:
1. Kita menyusun agenda sholat berjamaah. Maksudnya, ketika adzan maghrib kita hanya membatalkan puasa saja dengan sajian iftar secukupnya. Setelah itu kita sholat berjamaah, baru kemudian kita makan besar.
2. Acara dimulai dari siang atau setelah ashar, bukan dimulai ketika maghrib. Ini menjadi perhatian, karena biasanya bukber ini kemepetan. Sehingga, rata-rata meskipun sholat maghribnya aman tapi sholat tarawihnya bablas.
3. Mencari tempat yang kondusif. Ini sangat penting, kalau buka bersama di tempat umum yang tidak kondusif, maka kemungkinan agenda sholat akan terganggu. Bisa jadi ada rombongan lain yang pada akhirnya gantian dulu untuk bisa sholat.
4. Kepanitiaan dibentuk dengan maksimal. Ini untuk menjaga-jaga, karena sholat maghrib itu waktunya sangat pendek.
Terakhir, izinkan saya berpantun:
Pak camat beli tomat
Yang beli harus hormat
Boleh saja buka bersama semangat
Tapi ingat, sholat maghrib jangan lewat
Terima kasih saya sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangan. Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #3: Sekali Dayung Dua Tiga Pulau Terlampaui
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
Hadirin kaum muslimin dan muslimat, yang semoga Allah rahmati kita semua, tema kita pada saat ini adalah "Sekali dayung dua tiga pulau terlewati."
Kira-kira apa makna pribahasa itu? Itulah peribahasa orang dahulu. Apa makna yang terkandung dalam kata itu? Maknanya adalah sekali mengerjakan maka dapat menyelesaikan dua atau tiga pekerjaan sekaligus atau bahkan lebih, dalam satu waktu."
Kaitannya dengan bulan Ramadhan apa? Jamaah sholat isya dan tarawih yang dirahmati Allah, tentu peribahasa di atas bisa pula kita kaitkan dengan bulan yang mulia ini, yaitu satu orang, bisa mendapatkan pahala dua atau tiga orang atau bahkan lebih dalam satu waktu.
Amalan apa itu? Yaitu memberi makan orang yang berbuka puasa. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberikan kabar gembira dengan sabdanya,
مَنْ فَطَرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ ، غَيْرُ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
"Barangsiapa yang memberi makan orang yang (berbuka) pua-sa, maka baginya pahala semisal orang yang berpuasa, tanpa dikurangi dari pahala orang yang berpuasa sedikitpun" (HR. At- Tirmidzi: 807 dan Ibnu majah: 1746)
Sebagai faedah: memberi makan orang yang berbuka puasa ada beberapa bentuk:
1. Mengundangnya untuk makan di rumah, atau;
2. Membuatkan makanan dan mengirimkan untuknya, atau;
3. Membelikan makanan untuknya.
Kalau kita menjamu satu orang saja untuk berbuka, maka pahala puasanya akan kita dapatkan dan tidak mengurangi pahala orang itu sedikitpun. Lalu, bagaimana kalau yang kita jamu ada lima orang? Atau satu masjid? Berapa banyak pahala yang didapat?
Hadirin kaum muslimin dan muslimat yang kami hormati, mari kita gunakan kesempatan emas ini untuk menjamu berbuka puasa keluarga, kawan, tetangga dan siapa saja. Supaya kita bisa meraih pahala yang berlipat-lipat ganda. Sekali dayung dua tiga pulau terlewati.
وَصَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #4: Momentum Melindungi Kelompok Rentan
Islam merupakan agama yang sempurna, kehadirannya melengkapi dan memperbaiki ajaran agama yang sudah ada sebelumnya. Di dalam Islam terkandung muatan nilai-nilai yang tidak hanya berdimensi personal-vertikal yang mengatur relasi makhluk dengan Sang Pencipta, tetapi juga muatan yang berdimensi sosial-horizontal yang memandu hubungan manusia dengan sesamanya.
Sebagai sebuah sistem sekaligus sumber nilai dan norma dalam berperilaku, Islam telah memberikan pondasi indah dalam membangun hubungan dengan kelompok lemah termasuk kelompok rentan, yaitu kelompok yang memiliki keterbatasan, kerawanan, dan yang bisa menghambat keberfungsian sosial.
Kita bisa menyaksikan bagaimana Islam mengajarkan untuk menyantuni kaum fakir miskin, atau mereka yang memiliki kekurangan dan sebagainya. Dalam berbagai jenisnya, kelompok rentan bisa dilihat dari aspek kerentanan sumber daya (seperti fakir miskin), kerentanan akses dan kesempatan (seperti perempuan), kerentanan mobilitas (seperti difabel), termasuk kerentanan dari segi usia, yaitu anak-anak dan lanjut usia.
Di Indonesia, anak-anak dan lansia merupakan kelompok rentan yang cukup dominan dalam postur kependudukan saat ini dan diproyeksikan akan terus mengalami peningkatan.
Berdasarkan Profil Anak Indonesia 2015 yang diterbitkan oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pada tahun 2014 penduduk Indonesia yang berumur 0-17 tahun mencapai 82,8 juta atau sebesar 32,9 persen dari keseluruhan penduduk yang berjumlah 252 juta.
Apabila dilihat dari sudut pandang ketergantungan, maka sepertiga dari jumlah penduduk Indonesia masih membutuhkan perlindungan, baik oleh keluarga, masyarakat, ataupun negara.
Adapun untuk kelompok umur berikutnya, yaitu mereka yang berusia di atas 60 tahun atau lansia, Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan populasi lansia terbanyak di dunia.
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah lanjut usia di Indonesia berada dalam kisaran 18,1 juta jiwa (7,6% dari total jumlah penduduk). Namun hingga tahun 2014 jumlah penduduk lanjut usia 18,781 juta jiwa dan diproyeksikan tahun 2025 jumlahnya mencapai hingga 36 juta jiwa.
Semakin meningkat bukan? Bagaimana dengan kondisi yang dialami oleh kelompok rentan tersebut?
Pelbagai berita di media sering muncul kabar kekerasan yang dialami oleh anak-anak, mulai dari pelecehan seksual, korban eksploitasi, trafficking, bullying dan sebagainya. Begitupun fenomena lansia, banyak kasus yang terlantar, terlebih jika memiliki kerentanan ganda, yaitu miskin dan penyandang disabilitas.
Dalam hal perlindungan anak, Pemerintah sudah mengeluarkan Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang No. 34 tahun 2014.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dibentuk oleh pemerintah pada tahun 2002 dalam rangka meningkatkan efektifitas penyelenggaraan perlindungan anak.
Begitupun bagi kelompok lansia, regulasi perundangan sudah dibuat dengan adanya Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia yang kemudian disusul dengan dibentuknya Komisi Nasional Perlindungan Penduduk Lanjut Usia atau Komnas Lansia pada tahun 2004 sebagai koordinator usaha peningkatan kesejahteraan sosial orang lanjut usia di Indonesia.
Tentu saja, upaya pemerintah tidak akan berarti tanpa adanya dukungan masyarakat secara umum. Terlebih, Indonesia merupakan negara mayoritas muslim, sebagaimana agama Islam mengajarkan, seyogyanya menyantuni kelompok rentan ini.
Rasulullah SAW memberikan tuntunan yang jelas dalam menyikapi dua jenis kelompok umur tersebut, sebagaimana sabdanya:
عن ابن عباس - رضي الله عنها - عن رسول الله قال: «ليس منا من لم يوفر الكبير, ويرحم الصغير، ويأمر بالمعروف وينهى عن المنكر». رواه أحمد والترمذي وابن حبان في صحيحه
"Dari Ibnu Abbas radiallahu anhuma, dari Rasulullah SAW, beliau berkata: "Bukan termasuk dari kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua, dan tidak menyayangi yang lebih kecil, serta orang yang tidak memerintah pada kebaikan dan mencegah perbuatan munkar." [HR Ahmad, at-Tirmidzi, dan Ibnu Hibban dalam shahihnya]
Senada dengan hadits di atas, Rasulullah SAW bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا
"Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang yang dituakan diantara kami" (HR. at-Tirmidzi).
Dalam riwayat lainnya dari Abu Hurairah RA, Beliau bersabda:
مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُحِلَّ كَبِيرَنَا فَلَيْسَ مِنَّا
"Barangsiapa yang tidak menyayangi orang yang lebih muda di antara kami dan tidak mengerti hak orang yang lebih tua maka dia bukan termasuk golongan kami" [HR Bukhari].
Dari ketiga hadits di atas, menegaskan bahwa Islam sangat menyantuni anak dan lansia. Bagaimana orang Islam diperintahkan senantiasa menyayangi anak-anak dan memuliakan orang yang lebih tua.
Demikianlah seharusnya sikap seorang muslim dalam mengikuti sunnah Nabi. Aktualisasi sikap itu tentu saja akan terwujud bila memiliki kesadaran kolektif yang mampu melindungi anak dan lansia, baik dalam berkeluarga, bermasyarakat, maupun bernegara.
Dengan begitu, Islam sebagai agama yang ramah terhadap anak dan lansia, sungguh memiliki relevansi nyata untuk melindungi keduanya. Umat Islam Indonesia, sudah saatnya menjadi garda terdepan untuk mempromosikan prinsip Islam universal. Di mana melindungi anak dan menghormati orang tua (lansia) sudah menjadi keharusan bagi seorang muslim yang beriman.
Maka dari itu, sumber kedua ajaran Islam (al-Hadist) sebagai kunci menjalani hidup agar senantiasa dihayati dan diamalkan dalam rangka mempertebal kualitas keimanan.
Ajaran Nabi di abad 14 silam, sungguh memiliki relevansi nyata di era kekinian. Bagaimana kita sebagai penerus perjuangan Nabi dalam menjaga Islam terus menyeru kebaikan, salah satu buktinya adalah dengan melindungi orang tua dan menghargai anak-anak.
Melalui momentum Ramadhan ini, sudah saatnya kita melakukan refleksi diri, yang terkadang lupa untuk menghidupkan kembali spirit Islam yang mulia ini. Spirit ini termaktub dalam nilai-nilai kekeluargaan (ukhuwah islamiyah), jangan sampai kita terlena dan terjebak dalam pusaran egoisme pribadi dan hedonisme nafsu duniawi.
Sudah saatnya kita melindungi, mengayomi, dan memberikan rasa kasih sayang kepada kelompok rentan di negeri ini. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kepada kita untuk menyayangi anak dan menghormati orang tua (lansia), bila tidak, maka kita bukanlah termasuk dari golongan umatnya. Wallahu a'lam bis-showaab!
Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #5: Di Mana Bumi Dipijak di Situlah Langit Dijunjung
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ, أَمَّا بَعْدُ
Hadirin kaum muslimin dan muslimat, yang berbahagia, tema kita pada saat ini adalah "Di mana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung."
Kira-kira apa makna peribahasa itu? Peribahasa "Dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung" memiliki makna "beradaptasi di tempat yang baru."
Karena bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran, sebagaimana firman Allah ta'ala,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
"Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan- penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS. Al Baqarah: 185]
Apa kaitannya? Kaitannya dengan bulan Ramadhan adalah karena kita sudah memasuki bulan Ramadhan, bulan diturunkannya Al-Quran maka hendaknya kita beradaptasi dengan mengisi bulan itu dengan memperbanyak membaca al-Quran.
Imam Az-Zuhri rahimahullahu berkata,
إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ إِنَّمَا هُوَ شَهْرُ تِلَاوَةِ الْقُرْآنِ وَإِطْعَامِ I الطَّعَامِ
"Jika masuk bulan Ramadhan, sesungguhnya ia adalah bulan hanya membaca Al Quran dan memberi makan."
Apa keutamaan membaca Al-Quran? Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, supaya kita semangat membaca Al-Quran maka hendaknya kita pelajari apa saja keutamaannya:
1. Akan mendapatkan pahala yang lebih baik daripada harta dunia.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أَفَلَا يَغْدُوْ أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمُ أَوْ يَقْرَأُ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ. وَثَلَاثُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلَاثٍ وَأَرْبَعُ خَيْرٌ مِنْ أَرْبَعٍ. وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الإِبِلِ
"Tidaklah salah satu diantara kalian pergi ke masjid kemudian mempelajari atau membaca dua ayat dari kitabullah hal itu lebih baik daripada mendapatkan 2 unta, membaca 3 ayat lebih baik daripada mendapat 3 unta, membaca 4 ayat lebih baik daripada mendapat 4 unta, dan dari sekian jumlah ayat yang dibaca maka itu lebih baik daripada mendapatkan sekian jumlah unta. (HR. Muslim: 803)
2. Akan mendapatkan pahala yang melimpah ruah.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامُ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
"Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (al- Qur'an) maka baginya satu pahala, dan satu pahala akan dilipatgandakan menjadi sepuluh pahala. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, akan tetapi alif itu satu huruf, laam itu satu huruf dan miim itu satu huruf. (HR. At-Tirmidzi: 2910)
3. Akan mendapatkan syafa'at pada hari kiamat.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
اقْرَأُوْا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
"Bacalah Al-Quran, karena sesungguhnya Al-Quran pada hari kiamat akan memberikan syafa'at kepada pembacanya." (HR. Muslim: 804)
4. Akan mendapatkan kebaikan bagi pembacanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقُ لَهُ أَجْرَانِ
"Orang yang mahir membaca Al-Quran akan bersama-sama dengan malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan terbata-bata dan merasakan kesulitan (dalam membacanya) maka baginya 2 pahala." (HR. Muslim: 798)
Dan tentunya masih banyak lagi keutamaan-keutamaan lainnya.
Hadirin kaum muslimin dan muslimat,
Perlu kita ketahui, apapun dan siapapun yang punya hubungan atau berinteraksi dengan Al-Quran maka dia akan menjadi mulia, Allah yang Maha Mulia, menurunkan Al-Quran yang mulia kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, sehingga beliau menjadi nabi yang paling mulia.
Allah turunkan Al-Quran melalui perantara malaikat Jibril 'alaihissalam, sehingga menjadi malaikat yang paling mulia, Al-Quran diturunkan di Makkah dan Madinah, sehingga dua kota tersebut menjadi kota yang paling mulia.
Al-Quran diturunkan di bulan Ramadhan, sehingga menjadi bulan paling mulia, al-Qur'an diturunkan di malam Lailatul Qadar, sehingga menjadi malam paling mulia yang lebih baik daripada seribu bulan.
Al-Quran diturunkan dengan bahasa Arab, sehingga menjadi bahasa paling mulia, bahkan selembar kertas yang tidak ada harganya, kalau bertuliskan ayat-ayat Allah, firman-firman Allah di dalamnya maka selembar kertas pun akan mulia, disimpan ditempat yang mulia, dan tidak mungkin diinjak-injak atau dihinakan.
Lalu bagaimana dengan lidah kita yang selalu basah karena membaca Al-Quran, pikiran yang selalu menghafal Al-Quran dan hati yang selalu mentadabburi Al-Quran?
Para jama'ah sekalian, marilah kita isi hari-hari Ramadhan dengan membaca Al-Quran dan kita memohon kepada Allah agar kita selalu dimudahkan dalam mengamalkannya.
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Materi Kultum Ramadhan Singkat #6: Hal-hal yang Membatalkan Puasa
السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَمَرَنَا بِالاعْتِصَامٍ بِحَبْلِ اللهِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لا نَبِيَّ بَعْدَهُ أَمَّا بَعْدُ قَالَ اللَّهُ تَعَالَ فِي الْقُرْآنُ الْكَرِيمُ أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ بِسمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُم لَعَلَّكُم تَتَّقُونَ (البقرة : ۱۸۳)
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Pertama-tama marilah kita ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana sampai detik ini kita masih diberikan oleh Allah berupa nikmat iman, Islam, kesehatan dan kesempatan sehingga mampu hadir di tempat yang penuh barokah ini.
Sholawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang dengan segala perjuangan dan pengorbanannya telah mampu menerangi qalbu ummat manusia dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang dibawah naungan wahyu Illahi Robbi.
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Di antara perbuatan-perbuatan yang membatalkan puasa adalah: pertama, makan dan minum dengan sengaja, Allah SWT berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 187:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرَ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى الَّيْل وَلَا تُبْشِرُوهُنَّ وَأَنتُم عَكِفُونَ فِي الْمَسْجِدُّ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ عَايَتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (البقرة: ۱۸۷)
Artinya:"...dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa." (QS. Al Baqarah: 187)
Kedua, melakukan jima' (Bersetubuh) pada siang hari di bulan Ramadhan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Baqarah 187:
أُحِلَّ لكم ليلة الصِيَامِ الرَّقْتُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُم تَحْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ فَالُنَ بَشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللهُ لَكُم (البقرة: ۱۸۷)
Artinya: "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu..." (QS, Al Baqarah: 187)
Ketiga, muntah dengan sengaja. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَة أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَرَعَهُ الْقَيْءُ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قضاءً ومَن استقاء فَلْيَقْضِ (رواه الخمسة إلا النسائي)
Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak memandang perlu orang itu meninggalkan makan dan minumnya." (H.R. Bukhari).
Keempat, keluar darah haid dan nifas. Rasulullah SAW bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ قَالَ : أَلَيْسَ إِذَا حَاصَتْ لَمْ تُصَلَّ وَلَمْ تَصُمْ قُلْنَ بلى (رواه البخاري)
Artinya: "Rasulullah SAW bersabda: 'Bukankah wanita itu bila sedang kedatangan haid, tidak sholat dan tidak puasa?' Jawab mereka: Ya". (H.R Bukhari)
Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #7: Meraih Keberkahan Ramadhan
Bulan Ramadhan memiliki keutamaan dan keistimewaan yang besar. Semua amal saleh yang dilakukan pada bulan ini akan mendapat balasan lebih banyak dan lebih baik.
Pada bulan ini umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebajikan dan meninggalkan kemaksiatan. Di antara keutamaan dan keistimewaan Ramadhan tersebut, sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat,
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُم ْصِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّة ِوَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ.
"Telah datang kepada kalian semua bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu. Saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat (dibelenggu) dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan." (HR. Ahmad)
Kata berkah atau barakah atau mubarak berasal dari kata kerja yang merujuk kepada peristiwa yang terjadi pada masa lalu (fi'il madhi, past tense), baraka. Menurut Imam An-Nawawi, baraka itu artinya tumbuh, berkembang, bertambah dan kebaikan yang berkesinambungan.
Ar-Raghib Al-Asfahaniy memaknai kata ini dengan ats-Tsubut (ketetapan atau keberadaan) dan tsubut al-khayr al-ilahy (adanya kebaikan Tuhan). Atau, dalam istilah Imam Al-Ghazali, barakah itu ziyadatul-khair ala kulli syai', bertambahnya kebaikan atas segala sesuatu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), berkah diartikan dengan "karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia". Dalam buku Durus al-'Am, Syaikh Abdul Malik Al-Qasimi menjelaskan bahwa berkah atau barakah adalah:
وَالْبَرَكَةُ هِيَ ثُبُوتُ الْخَيْرِ الْإَلَهِيْ فِي الشَّيْءِ. فَإِنَّهَا إِذَا حَلَّتْ فِيْ قَلِيْلٍ كَثَّرَتْهُ وَإِذَا حَلَّتْ فِيْ كَثِيْرٍ نَفَعَ
"Barokah adalah adanya kebaikan yang berasal dari Allah pada suatu hal. Sesuatu yang sedikit jika mendapatkan keberkahan, berubah jadi terasa banyak. Sesuatu yang banyak jika mendapatkan keberkahan, terasa sangat besar manfaatnya."
Dari pengertian ini saja, setidaknya ada tiga indikator bahwa sesuatu itu diberkahi. Pertama, sesuatu yang sedikit jika barakah akan terasa banyak.
Umur pendek yang diberkahi adalah umur yang diisi dengan berbagai kebaikan dan menghasilkan banyak karya dan amal saleh. Imam An-Nawawi hanya berusia 43 tahun, tetapi karya-karyanya ratusan judul dan dikaji hingga sekarang oleh banyak ilmuwan dan ulama.
Harta sedikit yang penuh berkah adalah harta yang cukup dimanfaatkan untuk berbagai keperluan layaknya harta yang banyak. Ilmu yang berkah adalah ilmu yang membuahkan manfaat yang banyak bagi diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya. Ilmu yang berkah berarti ilmu yang sedikit tapi diamalkan dalam keseharian.
Ramadhan disebut bulan penuh berkah karena di bulan Ramadhan pahala amal kebaikan dilipatgandakan. Amalan yang awalnya biasa saja menjadi luar biasa nilainya di hadapan Allah bagi yang menjalankannya.
Amalan sunnah diganjar sebagaimana layaknya amalan wajib. Di bulan ini kebaikan bertambah dan bertumbuh menjadi kebaikan yang berkesinambungan.
Kedua, sesuatu yang berkah adalah sesuatu yang membuahkan manfaat luar biasa. Ilmu agama yang banyak dan berkah akan memberi manfaat yang mendunia dan mendatangkan kebaikan bagi banyak orang.
Umur panjang dan berkah akan membuahkan karya-karya (amal saleh) yang monumental dan besar manfaatnya bagi masyarakat luas.
Dalam hal ini, jika amalan di bulan Ramadhan dimaksimalkan, maka ia akan mendatangkan manfaat yang besar bagi pelakunya. Hatinya akan tertata kembali. Pikirannya dibersihkan dari berbagai prasangka dan negative thinking.
Ia akan lebih optimis dalam menghadapi problematika hidupnya. Karenanya, ketika Hari Raya tiba, ia akan mendapatkan kemenangan dan kebahagiaan (al-faizin).
Ketiga, dikatakan berkah karena sesuatu atau keadaan itu bisa mengantarkan seseorang pada kebaikan dan menambah kebaikan atau ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Pernikahan yang diberkahi adalah pernikahan yang mendatangkan kebaikan bagi pasangan suami dan istri.
Bukan hanya pada saat senang dan dalam limpahan nikmat-Nya. Namun, pada saat susah dan berkekurangan pun bisa menjadi berkah, manakala kesusahan itu menjadikan keduanya sadar dan bertaubat atas kesalahan diri mereka.
Setidaknya, hal itu akan menghindarkan keduanya dari jurang kenistaan dan kemudharatan. Keluarga penuh berkah adalah keluarga yang selalu mendorong semua warga rumah tersebut untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Ramadhan akan menjadi berkah bagi pelakunya, jika setelah Ramadhan ia menjadi semakin dekat dan bertakwa kepada Allah. Sebaliknya, jika setelah Ramadhan seseorang tidak mengalami perubahan apapun, maka ia patut mengoreksi diri atas puasa Ramadhannya.
Jadi, pelaku manusia ikut menentukan perubahan dalam dirinya. Jika berusaha untuk selalu mendekat kepada-Nya, maka Allah pun akan lebih mendekat kepada hamba-Nya. Karenanya, tidak ada alasan lain bagi seorang muslim kecuali harus bisa meraih berkah Ramadhan. Wallahu a'lam.
Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #8: Tetap Produktif Bekerja saat Berpuasa
Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh
Jamaah yang Dirahmati Allah,
Puasa Ramadhan bukan penghalang untuk bekerja produktif. Justru, dengan niat yang tulus dan perencanaan yang baik, ibadah puasa bisa menjadi pendorong semangat kerja.
Disiplin dan pengendalian diri yang diperoleh saat berpuasa dapat diterapkan dalam mengatur waktu dan menyelesaikan tugas secara efisien.
Lantas mengapa puasa tidak menghambat produktivitas? Pertama, puasa melatih disiplin dan kontrol diri. Selama berpuasa, kita dituntut untuk menahan lapar dan haus.
Disiplin ini terbawa ke dalam dunia kerja. Kita jadi lebih bisa mengatur waktu, fokus pada pekerjaan, dan menghindari hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasi.
Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah,
Kedua, puasa menyehatkan tubuh dan pikiran. Dengan pola makan teratur saat sahur dan berbuka, asupan nutrisi menjadi lebih terjaga.
Hal ini berdampak positif pada kesehatan secara keseluruhan, sehingga kita tetap berenergi dan bisa bekerja secara optimal. Selain itu, puasa juga diyakini dapat meningkatkan kejernihan pikiran dan ketenangan batin, yang tentunya akan mendukung produktivitas.
Ketiga, puasa menumbuhkan semangat berbagi dan kepedulian. Suasana Ramadhan yang penuh kebersamaan dan kedermawanan bisa memotivasi kita untuk bekerja lebih giat. Dengan niat beribadah, kita akan merasa bahwa pekerjaan yang kita lakukan tidak hanya mendatangkan keuntungan finansial, tetapi juga pahala.
Jamaah yang Berbahagia,
Dalam Al-Quran, Allah mengingatkan manusia bahwa bekerja untuk memenuhi nafkah keluarga termasuk kewajiban. Pada surah at-Taubah ayat 105 Allah mengingatkan pentingnya bekerja serta larangan untuk bermalas-malasan.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَلِمٍ الْغَيْبِ وَالشَّهْدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."
Jamaah yang Berbahagia,
Pada sisi lain, dijelaskan oleh Nabi Muhammad dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim bahwa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, meskipun dengan pekerjaan yang kasar, lebih mulia daripada meminta-minta kepada orang lain. Hal ini berlaku meskipun orang yang dimintai memberi atau menolak permintaan tersebut.
لأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَو يمنعه
"Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau menolaknya." [HR. Bukhari dan Muslim].
Mengomentari hadits tersebut Imam Nawawi mengatakan bahwa hadits ini juga menganjurkan umat Islam untuk memakan hasil kerja sendiri, bukan hasil mencuri atau menipu. Islam mendorong umatnya untuk bekerja keras dengan sungguh-sungguh dalam mencari nafkah, karena hal ini dianggap sebagai bentuk ibadah.
Rasulullah Muhammad SAW sendiri memberikan contoh dengan berusaha dan bekerja keras untuk menyediakan kebutuhan dirinya serta keluarganya.
Jamaah yang Berbahagia,
Pun dalam Al-Quran, Allah SWT juga mengingatkan umatnya agar tidak hanya berdoa, namun juga melakukan usaha nyata dalam mencari rezeki. Hal ini menunjukkan bahwa Islam memandang kerja keras sebagai salah satu cara untuk mencapai keberkahan dan mendapatkan ridha Allah SWT.
Selain menekankan pentingnya usaha dan kerja keras, Islam juga menganjurkan agar setiap orang bekerja dengan cara yang halal. Konsep ini mengacu pada prinsip bahwa segala sesuatu yang diperoleh haruslah melalui cara yang sah dan tidak melanggar aturan agama.
Dalam Islam, kehalalan dalam mencari nafkah dianggap sebagai bagian penting dari ibadah dan ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, umat Islam diajarkan untuk menghindari segala bentuk pekerjaan atau praktik yang melibatkan penipuan, korupsi, atau eksploitasi terhadap orang lain.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Imam Nawawi berkata dalam kitab Shahih Muslim;
إِنَّ فِي الْحَدِيثِ حَنَّا عَلَى الصَّدَقَةِ وَالأَكْلِ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَالاكْتِسَابِ بِالْمَبَاحَاتِ.
"Sesungguhnya dalam hadits tersebut terdapat anjuran untuk bersedekah, makan dari hasil kerja tangan sendiri dan mencari penghasilan dengan cara yang halal."
Dengan demikian, puasa bukan alasan untuk menjadi tidak produktif dalam bekerja. Justru sebaliknya, puasa melatih setiap orang untuk bisa lebih disiplin dan mandiri dalam kehidupannya.
Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #9: Menjaga Semangat Ramadhan untuk Setahun ke Depan
Puasa Ramadhan adalah salah satu momen yang paling dinanti oleh umat Islam di seluruh dunia. Bulan suci ini bukan hanya menjadi waktu untuk menahan lapar dan dahaga melalui puasa dan juga menahan hawa nafsu yang membatalkannya, tetapi juga merupakan kesempatan untuk memperbaiki diri secara spiritual dan moral.
Pada bulan Ramadhan kita ditempa untuk menjadi pribadi yang berkualitas lahir dan batin melalui sebuah semangat ibadah yang tumbuh yakni ibadah puasa dan berbagai ibadah-ibadah lainnya. Bulan Ramadhan menjadi momentum yang tepat untuk merefleksikan kembali misi utama diciptakannya kita ke dunia ini yakni untuk beribadah kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: "Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" (QS Ad-Dzariyat: 56)
Namun, setelah Ramadhan berlalu, seringkali semangat dan amalan baik yang dilakukan selama bulan ini meredup begitu saja. Oleh karena itu, dalam kultum kali ini, mari kita kupas bersama bagaimana kita dapat menjaga semangat Ramadhan yang hanya satu bulan untuk semangat sepanjang tahun dengan mengamalkan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, Ramadhan mengajarkan kita tentang kesabaran. Menahan lapar dan haus serta hawa nafsu sepanjang hari tidak hanya menguji fisik, tetapi juga melatih jiwa untuk bersabar dalam menghadapi segala cobaan.
Oleh karena itu, mari kita terapkan nilai kesabaran ini dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menghadapi tantangan berbagai aktivitas kehidupan pribadi, bersabar adalah kunci untuk tetap tenang dan melewati setiap ujian dengan kemantapan hati.
Selanjutnya, Ramadhan juga memberikan pelajaran tentang solidaritas dan kepedulian terhadap sesama. Selama bulan Ramadhan ini, kita dilatih untuk lebih peka terhadap kebutuhan orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung.
Kita memberikan sedekah dengan tulus dan berusaha membantu orang-orang yang membutuhkan. Nilai ini harus kita pertahankan setelah Ramadhan berakhir. Mari kita jadikan kepedulian terhadap sesama sebagai gaya hidup kita, sehingga kebaikan yang dimulai selama bulan suci ini dapat terus berlanjut sepanjang tahun.
Selain itu, Ramadhan mengajarkan kita untuk lebih bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Saat kita merasakan lapar dan haus, kita menjadi lebih menyadari betapa beruntungnya kita dibandingkan dengan orang lain yang mungkin tidak memiliki makanan yang cukup.
Mari kita terus bersyukur dalam kehidupan sehari-hari, tanpa harus menunggu bulan Ramadhan tiba. Dengan mensyukuri setiap nikmat, kita dapat hidup dengan lebih bahagia dan penuh rasa syukur. Di antara upaya syukur adalah dengan berbagai dengan sesama.
Upaya ini juga merupakan wujud syukur kita pada Allah dan juga kepada sesama manusia. Rasulullah bersabda dalam haditsnya:
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
Artinya: "Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia." (HR. Abu Dawud)
Ramadhan juga mengajarkan kita tentang pengendalian diri, terutama dalam hal menahan diri dari perilaku buruk dan godaan yang dapat merusak amalan puasa.
Setelah Ramadhan, mari kita terapkan kendali diri ini dalam menghadapi godaan sehari-hari, baik itu dalam hal makanan, ucapan, maupun tindakan. Dengan mengendalikan diri, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik dan lebih terarah menuju kebaikan.
Selanjutnya, Ramadhan memberikan pelajaran tentang ketekunan dalam beribadah. Selama bulan ini, kita meningkatkan frekuensi ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Setelah Ramadhan, mari kita tetap tekun dalam menjalankan ibadah harian, seperti sholat, dzikir, dan membaca Al-Quran. Dengan mempertahankan ketekunan ini, kita dapat memperkuat hubungan spiritual kita dan menjadikan ibadah sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Terakhir, Ramadhan mengajarkan kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Al-Quran. Selama bulan ini, kita berusaha memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran suci yang terkandung dalam Al-Quran.
Setelah Ramadhan, mari kita terus membaca, memahami, dan mengamalkan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita dapat menjadikan Al-Quran sebagai petunjuk hidup yang senantiasa membimbing kita dalam setiap langkah.
Dengan mengamalkan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjaga semangat Ramadhan sepanjang tahun. Mari jadikan bulan suci ini sebagai awal perubahan positif dalam diri kita, dan mari kita pertahankan dan tingkatkan kebaikan serta semangat yang telah kita tanamkan selama Ramadhan.
Dengan upaya ini, mudah-mudahan kita akan terus menjadi baik seiring dengan berjalannya waktu. Rasulullah bersabda:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
Artinya, "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Dan, barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka)." (HR Al-Hakim)
Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan kekuatan kepada kita dalam menjalankan kehidupan yang penuh berkah dan rahmat. Amin.
Materi Kultum Ramadhan 2024 Singkat #10: Ramadhan Bulan Turunnya Al-Quran
Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran. Jumhur ulama berpendapat bahwa Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW pada tanggal 17 Ramadhan, umat Islam pada umumnya mengenal peristiwa ini dengan istilah peringatan Nuzulul Qur'an.
Peristiwa tersebut terjadi pada saat Nabi Muhamad SAW berada di Gua Hira yang terletak di Jabal Nur, berada di kawasan Hijaz berjarak 7 KM dari Masjidil Haram arah timur laut.
Allah SWT Berfirman dalam Al-Quran surat Al- Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ١
"Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah.
Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur." (QS. Al Baqarah: 185).
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Oleh karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.
Surat dan ayat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT melalui perantara malaikat Jibril adalah surah Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ١ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ ٢ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ ٣ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ ٤ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ ٥
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani saat pertama ayat ini turun sembari mendekap Nabi Muhamad SAW, malaikat Jibril mengulang kalimat اِقْرَأْ sampai dengan 3 Tiga kali.
Sehingga diceritakan pada saat pembacaan kata اِقْرَأْ Bacalah! kemudian Nabi Muhamad SAW menjawab "Ma ana bi qari " yang menurut sebagian ulama maksudnya adalah apa yang harus saya baca.
Kemudian malaikat Jibril tetap berkata اِقْرَأْ Bacalah! Kemudian Nabi Muhamad menjawab "Ana Ummi ( Aku tidak bisa membaca) hingga kemudian ayat ini turun secara utuh"
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ١
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.
Menaggapi peristiwa ini para ulama berpendapat ayat tersebut memiliki korelasi ayat (hubungan antar ayat) dalam Al-Quran seperti hanya dalam surah Al-Fatihah ayat pertama yaitu kalimat basmalah.
ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."
Yang mana dalam tafsir Kementerian Agama dijelaskan maksudnya adalah saya memulai membaca basmalah dalam (al-Fatihah) ini dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya.
Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya.
Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah Senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
Inilah yang kemudian menjadi salah satu dasar kalimat basmalah masuk kedalam permulaan ayat dalam surah Al-Fatihah. Inilah yang kemudian menjadikan kalimat basmalah memiliki tempat dan kedudukan yang sangat agung dan mulia.
Inilah yang kemudian dianjurkan dan disunnahkan membaca basmalah dalam setiap kegiatan pekerjaan yang baik seperti halnya dalam mengawali risalah kenabian Rasulullah Muhamad SAW pun membaca basmalah terlebih dahulu.
Allah SWT memilih bulan Ramadhan di antara bulan-bulan lainnya sebagai bulan diturunkannya Al-Quran yang agung sebagaimana Allah SWT menurunkan Kitab lainnya dibulan Ramadhan juga. Sebagaimana Ibnu Abbas mengatakan:
"Sesungguhnya Al-Quran diturunkan dimalam yang penuh kemulian yaitu malam Lailatul Qodar diturunkan dari Lauhil Mahfudzh secara sekaligus dan diletakan di Baitul Izzah di langit Dunia dan diturunkan kepada Nabi Muhamad secara berangsur-angsur dalam bulan dan hari yang berbeda beda."
Hal ini merupakan keistimewaan Al-Quran yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai petunjuk untuk hamba-hambanya yang beriman, yang membenarkan dan mengikutinya.
Disamping itu pada bulan Ramadhan inilah orang yang beriman diperintahkan untuk melaksanakan ibadah Puasa. Sebagaimana firman Allah SWT:
"Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu."
Hukum wajib ini merupakan suatu keharusan sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah Ayat 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ١٨٣
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Setelah puasa tuntas ketetapannya, maka disebutkan kembali keringanan bagi orang orang yang udzur diantaranya adalah orang sakit dan bepergian keduanya diperbolehkan berpuasa dengan syarat kelak harus mengqadhanya di hari hari yang lain.
Pembaca yang dimuliakan Allah. Jadikan diri kita menjadi mulia disisi Allah SWT dengan mengerjakan Ibadah Puasa di bulan Ramadhan dan bertadarus Al-Quran.
Memperbaiki diri dengan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita dihadapan Allah. Meningkatkan dan mengerjakan kebaikan. Jadilah orang orang yang senantiasa dirindukan oleh penduduk langit dengan mentadaburi Al-Quran.
Nah, itulah 10 materi kultum Ramadhan 2024 yang singkat, tetapi penuh pesan. Semoga bermanfaat!
(dil/rih)
Komentar Terbanyak
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Catut Nama Bupati Gunungkidul untuk Tipu-tipu, Intel Gadungan Jadi Tersangka