10 Contoh Ceramah Ramadhan Singkat Penuh Pesan, Bisa untuk Kultum-Pengajian

10 Contoh Ceramah Ramadhan Singkat Penuh Pesan, Bisa untuk Kultum-Pengajian

Nur Umar Akashi - detikJogja
Senin, 03 Mar 2025 13:37 WIB
Contoh Ceramah tentang Isra Miraj Singkat dan Penuh Pesan
Ilustrasi ceramah. (Foto: storyset/Freepik)
Jogja -

Bulan suci Ramadhan yang begitu dinanti-nanti umat Islam akhirnya tiba. Pada bulan ini, biasanya ada kultum dan pengajian yang berisi ceramah. Yuk, simak contoh ceramah Ramadhan singkat yang penuh pesan di bawah ini!

Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kultum diartikan sebagai kuliah tujuh menit; ceramah agama, durasinya tujuh menit, biasanya diberikan setelah sholat berjemaah atau menjelang berbuka puasa bulan Ramadan. Sementara itu, pengajian berarti pengajaran (agama Islam). Kedua kegiatan ini sangat mudah dijumpai di pelbagai tempat saat bulan Ramadhan.

Tema-tema yang dibawakan padanya pun sangat beragam, mulai dari fikih puasa hingga bahasan umum yang sedang hangat. Sedang butuh contohnya? Tenang, di bawah ini telah detikJogja siapkan 10 contoh ceramah Ramadhan yang singkat, tetapi penuh pesan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kumpulan Contoh Ceramah Ramadhan Singkat Penuh Pesan

Contoh Ceramah Ramadhan Singkat #1: Belajar Jujur dari Momentum Puasa

(karya Slamet dalam buku 'Kumpulan Kultum Ramadhan Mutiara Nasihat Seribu Bulan)

Di antara hikmah ibadah puasa Ramadhan adalah melatih kejujuran. Siapakah yang bisa menjamin bahwa seseorang yang mengaku berpuasa itu benar-benar melakukan puasa?

ADVERTISEMENT

Siapa yang tahu kalau sesungguhnya dia hanya berpura-pura, atau paginya berpuasa tetapi siang hari sudah membatalkan diri-namun tetap mengaku berpuasa? Di sinilah Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits Qudsi:

"Setiap amal manusia (anak Adam) adalah milik dirinya sendiri, kecuali puasa, maka amal itu untuk Aku (Allah), dan Aku langsung yang akan memberinya pahala." (HR. Bukhari)

Puasa merupakan ibadah yang khusus dan istimewa. Berbeda dengan jenis ibadah yang lainnya. Bila seseorang mengerjakannya maka akan dengan mudah diketahui pihak lain.

Misalnya sholat, maka kita akan terlihat orang lain ketika datang ke masjid, berwudhu', bagaimana kita melakukan gerakan dan membaca doa, dan sebagainya.

Demikian juga membayar zakat, ada orang lain yang mengetahui perbuatan kita setidaknya orang yang kita beri zakat tersebut. Apalagi menunaikan ibadah umrah dan haji. Satu orang yang naik haji, maka orang satu kampung, dan bahkan satu desa akan dipamiti dan dimintai doa restunya.

Berbeda dengan puasa (Ramadhan)-hanya diri kita dan Allah yang tahu, apakah kita benar berpuasa atau tidak. Puasa adalah janji antara diri kita dengan Allah.

Bayangkan, ketika di siang hari yang sangat panas, sementara kita di rumah seorang diri. Di situ ada minuman segar, banyak makanan yang serba mengundang selera. Kita yakin, Allah melihat apa saja yang kita perbuat. Di sinilah kejujuran itu diuji.

Nilai kejujuran itulah yang semestinya untuk terus dipelihara dalam kehidupan sehari-hari. Alangkah indahnya bila sifat jujur dimiliki oleh setiap muslim dan seluruh umat Islam di negeri ini. Rasulullah SAW menunjukkan arti pentingnya kejujuran:

"Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan membimbing menuju surga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang shiddiq (jujur). Dan jauhilah perilaku dusta, sebab dusta itu akan membawa kepada kejahatan, sedangkan kejahatan akan membawa ke neraka. Orang yang selalu berdusta dan mencari kedustaan akan ditulis oleh Allah sebagai pendusta". (HR. Bukhari)

Mengapa demikian? Negeri ini sangat membutuhkan kehadiran orang-orang yang jujur. Maka muncullah slogan yang dicanangkan KPK: Jujur itu Hebat! Hal ini menunjukkan perilaku jujur di tengah masyarakat kita ini begitu mahal dan langka.

Buktinya, dari waktu ke waktu kita masih saja mendengar adanya berita korupsi yang merasuk ke seluruh sendi kehidupan masyarakat. Permainan suap jabatan, money politic dalam pemilu atau pilkada. Dan sederet perilaku ketidakjujuran lainnya.

Tetapi bagaimana mau mengikisnya, sementara nilai ketidakjujuran juga sudah mulai dihembuskan sejak dini, melalui dunia pendidikan oleh pihak-pihak yang mencari keuntungan sesaat.

Banyaknya perilaku menyontek, pembocoran soal ujian dan jawaban, joki ujian, dan sebagainya.Sampai kapankah mata rantai kebohongan semacam ini akan bisa diputus.

Momentum puasa Ramadhan inilah semestinya digunakan untuk membuktikan diri, bahwa ibadah puasa yang kita tunaikan benar-benar mampu mengubah diri kita menjadi orang yang bertakwa, yang salah satu sendinya memiliki sifat jujur.

Seorang anak jujur kepada orang tuanya. Suami istri jujur dalam rumah tangganya. Siswa jujur kepada guru. Pegawai jujur pada atasan. Pejabat jujur kepada rakyatnya, dan seterusnya. Maka, pastilah berbagai krisis negeri ini akan bisa segera diatasi. Mari kita mulai bersama!

Contoh Ceramah Ramadhan Singkat #2: Ingin Hasil Ramadhan Berkualitas? Ibda' Binafsika

(tulisan Andy Dermawan dalam buku 'Kumpulan Kultum Ramadhan Mutiara Nasihat Seribu Bulan)

Beragama itu mudah, semudah menjalankan apa yang telah disyariatkan dalam Islam dengan baik, wajar, dan ikhlas. Alat ukurnya adalah mengetahui dan memahami ajaran dan nilai agama Islam dengan baik, kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Karena alat ukurnya adalah memahami tuntunan atau perintah Allah SWT dan Rasul-Nya beserta larangan-Nya, sehingga di dalam melaksanakan ibadah sehari-hari seorang Muslim memiliki kejelasan orientasi "mengapa dan untuk apa saya beribadah?".

Sedangkan Ikhlas, alat ukurnya adalah memastikan bahwa sesuatu yang baik dan wajar itu dilakukan dengan senang hati, sepenuh hati dan fokus di dalam berusaha mendapatkan ridha Allah SWT Semata.

Semua tindakan ibadah yang dilakukan berdasarkan tuntutan tersebut, pada dasarnya memiliki nilai-nilai luhur yang dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan bersosial, berbudaya, dan bermasyarakat.

Karena pada dasarnya, kebaikan sekecil apapun akan mendapat pahala kebaikan dari Allah SWT, dan begitu pula sebaliknya. Al-Qur`an surat ke 99, Az-Zalzalah ayat 7 dan 8 yang berbunyi:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَه . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula."

Ramadhan mengajarkan kepada umat manusia (khususnya orang yang beriman), tentang pentingnya membangun sikap jujur di dalam kehidupan. Terminologi "jujur" menjadi kata kunci dalam menjalankan perintah puasa.

Berikutnya Mari kita simak secuił cerita yang penting bagi kita, yakni peristiwa tentang orang yang ingin memeluk agama Islam. Orang tersebut menyatakan kepada Nabi SAW bahwa dia mempunyai kebiasaan buruk yang sulit ditinggalkannya, yaitu mencuri.

Orang tersebut menyatakan bahwa di samping keinginannya yang begitu kuat untuk memeluk agama Islam, dia masih merasa kesulitan untuk menghindari kebiasaan mencuri tersebut. Untuk memecahkan persoalan tersebut, Nabi SAW hanya meminta supaya orang itu berjanji untuk tidak berbohong (an laa takdzib).

Janji untuk tidak berbohong tersebut tampaknya begitu merasuk di hati orang tersebut sehingga sangat berpengaruh dalam kehidupan orang tersebut. Tatkala hendak mencuri, dia senantiasa teringat janji yang dibuatnya dengan Nabi SAW.

Seandainya dia masih mencuri, kemudian Nabi SAW bertanya ihwal hal tersebut, apa yang harus dijawabnya. Jika dijawab "tidak", berarti dia telah berbohong.

Akhirnya "kontrak sosial" atau yang disebut dengan "an laa takdzib" menjadi dasar moral bagi orang tersebut untuk berbuat baik, sehingga memudahkan prosesnya dalam memeluk agama Islam.

Kata kunci "tidak berbohong" dari cerita di atas, pada hakikatnya berimplikasi ke berbagai sektoral kehidupan kita. Dikatakan demikian, karena sikap tersebut merupakan bentuk pengejawantahan riil dari kata "iman dan taqwa".

Seseorang yang mampu menahan diri untuk tidak berbohong, berarti dia telah mampu mengendalikan diri dari keputusan tindakan yang merugikan dirinya dan orang lain, meskipun dia tidak mengerti bahwa tindakan tersebut merupakan implikasi dari iman dan taqwanya di hadapan Allah SWT.

Oleh karena itu, ada tiga hal penting yang perlu kita lakukan, agar dalam menjalani kehidupan (khususnya di bulan suci Ramadhan) dapat memberikan keberkahan dari efek kebaikan yang kita lakukan.

Pertama, mulai dari diri sendiri, yaitu memastikan bahwa kebaikan yang telah terencana agar segera direalisasikan. Sebab, tertundanya niat baik, biasanya akan cenderung membuat kebaikan gagal terealisasi.

Kedua, mulai dari yang kecil dan sederhana, maksudnya tindakan-tindakan seperti menyingkirkan duri di jalan, atau menyegerakan sesuatu yang baik ketika terbersit di hati kita tentang kebaikan.

Ketiga, mulai dari sekarang, yakni menyegerakan diri ikut mengambil bagian menjadi orang pertama yang melakukan kebaikan. Inilah yang disebut Ibda Binafsika, mulailah dari diri sendiri.

Semoga di ramadhan tahun ini, kita bisa melakukan hal-hal baik di bulan Ramadhan, mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil dan sederhana serta mulai dari sekarang. Semoga!

Contoh Ceramah Ramadhan Singkat #3: Teladan Rasulullah SAW di Bulan Ramadhan

(tulisan Komaruddin Amin di situs resmi Masjid Istiqlal)

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwasanya Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah, rahmat, dan maghfirah. Di dalamnya terlimpah fasilitas dari Allah SWT yang diberikan kepada kita untuk mencapai ridha-Nya.

Ketika Ramadhan, terdapat momentum puasa sebagai wujud komunikasi vertikal yang intensif dengan Allah SWT. Selain berdimensi vertikal, puasa juga berdimensi sosial horizontal. Oleh karena itu banyak sekali jalan yang Allah SWT ciptakan agar dapat kita tempuh menuju keridhaan-Nya.

Sebagai seorang muslim yang memiliki sosok tauladan sepanjang hayat, Rasulullah SAW, kita bisa mengetahui panduan kebaikan darinya SAW, tentang apa yang beliau lakukan selama Ramadhan berlangsung. Di antaranya sebagai berikut:

1. Membaca Al-Qur'an

Hal pertama yang bisa kita teladani dari Rasulullah SAW ketika Ramadhan ialah membaca Al-Qur'an.

Dari Ibnu Abbas berkata, "Rasulullah SAW adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril AS menemuinya, dan adalah Jibril mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, dimana Jibril mengajarkannya Al-Quran. Sungguh Rasulullah SAW orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus." (HR. Bukhari)

Pada setiap malam di bulan Ramadhan, Jibril AS mendatangi Rasulullah SAW dan menemuinya untuk mendengarkan Rasulullah SAW membaca Al-Qur'an.

Membaca Al-Qur'an adalah hal paling intensif yang dilakukan Rasulullah SAW ketika Ramadhan, membaca Al-Qur'an juga merupakan salah satu fitur atau instrumen untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, guna mencapai ridha-Nya, serta memasuki pintu-pintu rahmat-Nya.

Membaca Al-Qur'an tentu bukan hanya membacanya semata, namun ketika membacanya, hati kita menjadi tenang, peka, sensitif terhadap diri kita sendiri, terhadap hubungan kita kepada Allah SWT, ataupun sesama manusia.

Misalnya hati kita menjadi sensitif terhadap realitas yang sedang kita hadapi, sehingga dapat mengambil langkah-langkah produktif untuk mendatangkan kebaikan bagi umat Islam, masyarakat, bangsa dan negara.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Anfal ayat 2,

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ - ٢

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal," (QS. Al-Anfal [8]: 2)

Semakin kita membaca Al-Qur'an, kita bisa semakin bertransformasi menjadi umat yang bertakwa, yang diridai oleh Allah SWT.

Mari kita membaca Al-Qur'an, menghayati maknanya, menjadikan Al-Qur'an sebagai perspektif dalam setiap langkah, aktivitas kita, maupun setiap kebijakan yang diambil. Al-Qur'an merupakan rujukan, referensi, penjaga yang dapat terus menunjukkan kebaikan sehingga bisa mendatangkan kemaslahatan.

2. Menjadi Semakin Dermawan

Berikutnya, hal yang patut diambil dan ditiru kebaikannya dari Rasulullah SAW ialah tentang kedermawanan diri. Tertera dalam hadits bahwasanya Rasulullah SAW merupakan seorang yang dermawan, dan dia semakin dermawan ketika Ramadhan tiba.

"Adalah Nabi صلى الله عليه وسلم orang yang paling dermawan dalam kebaikan dan sifat dermawannya semakin bertambah pada bulan Ramadhan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Salah satu transformasi yang bisa kita pahami dari puasa ialah membentuk pribadi manusia yang dermawan. Pada saat Ramadhan, kita melatih untuk ikut merasakan penderitaan orang-orang miskin, merasakan laparnya orang-orang yang setiap hari merasakan lapar.

Bulan Ramadhan juga menjadi kesempatan bagi kita menjadi orang yang bertakwa, yaitu dengan melakukan sesuatu untuk memitigasi (membantu) orang-orang yang lapar.

Rasulullah SAW memberikan contoh kepada kita untuk menjadi orang yang dermawan, terlebih ketika Ramadhan tiba. Beliau SAW mengajarkan kita untuk senang berderma, berinfaq, dan bershadaqah.

Mari kita jadikan Bulan Ramadhan ini sebagai momentum untuk merefleksikan diri sebagai pribadi yang bertakwa, berderma, berbakti dan membantu orang-orang tidak mampu.

3. Memberikan Iftar

Hal ketiga yang bisa kita teladani dari sosok Rasulullah SAW adalah memberikan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa.

Dalam sabda Rasulullah SAW, bahwasanya, "barangsiapa memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa itu," (HR. Nasa'i dan Tirmidzi).

Memberi makanan berbuka kepada orang berpuasa ialah refleksi transformasi kepribadian yang dibentuk selama Ramadhan. Jadi marilah kita berlomba-lomba berderma, memberi makanan untuk berbuka puasa bagi mereka yang berpuasa.

4. Berdoa

Selama Ramadhan, Rasulullah SAW senantiasa berdoa. "Tiga orang yang tidak akan tertolak (doanya), yaitu; doa orang tua bagi anaknya, doa orang yang berpuasa, dan doa musafir." (HR. Baihaqi)

Bulan Ramadhan merupakan bulan maghfirah, bulan dikabulkannya segala doa, mari kita intensifkan komunikasi vertikal kepada Allah SWT dengan berdoa.

5. Qiyamul Lail

Hal berikutnya yang terus Rasulullah SAW lakukan selama bulan Ramadhan ialah shalat malam (Qiyamul Lail), seperti tarawih, witir, tahajjud.

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا - ٧٩

"Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (QS. Al-Isra [17]: 79)

Mari kita jadikan puasa pada tahun ini lebih berkualitas daripada tahun lalu. Puasa berkualitas ialah puasa yang mampu mentransformasikan diri kita menjadi pribadi yang bertakwa, menjadi perisai terhadap diri, dan mampu memproteksi diri dari hal-hal yang tidak dikehendaki Allah SWT.

Marilah kita bersyukur karena masih diperkenankan oleh-Nya untuk menjalani ibadah pada Ramadhan tahun ini.

Contoh Ceramah Ramadhan Singkat #4: Hal-Hal yang Membatalkan Puasa

(disadur dari buku 'Materi Ceramah Ramadhan' karya Dedy Novriadi)

السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَمَرَنَا بِالاعْتِصَامٍ بِحَبْلِ اللهِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لا نَبِيَّ بَعْدَهُ أَمَّا بَعْدُ قَالَ اللَّهُ تَعَالَ فِي الْقُرْآنُ الْكَرِيمُ أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ بِسمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُم لَعَلَّكُم تَتَّقُونَ (البقرة : ۱۸۳)

Kaum Muslimin yang berbahagia,

Pertama-tama marilah kita ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana sampai detik ini kita masih diberikan oleh Allah berupa nikmat Iman, Islam, kesehatan dan kesempatan sehingga mampu hadir di tempat yang penuh barokah ini.

Sholawat dan Salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang dengan segala perjuangan dan pengorbanannya telah mampu menerangi qalbu ummat manusia dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang dibawah naungan wahyu Illahi Robbi.

Kaum Muslimin yang berbahagia

Di antara perbuatan-perbuatan yang membatalkan puasa adalah: pertama, makan dan minum dengan sengaja, Allah SWT berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 187:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرَ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى الَّيْل وَلَا تُبْشِرُوهُنَّ وَأَنتُم عَكِفُونَ فِي الْمَسْجِدُّ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ عَايَتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (البقرة: ۱۸۷)

Artinya:"...dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa." (QS. Al Baqarah: 187)

Kedua, melakukan jima' (Bersetubuh) pada siang hari di bulan Ramadhan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Baqarah 187:

أُحِلَّ لكم ليلة الصِيَامِ الرَّقْتُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُم تَحْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ فَالُنَ بَشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللهُ لَكُم (البقرة: ۱۸۷)

Artinya: "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu,.." (QS, Al Baqarah: 187)

Ketiga, muntah dengan sengaja. Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَة أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَرَعَهُ الْقَيْءُ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قضاءً ومَن استقاء فَلْيَقْضِ (رواه الخمسة إلا النسائي)

Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak memandang perlu orang itu meninggalkan makan dan minumnya." (H.R. Bukhari).

Keempat, keluar darah haid dan nifas. Rasulullah SAW bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ قَالَ : أَلَيْسَ إِذَا حَاصَتْ لَمْ تُصَلَّ وَلَمْ تَصُمْ قُلْنَ بلى (رواه البخاري)

Artinya: "Rasulullah SAW bersabda: 'Bukankah wanita itu bila sedang kedatangan haid, tidak shalat dan tidak puasa?' Jawab mereka: Ya". (H.R Bukhari)

Contoh Ceramah Ramadhan Singkat #5: Sabar Berbuah Manis

(oleh Ustadz M. Taufiq Affandi dalam situs resmi University of Darussalam Gontor)

Adalah sebuah kebahagiaan yang teramat besar bagi kita bahwa tahun ini kita dapat bertemu kembali dengan bulan Ramadhan. Dengan berpuasa pada bulan ini, kita memiliki kesempatan untuk mengasah kesabaran kita.

Melatih kesabaran memang berat dan terkadang pahit, namun buahnya sangat manis. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 153:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ

yā ayyuhallażīna āmanusta'īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, innallāha ma'aṣ-ṣābirīn

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar."

Dalam ayat tersebut, disebutkan bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar. Apa yang lebih indah. apa yang lebih manis dari kebersamaan dengan Allah. Bahkan dalam surat Ali Imran ayat 146, Allah berfirman:

وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيْنَ

Artinya: "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."

Bukankah sungguh manis jika kita dicintai oleh Allah.

Apa sebenarnya sabar itu: dalam bahasa Arab, secara bahasa sabar berarti radhiya (ridha), tajallada (mengikat) tahammala (beratahan), ihtamala (menahan), dan dalam menghadapi sesuatu fi huduu' wa ithmi'naan (dalam ketenangan) dan duuna syakwaa (tanpa mengeluh).

Namun tentunya untuk mencapai tingkatan itu tidaklah mudah. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 45

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ

wasta'īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, wa innahā lakabīratun illā 'alal-khāsyi'īn

Artinya: "Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk."

Mengapa berat? Karena sebagaimana arti bahasanya sendiri, dalam bersabar kita harus mampu menahan diri dan bertahan dari hal-hal yang menggoda kita, dari hal-hal yang tampaknya menyenangkan dan memberikan kenikmatan.

Jika kita berkaca dari kisah Nabi Yusuf dalam Al-Quran. Setidaknya ada 3 jenis kesabaran yang harus kita asah. Yaitu sabar menahan amarah, melawan godaan nafsu, dan menghadapi cobaan:

Bentuk kesabaran yang pertama adalah sabar dalam menahan amarah. Saat Nabi Ya'qub (Ayah Nabi Yusuf) menerima kabar bahwa Nabi Yusuf dimakan oleh serigala, yang ia katakan adalah "fashabrun jamiil". Hal ini terekam dalam Surat Yusuf ayat 189:

"wa jā`ụ 'alā qamīṣihī bidaming każib, qāla bal SAWwalat lakum anfusukum amrā, fa ṣabrun jamīl, wallāhul-musta'ānu 'alā mā taṣifụn."

Artinya: "Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) darah palsu. Dia (Yakub) berkata, "Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu; maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan."

Kesabaran menahan amarah juga ditunjukkan oleh Nabi Yusuf. Di penghujung kisah Nabi Yusuf, saat Nabi Yusuf telah menjadi orang besar dan para saudaranya yang dahulu kini meminta maaf padanya, beliau tidak memarahi ataupun mencaci maki. Justru beliau berkata, sebagaimana terekam di dalam al-Quran:

قَالَ لَا تَثْرِيْبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَۗ يَغْفِرُ اللّٰهُ لَكُمْ ۖوَهُوَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ

qāla lā taṡrība 'alaikumul-yaụm, yagfirullāhu lakum wa huwa ar-ḥamur-rāḥimīn

"Dia (Yusuf) berkata, "Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni kamu. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang." (Yusuf: 92)

Bayangkan, bukan hanya tidak mencela, beliau bahkan mendoakan dan menghibur saudara-saudaranya tersebut. Luar biasa tingkat kesabaran yang beliau tunjukkan.

Dan sungguh tepat momentum Ramadhan ini kita gunakan untuk lebih bersabar dalam menahan amarah. Dalam kitab shahih Muslim kita menemukan Hadith Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

"‏ إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ فَإِنِ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ ‏"

Artinya: "Jika salah seorang diantara kamu berpuasa, hendaklah dia tidak berkata-kata yang kotor ataupun melakukan perbuatan yang bodoh. Dan jika ada seseorang yang mencelanya atau mengajaknya bertengkar maka hendaklah ia berkata, "Sesungguhnya aku seorang yang berpuasa, sesungguhnya aku seorang yang berpuasa." (HR. Muslim)

Yang kedua, kita harus sabar melawan godaan hawa nafsu. Ketika Nabi Yusuf beranjak dewasa, ia sempat digoda oleh seorang wanita untuk melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT.

Bagaimana sikap beliau? Beliau berlindung kepada Allah dan berlari menjauhi godaan itu. Dalam Surat Yusuf ayat 23, Allah menceritakan kisah ini:

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِيْ هُوَ فِيْ بَيْتِهَا عَنْ نَّفْسِهٖ وَغَلَّقَتِ الْاَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۗقَالَ مَعَاذَ اللّٰهِ اِنَّهٗ رَبِّيْٓ اَحْسَنَ مَثْوَايَۗ اِنَّهٗ لَا يُفْلِحُ الظّٰلِمُوْنَ

wa rāwadat-hullatī huwa fī baitihā 'an nafsihī wa gallaqatil-abwāba wa qālat haita lak, qāla ma'āżallāhi innahụ rabbī aḥsana maṡwāy, innahụ lā yufliḥuẓ-ẓālimụn

Artinya: "Dan perempuan yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda dirinya. Dan dia menutup pintu-pintu, lalu berkata, "Marilah mendekat kepadaku." Yusuf berkata, "Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang yang zalim itu tidak akan beruntung."

Yang ketiga, kita juga harus sabar dalam menghadapi musibah. Dalam Surat Yusuf Allah mengisahkan bagaimana sang Raja bermimpi melihat melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh tangkai lainnya yang kering. Nabi Yusuf menakwilkan mimpi itu sebagaimana berikut:

"Dia (Yusuf) berkata, "Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan.

Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan.

Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur)." (QS Yusuf 47-49)

Dapat kita lihat, bahwa dengan kesabaran, mereka akhirnya bisa melewati cobaan berupa masa-masa yang sulit. Dan tujuh tahun yang sulit itu, saat dilewati dengan penuh kesabaran, akhirnya membuahkan tahun yang manis.

Contoh Ceramah Ramadhan Singkat #6: Sedia Payung sebelum Hujan

(dari buku 'Kultum Ramadhan dengan Peribahasa Sehari-Hari' oleh Lucky Juniardi Abu Yusuf al-id al-Ma'muri)

Hadirin kaum muslimin dan muslimat, yang semoga Allah berkahi kita semua, tema kita pada saat ini adalah "Sedia payung sebelum hujan."

Kira-kira apa makna peribahasa tersebut di atas?

Maknanya adalah sebelum sesuatu tiba atau datang maka kita sudah bersiap-siap menghadapinya.

Menyiapkan untuk apa?

Bukankah sebentar lagi kita akan kedatangan tamu yang istimewa? Dan tamu itu adalah bulan suci Ramadhan.

Nah, sebelum tamu agung itu datang, hendaknya kita siapkan untuk menyambutnya, kita sediakan/siapkan payungmu sebelum hujan benar-benar turun.

Apa saja yang kita siapkan?

Hadirin kaum muslim dan muslimat, yang perlu kita siapkan sebelum Ramadhan tiba, di antaranya adalah:

1. Ilmu

Semuanya pasti perlu ilmu. Kalau kita hendak ke suatu kota yang belum pernah kita datangi, maka selayaknya bagi kita terlebih dahulu mengetahui ilmunya. Bagaimana supaya bisa sampai ke kota yang mau kita tuju dan jalan yang mana yang harus dilalui supaya tidak salah haluan.

Begitu pula dalam masalah agama, khususnya masalah ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Sudah sepantasnya bagi kita mengetahui ilmu yang berkaitan dengannya.

Imam Bukhari rahimahullah mengatakan,

الْعِلْمُ قَبْلَ الْقَوْلِ وَالْعَمَلِ

"Berilmu dahulu sebelum berkata dan beramal" (Shahih Bukhari, pembahasan kitabul ilmu, bab ke 10)

Harusnya kita mengetahui ilmu seputar bulan Ramadhan, rukun-rukun puasa, sunnah-sunnah puasa, pembatal-pembatal puasa, adab-adab puasa, keutamaannya, tentang shalat tarawih dan lain sebagainya.

2. Latihan

Apa saja yang berat akan terasa ringan kalau sering latihan. Seorang atletik lari jarak jauh tidak mampu kalau dia tidak pernah latihan lari dimulai dari jarak yang pendek.

Begitu pula ibadah di bulan Ramadhan, perlu adanya latihan untuk pemanasan seperti memperbanyak membaca al-Qur'an, shalat malam, sedekah, berdoa dan amalan kebaikan lainnya.

Nah, diantaranya pula adalah puasa sunnah di bulan Syaban, sebagaimana yang dikatakan Aisyah Ummul Mukminim radiyallahu 'anha,

مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ

"Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Syaban" (HR. Bukhari: 1969 dan Muslim: 1156)

3. Semangat

Tentunya semangat yang kuat adalah bekal untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Dengan semangat kita bisa mengatur jadwal, menyusun agenda-agenda kegiatan yang positif, sehingga di bulan tersebut kita bisa beribadah dengan maksimal dan meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.

4. Mengganti puasa yang tertinggal

Bagi yang tahun lalu puasanya tertinggal (ada hari yang tidak puasa) karena ada udzur syar'i sehingga tidak bisa puasa, dan belum di qodho' (ganti), maka bulan Syaban inilah kesem- patan untuk menggantinya.

Aisyah radiyallahu 'anha berkata, "Aku dahulu punya kewajiban puasa. Aku tidaklah bisa membayar hutang puasa tersebut kecuali pada bulan Syaban" (HR. Bukhari: 1950 dan Muslim: 1146)

5. Berdoa

Persiapan yang tidak kalah pentingnya untuk kita siapkan dalam rangka menyambut bulan yang mulia adalah berdoa kepada Allah, supaya Allah mempertemukan lagi antara kita dengan bulan Ramadhan, memudahkah kita semua untuk mengisi hari-harinya dengan amal sholeh, menyehatkan badan kita dan memberikan kita kekuatan supaya senantiasa istiqomah di atas jalan yang haq.

Sebagaimana yang dilakukan oleh para salaf zaman dahulu, mereka (para salaf) berdoa kepadalah ta'ala (selama) enam bulan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepadaNya (selama) enam bulan (berikutnya) agar Allah menerima (amal- amal sholeh) yang mereka kerjakan" (Lihat "Lathaiful Ma'arif: 1/232 karya Ibnu Rajab)

Hadirin kaum muslimin dan muslimat, yang semoga Allah berkahi kita semua, dengan menyiapkan bekal-bekal di atas, semoga di tahun ini kita bisa memaksimalkan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan yang banyak keberkahannya.

Contoh Ceramah Singkat Ramadhan #7: Meraih Keberkahan Ramadhan

(diambil dari situs Suara Muhammadiyah)

Bulan Ramadhan memiliki keutamaan dan keistimewaan yang besar. Semua amal saleh yang dilakukan pada bulan ini akan mendapat balasan lebih banyak dan lebih baik.

Pada bulan ini umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebajikan dan meninggalkan kemaksiatan. Di antara keutamaan dan keistimewaan Ramadhan tersebut, sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat,

قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُم ْصِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّة ِوَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ.

"Telah datang kepada kalian semua Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu. Saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat (dibelenggu) dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan." (HR. Ahmad)

Kata berkah atau barakah atau mubarak berasal dari kata kerja yang merujuk kepada peristiwa yang terjadi pada masa lalu (fi'il madhi, past tense), baraka. Menurut Imam An-Nawawi, baraka itu artinya tumbuh, berkembang, bertambah dan kebaikan yang berkesinambungan.

Ar-Raghib Al-Asfahaniy memaknai kata ini dengan ats-Tsubut (ketetapan atau keberadaan) dan tsubut al-khayr al-ilahy (adanya kebaikan Tuhan). Atau, dalam istilah Imam Al-Ghazali, barakah itu ziyadatul-khair ala kulli syai', bertambahnya kebaikan atas segala sesuatu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), berkah diartikan dengan "karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia." Dalam buku Durus al-'Am, Syaikh Abdul Malik Al-Qasimi menjelaskan bahwa berkah atau barakah adalah:

وَالْبَرَكَةُ هِيَ ثُبُوتُ الْخَيْرِ الْإَلَهِيْ فِي الشَّيْءِ. فَإِنَّهَا إِذَا حَلَّتْ فِيْ قَلِيْلٍ كَثَّرَتْهُ وَإِذَا حَلَّتْ فِيْ كَثِيْرٍ نَفَعَ

"Barokah adalah adanya kebaikan yang berasal dari Allah pada suatu hal. Sesuatu yang sedikit jika mendapatkan keberkahan, berubah jadi terasa banyak. Sesuatu yang banyak jika mendapatkan keberkahan, terasa sangat besar manfaatnya."

Dari pengertiann ini saja, setidaknya ada tiga indikator bahwa sesuatu itu diberkahi. Pertama, sesuatu yang sedikit jika barakah akan terasa banyak. Umur pendek yang diberkahi adalah umur yang diisi dengan berbagai kebaikan dan menghasilkan banyak karya dan amal saleh. Imam An-Nawawi hanya berusia 43 tahun, tetapi karya-karyanya ratusan judul dan dikaji hingga sekarang oleh banyak ilmuwan dan ulama.

Harta sedikit yang penuh berkah adalah harta yang cukup dimanfaatkan untuk berbagai keperluan layaknya harta yang banyak. Ilmu yang berkah adalah ilmu yang membuahkan manfaat yang banyak bagi diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya. Ilmu yang berkah berarti ilmu yang sedikit tapi diamalkan dalam keseharian.

Ramadhan disebut bulan penuh berkah karena di bulan Ramadhan pahala amal kebaikan dilipatgandakan. Amalan yang awalnya biasa saja menjadi luar biasa nilainya di hadapan Allah bagi yang menjalankannya.

Amalan sunnah diganjar sebagaimana layaknya amalan wajib. Di bulan ini kebaikan bertambah dan bertumbuh menjadi kebaikan yang berkesinambungan.

Kedua, sesuatu yang berkah adalah sesuatu yang membuahkan manfaat luar biasa. Ilmu agama yang banyak dan berkah akan memberi manfaat yang mendunia dan mendatangkan kebaikan bagi banyak orang. Umur panjang dan berkah akan membuahkan karya-karya (amal saleh) yang monumental dan besar manfaatnya bagi masyarakat luas.

Dalam hal ini, jika amalan di bulan Ramadhan dimaksimalkan, maka ia akan mendatangkan manfaat yang besar bagi pelakunya. Hatinya akan tertata kembali. Pikirannya dibersihkan dari berbagai prasangka dan negative thinking.

Ia akan lebih optimis dalam menghadapi problematika hidupnya. Karenanya, ketika Hari Raya tiba, ia akan mendapatkan kemenangan dan kebahagiaan (al-faizin)

Ketiga, dikatakan berkah karena sesuatu atau keadaan itu bisa mengantarkan seseorang pada kebaikan dan menambah kebaikan atau ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Pernikahan yang diberkahi adalah pernikahan yang mendatangkan kebaikan bagi pasangan suami dan istri.

Bukan hanya pada saat senang dan dalam limpahan nikmat-Nya. Namun, pada saat susah dan berkekurangan pun bisa menjadi berkah, manakala kesusahan itu menjadikan keduanya sadar dan bertaubat atas kesalahan diri mereka.

Setidaknya, hal itu akan menghindarkan keduanya dari jurang kenistaan dan kemadharatan. Keluarga penuh berkah adalah keluarga yang selalu mendorong semua warga rumah tersebut untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.

Ramadhan akan menjadi berkah bagi pelakunya, jika setelah Ramadhan ia menjadi semakin dekat dan bertakwa kepada Allah. Sebaliknya, jika setelah Ramadhan seseorang tidak mengalami perubahan apapun, maka ia patut mengoreksi diri atas puasa Ramadhannya.

Jadi, pelaku manusia ikut menentukan perubahan dalam dirinya. Jika berusaha untuk selalu mendekat kepada-Nya, maka Allah pun akan lebih mendekat kepada hamba-Nya. Karenanya, tidak ada alasan lain bagi seorang muslim kecuali harus bisa meraih berkah Ramadhan. Wallahu a'lam.

Contoh Ceramah Ramadhan Singkat #8: Keutamaan Menyiapkan Makan Sahur

(disadur dari buku 'Syiar Ramadhan Perekat Persaudaraan' terbitan Bimas Islam Kemenag)

Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Ibadah puasa harus dijalankan dengan penuh ketulusan. Sebagai bentuk ketulusan tersebut, kita harus mempersiapkan ibadah dengan sebaik-baiknya. Persiapan ini dapat berarti persiapan sebelum memasuki bulan puasa. Atau ketika sudah berada di bulan puasa.

Islam mengajarkan agar kita menyiapkan diri sebelum menjalankan ibadah puasa dengan melakukan makan sahur. Makan sahur tidak hanya merupakan persiapan yang bersifat lahiriah, untuk menyimpan energi selama menjalankan puasa.

Tetapi, ada nilai keutamaan tersendiri di luar manfaat jasadiyah. Nilai-nilai itu telah dijelaskan dalam sejumlah hadis Nabi SAW dan penjelasan para ulama terhadap hadis tersebut.

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Dalam konteks menjelaskan nilai keutamaan sahur ini, Rasulullah SAW menyabdakan:

تَسَخَّرُوا؛ فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً

"Makan sahurlah. Karena, dalam makan sahur terdapat keberkahan." (HR. al-Bukhari).

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab Shahih al-Bukhari. Karenanya, kesahihan hadis tersebut tidak perlu dipertanyakan. Berdasarkan perintah dalam hadis tersebut, para ulama bersepakat disunnahkannya makan sahur. Imam al-Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim, jilid 7 halaman 206, mengatakan;

أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى اسْتِحْبَابِهِ وَأَنَّهُ لَيْسَ بِوَاجِبٍ

"Para ulama bersepakat akan kesunnahan makan sahur, dan bahwa makan sahur bukan perkara yang diwajibkan."

Bapak Ibu yang Dirahmati Allah,

Arti keberkahan dalam hadis adalah ia mengandung banyak sekali kebaikan. Di antara bentuk kebaikan makan sahur adalah ia dapat membuat orang kuat menjalankan ibadah puasa dan membuat lebih bersemangat. Dengan seperti itu, berpuasa menjadi terasa lebih ringan dijalankan.

Ketika puasa terasa ringan, ada keinginan untuk berpuasa lagi. Berbeda dengan orang yang tidak makan sahur, ia akan merasa berat menjalankan puasa. Mungkin ia akan menganggapnya sebagai ibadah yang berat. Demikian penjelasan Imam al-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim.

Jamaah Hafidzakumullah,

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menulis beragam bentuk keberkahan makan sahur:

الْبَرَكَةَ فِي السُّحُورٍ تَحْصُلُ بِجَهَاتٍ مُتَعَدِّدَةٍ ، وَهِيَ : اتَّبَاعُ السُّنَّةِ ، وَمُخَالَفَةُ أَهْلِ الْكِتَابِ ، وَالتَّقَوِي بِهِ عَلَى الْعِبَادَةِ ، وَالرِّيَادَةُ فِي النَّشَاطِ ، وَمُدَافَعَةُ سُوءِ الْخُلُقِ الَّذِي يُثِيرُهُ اللهُ عُ ، وَالتَّسَبُّبُ بِالصَّدَقَةِ عَلَى مَنْ يَسْأَلُ إِذْ ذَاكَ ، أَوْ يَجْتَمِعُ مَعَهُ عَلَى الْأَكْلِ ، وَالتَّسَبُّبُ لِلذِكْرِ وَالدُّعَاءِ وَقْتَ مَظِنَّةِ الْإِجَابَةِ ، وَتَدَارُكُ نِيَّةِ الصَّوْمِ لِمَنْ أَغْفَلَهَا قَبْلَ أَنْ يَنَامَ

"Berkah dalam sahur dapat diperoleh dengan beberapa bentuk; mengikuti sunnah Nabi, menyelisihi ahli kitab, mengambil kekuatan untuk ibadah, menambah semangat, menolak perilaku buruk yang timbul akibat rasa lapar, mendorong sedekah kepada orang yang meminta sahur pada waktu sahur, berkumpul untuk makan sahur bersama, mendorong dilaksanakannya zikir dan doa pada waktu yang mustajab, membaca niat bagi orang yang lupa membaca niat sebelum tidur." (Fath al-Bari Syarah Shahih al-Bukhari, jilid 4, halaman 140)

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Ada poin yang menarik dalam penjelasan Imam Ibnu Hajar di atas. Yaitu, sahur menjadi sebab kita berbagi sedekah kepada orang lain yang membutuhkan makan sahur pada waktu sahur.

Poin ini penting, tidak hanya bagi orang yang bersahur, tetapi bagi orang yang mau menyediakan makan sahur bagi orang lain. Poin ini sering dilupakan masyarakat kita. Memberi atau menyiapkan makan sahur untuk orang lain adalah suatu amalan yang utama.

Amalan menyiapkan makan sahur untuk orang lain sering dianggap remeh. Padahal, ia merupakan amalan sosial yang utama. Karena, amalan tersebut merupakan ibadah sosial yang dilakukan di bulan Ramadhan untuk membantu orang yang akan menjalankan kewajiban agama.

Dalam sebuah kaidah fikih dikatakan, al-muta'addi afdhalu min al-qashir. Artinya, ibadah yang dapat bermanfaat untuk orang lain lebih utama dibanding ibadah yang hanya kembali kepada pelakunya.

Menyiapkan makan sahur adalah bentuk saling tolong-menolong dalam kebaikan. Al-Qur'an mengatakan, wa ta'awanu 'ala al-birri wa at-taqwa (saling tolong-menolonglah dalam kebaikan dan ketakwaan).

Tidak diragukan lagi bahwa menolong orang lain yang akan menjalankan ibadah puasa Ramadhan adalah bentuk tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.

Sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan. Dalam riwayat Imam al-Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah mengatakan, afdhalu ash-shadaqah shadaqah di Ramadhan.

Artinya, sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan. Berbagi makan sahur atau menyiapkan makan sahur merupakan bentuk sedekah di bulan Ramadhan.

Sampai di sini, dapat kita pahami bahwa makan sahur memiliki banyak kebaikan. Salah satu kebaikan itu adalah memberi kesempatan orang berbuat baik kepada orang lain dengan cara berbagi atau menyiapkan makan sahur.

Contoh Ceramah Ramadhan Singkat #9: Tetap Produktif Bekerja saat Berpuasa

(dikutip dari buku 'Syiar Ramadhan Perekat Persaudaraan' terbitan Bimas Islam Kemenag)

Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Jamaah yang Dirahmati Allah,
Puasa Ramadhan bukan penghalang untuk bekerja produktif. Justru, dengan niat yang tulus dan perencanaan yang baik, ibadah puasa bisa menjadi pendorong semangat kerja.

Disiplin dan pengendalian diri yang diperoleh saat berpuasa dapat diterapkan dalam mengatur waktu dan menyelesaikan tugas secara efisien.

Lantas mengapa puasa tidak menghambat produktivitas? Pertama, puasa melatih disiplin dan kontrol diri. Selama berpuasa, kita dituntut untuk menahan lapar dan haus.

Disiplin ini terbawa ke dalam dunia kerja. Kita jadi lebih bisa mengatur waktu, fokus pada pekerjaan, dan menghindari hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasi.

Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah,

Kedua, puasa menyehatkan tubuh dan pikiran. Dengan pola makan teratur saat sahur dan berbuka, asupan nutrisi menjadi lebih terjaga.

Hal ini berdampak positif pada kesehatan secara keseluruhan, sehingga kita tetap berenergi dan bisa bekerja secara optimal. Selain itu, puasa juga diyakini dapat meningkatkan kejernihan pikiran dan ketenangan batin, yang tentunya akan mendukung produktivitas.

Ketiga, puasa menumbuhkan semangat berbagi dan kepedulian. Suasana Ramadhan yang penuh kebersamaan dan kedermawanan bisa memotivasi kita untuk bekerja lebih giat.

Dengan niat beribadah, kita akan merasa bahwa pekerjaan yang kita lakukan tidak hanya mendatangkan keuntungan finansial, tetapi juga pahala.

Jamaah yang Berbahagia,

Dalam Al-Qur'an, Allah mengingatkan manusia bahwa bekerja untuk memenuhi nafkah keluarga termasuk kewajiban Pada surah at-Taubah ayat 105 Allah mengingatkan pentingnya bekerja serta larangan untuk bermalas-malasan.

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَلِمٍ الْغَيْبِ وَالشَّهْدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."

Jamaah yang Berbahagia,

Pada sisi lain, dijelaskan oleh Nabi Muhammad dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim bahwa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, meskipun dengan pekerjaan yang kasar, lebih mulia daripada meminta-minta kepada orang lain. Hal ini berlaku meskipun orang yang dimintai memberi atau menolak permintaan tersebut.

لأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَو يمنعه

"Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau menolaknya." [HR. Bukhari dan Muslim].

Mengomentari hadits tersebut Imam Nawawi mengatakan bahwa hadits ini juga menganjurkan umat Islam untuk memakan hasil kerja sendiri, bukan hasil mencuri atau menipu.

Islam mendorong umatnya untuk bekerja keras dengan sungguh-sungguh dalam mencari nafkah, karena hal ini dianggap sebagai bentuk ibadah.

Rasulullah Muhammad SAW sendiri memberikan contoh dengan berusaha dan bekerja keras untuk menyediakan kebutuhan dirinya serta keluarganya.

Jamaah yang Berbahagia,

Pun dalam Al-Qur'an, Allah SWT juga mengingatkan umatnya agar tidak hanya berdoa, namun juga melakukan usaha nyata dalam mencari rezeki. Hal ini menunjukkan bahwa Islam memandang kerja keras sebagai salah satu cara untuk mencapai keberkahan dan mendapatkan ridha Allah SWT.

Selain menekankan pentingnya usaha dan kerja keras, Islam juga menganjurkan agar setiap orang bekerja dengan cara yang halal. Konsep ini mengacu pada prinsip bahwa segala sesuatu yang diperoleh haruslah melalui cara yang sah dan tidak melanggar aturan agama.

Dalam Islam, kehalalan dalam mencari nafkah dianggap sebagai bagian penting dari ibadah dan ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, umat Islam diajarkan untuk menghindari segala bentuk pekerjaan atau praktik yang melibatkan penipuan, korupsi, atau eksploitasi terhadap orang lain.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Imam Nawawi berkata dalam kitab Shahih Muslim;

إِنَّ فِي الْحَدِيثِ حَنَّا عَلَى الصَّدَقَةِ وَالأَكْلِ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَالاكْتِسَابِ بِالْمَبَاحَاتِ.

"Sesungguhnya dalam hadits tersebut terdapat anjuran untuk bersedekah, makan dari hasil kerja tangan sendiri dan mencari penghasilan dengan cara yang halal."

Dengan demikian, puasa bukan alasan untuk menjadi tidak produktif dalam bekerja. Justru sebaliknya, puasa melatih setiap orang untuk bisa lebih disiplin dan mandiri dalam kehidupannya.

Contoh Ceramah Ramadhan Singkat #10: Akhlak dalam Bermedia Sosial

(dirujuk dari tulisan Ustadz Aji Rahmadi dalam situs NU Jawa Barat)

Inti dari ajaran nilai dalam Islam adalah kemaslahatan untuk seluruh umat manusia, alam dan isinya serta memperoleh keridhaan Allah. Kemaslahatan yang dimaksud salah satunya adalah akhlak.

Akhlak adalah tabiat individu atau tindakan seseorang yang berulang atas dasar kecenderungan hati dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga tidak ada keraguan di dalamnya

Nilai akhlak adalah sebuah pengajaran terhadap individu untuk berperilaku baik dalam tataran kehidupan, sesuai dengan aturan yang berlaku demi mewujudkan harmonisasi kehidupan dalam Islam contoh utama dari perilaku atau tabiat yang baik disandarkan pada Rasulullah SAW sebagai suri tauladan.

Sebagaimana firman Allah Swt dalam Surat Al Ahzab ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab ayat 21).

Dalam haditsnya Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

Artinya: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak" (HR. Baihaqi).

Dalam beberapa tahun terakhir terjadi banyak perubahan seiring dengan hadirnya era informasi dan pengetahuan yang ditandai oleh pemanfaatan teknologi informasi dalam kehidupan sosial. Di satu sisi pemanfaatan informasi dan teknologi dapat memudahkan dalam berbagai hal. Namun, di sisi lain ada pula dampak negatifnya.

Dampak tersebut begitu terasa terutama dalam perkembangan media sosial, banyak sekali ditemukan penyimpangan nilai-nilai akhlak dalam menggunakan media sosial.

Ini membuktikan bahwa pengaruh dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan dampak yang sangat mengkhawatirkan, karena sedikit demi sedikit perkembangan teknologi ini memberikan pengaruh terhadap perilaku sosial manusia, melunturkan nilai-nilai kebudayaan, dan menurunnya nilai-nilai akhlak.

Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam harus hati-hati dalam bermedia sosial terutama dengan menjaga tangan kita sebagai perwakilan lisan dan diri kita. Ada beberapa hal yang harus kita lakukan dalam bermedia sosial yang sesuai dengan nilai-nilai Akhlak dalam Islam dalam menggunakan media sosial.

Pertama, berhati-hati dalam memposting sesuatu

Dari Abu Hurairah ra, bahwasannya Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu kata yang tidak dipikir (apakah ia baik atau buruk), sehingga dengan satu kata itu, ia terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.'' (Muttafaq 'alaih) Shahih Bukhari: nomer 6477, Shahih Muslim: nomer 2988.

Kedua, selektif dalam menerima informasi

Allah Swt berfirman di dalam Al-Qur'an Surat Al-Isra' ayat 36:

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ اِنَّ السَمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلئِكَ كَا نَا عَنْهُ مَسْئُولاً

Artinya: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya."

Ketiga, gunakan kata-kata yang baik dan bijak

Allah Swt berfirman di dalam Al-Qur'an Surat Al-Isra' ayat 53:

وَقُلْ لِّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوًّا مُّبِيْنًا

Artinya: "Katakan kepada hamba-hamba-Ku supaya mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (dan benar). Sesungguhnya setan itu selalu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia."

Keempat, bertanggungjawab atas apa yang kita pos di media sosial

QS. Al Muddatstsir ayat 38

كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ رَهِيْنَةٌۙ

Artinya: "Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan."

Nah, demikianlah sepuluh contoh ceramah Ramadhan singkat nan penuh pesan yang dapat digunakan untuk kultum ataupun pengajian. Semoga bermanfaat, ya!




(sto/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads