- Kumpulan Kultum Ramadhan Singkat 5 Menit 1. Amalan Spesial di Bulan Suci 2. Keberkahan Sahur dan Buka Puasa Jangan Lewatkan! 3. Ketakwaan di Bulan Ramadhan 4. Tanda Kemunculan Malam Lailatul Qadar 5. Perbuatan yang Bisa Batalkan Puasa, Wajib Dihindari! 6. Cerminan Takwa Tujuan Puasa 7. Ramadhan Bulan Penuh dengan Cinta 8. Menilik Puasa dan Medis Sosial 9. Mendekatkan Diri Kepada Allah Melalui Iktikaf 10. Nuzullul Quran Momen Diturunkannya Kitab Suci Umat Islam 11. Menggapai Ampunan di Bulan Ramadhan 12. Ramadhan, Nge-Upgrade Diri, Bukan Cuma Nge-Reset 13. Jaga Semangat Ramadhan 14. Ramadhan di Era Digital 15. Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan 16. Hubungan Puasa dan Etor Kerja 17. Keistimewaan dan Keutamaan Puasa 18. Ramadhan Madrasah Ruhani 19. Faidah Tarawih Secara Rohani dan Jasmani 20. Menyelami Makna Keberkahan Puasa Ramadhan 21. Menggapai Ampunan di Bulan Ramadhan 22. Ramadhan Bulan Al-Quran, Meraih Syafaat dengan Tilawah 23. Sedekah Ramadhan, Meraih Berkah dengan Berbagi 24. Ramadan Sebagai Momentum Memperbaiki Diri 25. Meraih Ketakwaan Melalui Puasa 26. Ramadhan Sebagai Madrasah Kehidupan 27. Keutamaan Sedekah di Bulan Ramadan 28. Menjaga Lisan dan Hati di Bulan Ramadan 29. Cara Menemukan Allah SWT 30. Mukjizat Al-Quran
Kuliah tujuh menit atau kultum merupakan kegiatan dakwah berupa ceramah keagamaan yang sifatnya singkat, pada, dan penuh makna. Durasi 7 menit tidaklah menjadi patokan untuk menyampaikan dakwah atau ceramah. Bisa berdurasi 5 menit hingga 7 menit atau menyesuaikan kondisi.
Selain itu, memilih tema untuk kultum Ramadhan mesti yang menarik agar jemaah tidak bosan. Ada banyak referensi kultum Ramadhan singkat berdurasi 5 menit yang bisa disampaikan kepada jemaah sholat wajib maupun Tarawih.
Berikut detikSumbagsel sajikan 30 contoh teks kultum singkat sebagai materi ceramah selama bulan puasa yang dilansir dari laman Nahdlatul Ulama (NU) Online, buku Khazanah Kultum Islam karya Dwi Afriyanti, dan buku Kumpulan Kultum Terlengkap & Terbaik Sepanjang Tahun miluk Shohibul Ulum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kumpulan Kultum Ramadhan Singkat 5 Menit
1. Amalan Spesial di Bulan Suci
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bismillahirahmanirrahin, Alhamdulillahi washsholatu wassalaamu 'alaa rasulillah wa'alaa aalihi wa sohbihi wa maw waalaah
Hadirin yang mulia, ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa bagi umat Muslim karena penuh dengan keberkahan dan ampunan. Salah satu keutamaannya adalah pahala ibadah yang dilipatgandakan dibandingkan bulan lainnya.
Setiap amal kebaikan yang dilakukan, seperti membaca Al-Qur'an, i'tikaf, dan sedekah, mendapatkan balasan lebih besar dari Allah SWT. Berkaitan dengan ini, Rasulullah saw pernah bersabda:
إِنَّ أُمَّتِي لَمْ يَخِزُّوا مَا أَقَامُوا شَهْرَ رَمَضَانَ. قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا خَزِيُهُمْ فِي إِضَاعَةِ شَهْرِ رَمَضَانَ؟ قَالَ: إِنْتِهَاكُ الْمَحَارِمِ فِيهِ مِنْ زِنًا فِيهِ أَوْ شَرِبَ فِيهِ خَمْرًا لَعَنَهُ اللَّهُ وَمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ إِلَى مِثْلِهِ مِنَ الْحَوْلِ. فَإِنْ مَاتَ قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ رَمَضَانُ، لَمْ تَبْقَ لَهُ عِندَ اللَّهِ حَسَنَةٌ يَتَّقِي بِهَا النَّارَ. فَاتَّقُوا شَهْرَ رَمَضَانَ فَإِنَّ الْحَسَنَاتِ تُضَاعَفُ فِيهِ مَا لَا تُضَاعَفُ فِيمَا سِوَاهُ وَكَذَٰلِكَ السَّيِّئَاتُ
Artinya, "Sesungguhnya umatku tidak akan celaka selama mereka menjaga bulan Ramadhan." Seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan celaka dalam menyia-nyiakan bulan Ramadhan?" Beliau menjawab, "Yaitu melanggar larangan Allah di dalamnya, seperti berzina atau meminum khamr. "Barang siapa melakukannya, ia akan dilaknat oleh Allah dan para penghuni langit hingga setahun penuh. Jika ia meninggal sebelum sempat bertemu Ramadhan berikutnya, maka ia tidak memiliki kebaikan di sisi Allah yang dapat melindunginya dari neraka. Maka, jagalah bulan Ramadhan, karena di dalamnya pahala kebaikan dilipatgandakan lebih dari bulan lain, begitu pula dosa-dosa." (HR At-Thabarani).
Hadis ini secara tegas menyampaikan bahwa pahala amal ibadah selama bulan Ramadhan akan dilipatgandakan, demikian juga berlaku bagi balasan dosa yang kita perbuat. Apa saja ibadah yang bisa kita amalkan selama Ramadhan? Berikut adalah di antaranya:
1. Makan Sahur
Selain sebagai sumber energi untuk berpuasa di siang hari selama bulan Ramadhan, sahur juga merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan. Waktu terbaik untuk sahur adalah di akhir malam, asalkan tidak memasuki waktu yang meragukan, yaitu antara masih malam atau sudah terbit fajar.
Dengan melaksanakan sahur, seorang Muslim tidak hanya mendapatkan kekuatan fisik untuk menjalani puasa, tetapi juga memperoleh keberkahan sebagaimana dianjurkan dalam ajaran Islam. Rasulullah bersabda:
لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا أَخَّرُوا السَّحُورَ وَعَجَّلُوا الْفِطْرَ
Artinya: "Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka." (HR Ahmad).
2. Berbuka Puasa dengan Kurma
Salah satu anjuran saat berbuka puasa adalah mengawalinya dengan makan buah kurma sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad sa. Dalam tinjauan medis, kurma mengandung gula alami yang cepat mengembalikan energi setelah seharian berpuasa. Jika tidak tersedia, alternatif lain yang dianjurkan adalah berbuka dengan air.
Salah satu manfaat air sendiri adalah dapat menghidrasi tubuh dengan baik sebelum melanjutkan makan makanan yang lebih berat. Nabi saw bersabda
إِذَا أفْطَرَ أحَدُكُمْ، فَلْيُفْطرْ عَلَى تَمْرٍ فَإنَّهُ بَرَكةٌ، فَإنْ لَمْ يَجِدْ تَمْراً، فالمَاءُ فَإنَّهُ طَهُورٌ
Artinya: "Jika salah seorang dari kalian hendak berbuka, maka berbukalah dengan kurma sebab kurma itu berkah. Jika tidak ada, maka dengan air karena air itu bersih." (HR At-Tirmidzi).
3. Membaca Doa saat Berbuka
Makanan yang kita santap saat berbuka puasa merupakan nikmat dari Allah swt yang luar biasa dan penuh dengan keberkahan. Karena itu, berdoa pada momen ini menjadi anjuran tersendiri bahkan redaksi doanya tidak seperti doa makan pada umumnya. Berikut adalah bacaan doa yang dianjurkan khusus saat menjelang berbuka:
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِك آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلَتُ. ذَهَبَ الظَّمَأُ، وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ. يَا وَاسِعَ الْفَضْلِ اِغْفِرْ لِي. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانِي فَصُمْتُ وَرَزَقَنِي فَأَفْطَرْتُ
Artinya: "Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, dengan rezeki-Mu aku berbuka, kepada-Mu aku bertawakal. Telah hilang dahagaku, telah basah tenggorokanku, dan pahala pun telah tetap, jika Allah menghendaki. Wahai Dzat yang Maha Luas karunia-Nya, ampunilah aku. Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepadaku sehingga aku berpuasa, dan memberi rezeki kepadaku sehingga aku berbuka."
Bisa juga membaca doa yang lebih masyhur berikut:
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِك آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Artinya" "Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, dengan rezeki-Mu aku berbuka, dengan rahmat-Mu, waahi Tuhan yang Maha Pengasih di antara semua pengasih."
4. Menjaga Lisan
Berpuasa memang sah selama kita sudah niat saat malam hari dan menahan diri dari makan dan minum dari waktu terbit fajar hingga maghrib tiba. Akan tetapi untuk mempertahankan pahala puasa tersebut, tidak cukup dengan dua hal itu. Salah satu upaya untuk menjaga agar pahala puasa tetap utuh adalah dengan menjaga lisan dari ucapan buruk. Nabi saw pernah bersabda:
مَن لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Artinya: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan melakukannya, maka Allah tidak butuh jika ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR Al-Bukhari).
5. Menjaga Etika Berpuasa
Ibadah yang sempurna adalah ibadah yang dilaksanakan dengan menjaga etika atau adab-adabnya. Begitu pula dalam berpuasa, kita dianjurkan untuk memperhatikan etika berpuasa, seperti tidak menghabiskan waktu siang hanya untuk tidur, tidak makan berlebihan saat berbuka, serta menghindari aktivitas yang tidak bernilai ibadah. Jangan sampai Ramadhan yang penuh dengan keutamaan justru kita lalui sebatas untuk menggugurkan kewajiban.
6. Memperbanyak I'tikaf di Masjid
I'tikaf juga menjadi salah satu anjuran di bulan Ramadhan yang diajarkan oleh Nabi saw. Sebaiknya i'tikaf dilakukan selama satu bulan penuh, tapi jika tidak bisa maka diutamakan 10 hari terakhirnya.
Karena pada hari-hari itu lebih memungkinkan terdapat malam Lailatul Qadar. Dalam hadits, Rasulullah saw bersabda.
مَنِ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَعْتَكِفَ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ
Artinya: "Siapa yang telah beri'tikaf bersamaku (di 10 malam pada tengah Ramadhan tanggal 11-20) bersamakau, maka beri'tikaflah pada 10 malam terakhir." (HR Ibnu Hibban). (Az-Zarqani, Syarhul Muwattha', [Beirut, Darul Kutub Al-'Ilmiyah: 1411], juz II, halaman 286)
7. Memperbanyak Tadarus Al Qur'an
Bertadarus Al-Qur'an juga menjadi salah satu anjuran selama bulan Ramadhan. Jika memiliki banyak waktu luang, kita bisa menargetkan selesai 30 juz selama bulan puasa. Menurut Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam Bughyatul Insan fi Wadza'ifi Ramadhan, dasar anjuran perbanyak baca Al-Qur'an selama Ramadhan adalah hadits berikut:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ. وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ. فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Artinya: "Dari Ibnu Abbas berkata, 'Rasulullah saw adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril menemuinya, dan adalah Jibril mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, dimana Jibril mengajarkannya Al-Quran. Sungguh Rasulullah saw orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus." (HR Al-Bukhari).
Demikianlah sejumlah anjuran ibadah yang bisa kita amalkan selama bulan puasa. Semoga bulan Ramadhan tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya kita selalu diberi semangat untuk terus meningkatkan takwa dan beribadah secara istiqamah. Amin.
Wassalamualaikum warhmatullahi wabarokatuh
2. Keberkahan Sahur dan Buka Puasa Jangan Lewatkan!
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bismillahirahmanirrahin, Alhamdulillahi washsholatu wassalaamu 'alaa rasulillah wa'alaa aalihi wa sohbihi wa maw waalaah
Jemaah yang dirahmati Allah SWT, selain kewajiban menjalankan ibadah puasa, banyak amalan yang dapat kita lakukan untuk mendulang berkah dan pahala di bulan Ramadhan. Yang paling masyhur adalah amalan menyegerakan dalam berbuka dan mengakhirkan makan sahur.
Dalam kitab Fathul Qarib, di samping menjaga lisan, kedua amalan tersebut termasuk dalam kesunnahan puasa. Dalam konteks berpuasa, dua amalan ini tidak hanya sekadar menjadi penguat bagi tubuh kita. Tetapi, juga terdapat banyak keutamaan dan keberkahan di dalamnya. Keutamaan untuk menyegerakan dalam berbuka puasa diterangkan dalam sebuah hadits:
لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوااْلفِطْرَ
Artinya: "Manusia selamanya dalam kebaikan, selama ia menyegerakan berbuka puasa" (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Maka, bila sudah datang waktu Maghrib segeralah untuk berbuka puasa. Dengan melaksanakan berbuka puasa sebagai penanda berakhirnya ibadah puasa di hari tersebut, kita akan mendapatkan kenikmatan atau kebahagiaan yang hakiki. Bukan hanya kenikmatan, dengan hilang rasa lapar dan dahaga setelah seharian berpuasa, melainkan juga kenikmatan atau kebahagiaan ketika kita bertemu dengan Allah swt kelak. Sabda Rasulullah SAW:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ حِينَ يُفْطِرُ وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهُ
Artinya: "Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya." (HR Muttafaq 'Alaihi).
Sudah menjadi respons yang alami, bila kita merasa lapar dan haus saat berpuasa. Maka, sungguh nikmat rasanya ketika kita kemudian diperbolehkan untuk berbuka puasa. Ibarat kata, dengan lauk seadanya pun, makan akan terasa nikmat.
Oleh karenanya, Nabi Muhammad saw telah memberikan teladan, bagaimana ketika ia berbuka puasa, yakni dengan kurma biasa, dan kalau tidak ditemukannya, Beliau berbuka dengan beberapa teguk dari air putih. Sebagaimana yang telah diriwayatkan Sahabat Anas RA:
يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ اَنْ يُصَلِّيَ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمْرَاتٍ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
Artinya: "Nabi SAW berbuka puasa dengan beberapa buah kurma sebelum shalat. Jika tidak ada kurma, maka dengan beberapa butir kurma kering. Jika tidak ada, maka dengan seteguk air." ( HR Abu Daud dan al-Tirmidzi).
Lakukan berbuka puasa dengan cara sederhana ini, dapat menjadikan kita ikut merasakan bagaimana orang yang hidup menderita karena kelaparan. Betapa banyak di antara saudara-saudara kita, yang setiap harinya telah banyak menahan lapar, bukan karena perintah untuk berpuasa, namun memang sekadar untuk makan saja mereka sulit, karena masalah ekonomi, kemiskinan, dan sebagainya.
Kemudian, selain berbuka puasa, kesunnahan puasa yang telah disebutkan yakni mengakhirkan makan sahur. Makan sahur ini, selain sebagai persiapan menjalankan puasa, juga agar mendapatkan keberkahan. Sebagaimana diterangkan dalam sabda Nabi SAW:
تَسَحَّرُوا فَاِنَّ فِى السُّحُوْرِ بَرَكَةٌ
Artinya: "Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu terkandung berkah.". (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Menurut Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Itḥāfu Ahlil Islām bi Khushūshiyyatiṣ Shiyām, keberkahan yang dimaksud pada hadits ini, selain keberkahan berupa kekuatan badan dan semangat dalam menjalankan puasa setelah makan sahur, juga keberkahan, dengan kita meneladani laku hidup Rasulullah SAW.
Disebutkan dalam Al-Qur'an, keberuntungan atau kemenangan akan diberikan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasulullah SAW.
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Artinya: "Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar." (QS. Al Ahzab:71).
Selain makan dan minum, dalam waktu menjelang fajar tersebut terdapat banyak keberkahan yang diberikan Allah. Maka, jangan lupakan pula untuk kita mengingat Allah, memohon ampun, serta memanjatkan doa.
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
Artinya: "Allah turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman, "Siapa saja yang berdo'a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni." (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Maka, jangan sia-siakan kedua waktu ini, yakni waktu ketika awal berbuka dan saat sahur. Berbukalah di awal waktu dan bersahurlah di akhir meski hanya dengan seteguk air. Kita raih keutamaan dan keberkahan di dalam kedua waktu tersebut, agar puasa kita menjadi sempurna serta kita mendapatkan banyak pahala dan keberkahan dari Allah. Amin Ya Rabbal Alamin.
Wassalamualaikum warhmatullahi wabarokatuh.
3. Ketakwaan di Bulan Ramadhan
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bismillahirahmanirrahin, Alhamdulillahi washsholatu wassalaamu 'alaa rasulillah wa'alaa aalihi wa sohbihi wa maw waalaah
Jemaah yang dimuliakan Allah SWT, saat menjelang Ramadhan adlaah yang penuh harap. Kita sadar bahwa kita ini adalah mahkluk lemah yang telah banyak berbuat kesalahan. Bertemu dengan bulan mulia dimana banjir pahala merupakan harapan besar bagi kita karena Ramadan adalah bulan dimana dosa-dosa diampuni.
Dalam bulan Ramadhan umat Islam diwajibkan berpuasa sebagaimana umat-umat terdahulu. Adapun tujuannya adalah agar dapat bertakwa sebenar-benarnya. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa." (QS Al-Baqarah: 183).
Untuk itu sangat penting kiranya peningkatan ketakwaan menjadi target yang secara serius dikejar dalam bulan Ramadhan 1444 H ini. Merujuk petunjuk Al-Qur'an ayat 3 surat Al-Baqarah, ada tiga sifat utama orang bertakwa yang sekaligus dapat dijadikan target di bulan Ramadhan.
Dalam hal ini Allah berfirman:
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Artinya: "(Orang bertakwa adalah) Orang yang mempercayai hal ghaib, mendirikan shalat, dan sebagian dari yang Kami berikan kepadanya mereka menginfakkannya."
Sifat pertama orang bertakwa adalah yu'minuna bil ghaibi, percaya pada hal-hal gaib. Maksudnya adalah percaya pada hal-hal yang masih samar tetapi sudah ada dalil yang menunjukkannya, baik dalil naqli Al-Qur'an dan hadits, maupun dari dalil aqli dari akal sehat manusia.
Target meningkatkan keimanan terhadap hal-hal gaib atau yang samar, utamanya keimanan terhadap Allah dapat dilakukan dengan memahami petunjuk Al-Qur'an dan hadits selama Ramadhan ini. Selain itu, peningkatan keimanan kepada Allah juga bisa dilakukan melalui berpikir dengan akal sehat atas eksistensi Allah sebagai Tuhan.
Dalam kajian Aqiqah Islam Ahlussunah wal Jamaah sering diajarkan, bahwa adanya alam semesta menjadi tanda wujudnya Allah. Karena menurut akal sehat tidak mungkin alam semesta wujud dengan sendirinya. Adanya alam semesta pasti ada yang membuatnya ada.
Nah, yang membuat alam semesta ada itu adalah Tuhan, yang dalam Islam disebut sebagai Allah subhanahu wa ta'ala. Sifat kedua orang bertakwa adalah wa yuqimunas shalah, yaitu mendirikan shalat. Imam Jalaluddin As-Suyuthi menjelaskan, maksudnya adalah melaksanakan shalat dengan memenuhi haknya.
Sementara Imam Ahmad As-Shawi menjelaskan, maksudnya adalah memenuhi hak-hak shalat baik yang bersifat lahiriah, seperti memenuhi berbagai syarat, rukun, dan adabnya; maupun yang bersifat batiniah, seperti kekhusukan, kerendahan diri di hadapan Allah, dan keikhlasan beribadah hanya karenanya. Target melakukan peningkatan ketakwaan dalam hal mendirikan shalat secara benar bisa dilakukan dengan dua cara.
Pertama, mengupdate ilmu pengetahuan seputar shalat, baik yang bersifat lahiriah maupun batiniah, dari sumber-sumber yang terpercaya.
Kedua, dengan belajar mulai melakukan shalat dari sisi lahir dan batin. Secara lahir melakukan shalat sesuai syarat, rukun dan adab-adabnya.
Melatih diri melakukan shalat secara tenang, pelan-pelan atau tidak terburu-buru, meresapi setiap bacaan dan gerakan shalat, dan semisalnya. Bila hal ini dilakukan, target peningkatan ketakwaan dari sisi mendirikan shalat dapat tercapai secara lahir dan batin.
Sifat ketiga orang bertakwa adalah membelanjakan rezeki yang telah Allah berikan pada pembelanjaan yang sesuai dengan syariat. Membelanjakan harta dengan melihat fungsinya dan memastikan kehalalannya. Bila demikian, maka firman Allah: "la'allakum tattaqun", agar kalian bertakwa. Semakin dekat kita raih pada bulan Ramadhan. Wallahu a'lam.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
4. Tanda Kemunculan Malam Lailatul Qadar
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bismillahirahmanirrahin, Alhamdulillahi washsholatu wassalaamu 'alaa rasulillah wa'alaa aalihi wa sohbihi wa maw waalaah
Jemaah rahimakumullah, lailatul qadar merupakan malam yang sangat agung dalam sejarah Islam. Rasulullah sebagai sosok seorang utusan yang paling mulia, tidak henti-hentinya menunggu kedatangan malam mulia tersebut. Tentu kita sebagai umatnya juga mengikuti teladan yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Sebab, sangat beruntung orang yang bisa mendapatkan kemuliaan dan keagungan pada malam lailatul qadar. Apalagi malam lailatul qadar menjadi kesempatan untuk bersalaman dengan malaikat Jibril. Berkaitan dengan hal ini, Syekh Sulaiman Al-Jamal dalam kitab Futuhatul Wahhab mengatakan, lailatul qadar merupakan malam khusus yang hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad saw.
Malam mulia ini akan terus ada sampai hari kiamat datang. (Sulaiman Al-Jamal, Futuhatul Wahhab bi Taudhihi Syarhil Minhaj, juz II, halaman 355) Hikmah Besar Lailatul Qadar Tentu ada hikmah besar lailatul qadar yang hanya dikhususkan kepada kita semua sebagai umat Nabi Muhammad.
Hikmah keberadaan lailatul qadar sebagaimana disebutkan dalam salah satu riwayat, suatu saat Rasulullah saw diberikan kesempatan oleh Allah untuk melihat umur para umat nabi sebelumnya. Kemudian ketika Rasulullah melihat umur mereka, ia terkejut karena umat nabi sebelumnya memiliki umur yang sangat panjang, sehingga beliau menyimpulkan bahwa umur yang panjang meniscayakan ibadah dan pahala yang lebih banyak dari umat yang hanya memiliki umur kisaran 60 hingga 70.
Kemudian Rasulullah saw memohon kepada Allah untuk menganugerahinya suatu waktu, yang mana pada waktu tersebut ibadah dan kebajikan yang dilakukan oleh umat Muhammad sebanding dengan umur panjang yang dimiliki oleh umat-umat sebelumnya. Akhirnya Allah memberikan malam lailatul qadar, yang mana amal ibadah dan kebajikan yang dilakukan pada malam tersebut senilai dengan ibadah yang dilakukan selama 1000 bulan, bahkan lebih.
Riwayat ini sebagaimana disebutkan oleh Imam Malik dalam kitab Al-Muwattha':
عَنْ مَالِك أَنَّهُ سَمِعَ مَنْ يَثِقُ بِهِ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ يَقُولُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ أُرِيَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ أَوْ مَا شَاءَ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ فَكَأَنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ أَنْ لَا يَبْلُغُوا مِنْ الْعَمَلِ مِثْلَ الَّذِي بَلَغَ غَيْرُهُمْ فِي طُولِ الْعُمْرِ فَأَعْطَاهُ اللَّهُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Artinya: "Dari Malik, bahwa sesungguhnya ia mendengar dari ulama yang dapat dipercaya dari ahli ilmu yang berkata, bahwa telah diperlihatkan kepada Rasulullah umur-umur manusia sebelumnya (yang sangat panjang) sesuai dengan kehendak Allah dari semua itu, sampai (akhirnya) usia umatnya semakin pendek (sehingga) mereka tidak bisa beramal lebih lama sebagaimana umat-umat yang lainnya karena panjangnya usia mereka. Maka Allah memberikan Rasulullah lailatul qadar yang lebih baik dari seribu bulan." (HR Malik bin Anas).
Penjelasan yang sama juga disampaikan oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, Tafsirul Qur'anil Azhim, pada malam tersebut, para malaikat tak henti-hentinya mendoakan kebaikan untuk semua orang Islam. Bahkan malaikat Jibril datang menyalami mereka. Ibnu Katsir mengatakan:
فَلاَ يَزَالُوْنَ لَيْلَتَهُمْ تِلْكَ يَدْعُوْنَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَجِبْرِيْلُ لَا يَدعُ أَحَدًا مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ إِلاَّ صَافَحَهُ وَعَلاَمَةُ ذَلِكَ مَنْ اِقْشَعَرَّ جِلْدُهُ وَرَقَّ قَلْبُهُ ودَمَعَتْ عَيْنَاهُ، فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ مُصَافَحَةِ جِبْرِيْلَ
Artinya: "Maka tak henti-hentinya para malaikat mendoakan orang mukmin laki-laki dan perempuan pada malam tersebut. Malaikat Jibril tidak meninggalkan salah satu orang mukmin kecuali menyalaminya. Sedangkan tanda-tandanya yaitu: bulu (badan) merinding, lunak hatinya, dan menangis kedua matanya, semua itu karena disalami oleh malaikat Jibril." (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, [Daru Thaybah: 1999], juz 8, halaman 452).
Selain itu, lailatul qadar juga memiliki keutamaan melebihi malam-malam yang lainnya menurut hadits Nabi Muhammad saw Hal ini sangat penting untuk diketahui agar semangat menjumpai malam yang agung tersebut terus tertanam, sehingga kita bisa semangat dalam melakukan ibadah di malam-malam terakhir bulan Ramadhan. Berikut 4 keutamaan lailatul qadar:
1. Lailatul qadar lebih utama dari 1000 bulan
Keutamaan pertama yang bisa kita dapatkan jika menjumpai lailatul qadar adalah malam harinya lebih baik dan lebih utama daripada 1000 bulan. Hal ini merujuk kepada firman Allah swt dalam Al-Quran surat Al-Qadr, yaitu:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Artinya: "Malam kemuliaan itu (lailatul qadar) lebih baik daripada seribu bulan." (QS Al-Qadr: 3).
2. Diampuni dosa-dosa yang telah berlalu
Keutamaan kedua pada malam lailatul qadar adalah Allah akan mengampuni semua dosa-dosa kecil yang pernah kita lakukan sebelum datangnya malam yang agung tersebut. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah saw dalam salah satu haditsnya, yaitu:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: "Barangsiapa beribadah pada lailatul qadar, karena iman dan mengharapkan pahala, maka dosanya yang telah berlalu akan diampuni." (HR Al-Bukhari dan Muslim).
3. Malam yang tenang dan tidak ada setan berkeliaran
Keutamaan yang ketiga dari malam lailatul qadar adalah pada malam tersebut merupakan malam yang sangat tenang dan sejuk. Tidak terlalu dingin dan tidak pula terlalu panas. Pada malam mulia itu, setan-setan tidak ada yang berkeliaran. Keutamaan ini sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadits riwayat Imam Al-Bukhari, Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ، كَأَنَّ فِيهَا قَمَرًا سَاطِعًا سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ، لاَ بَرْدَ فِيهَا وَلاَ حَرَّ، وَلاَ يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيهَا حَتَّى تُصْبِحَ، وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَلاَ يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ
Artinya: "Sungguh tanda lailatul qadar adalah jernih lagi terang, seakan-akan ada rembulan yang terang-benderang, tenang lagi sejuk, tidak ada dingin padanya dan tidak pula panas, tidak ada pelemparan bintang (meteor) pada malam itu hingga pagi, dan sesungguhnya tandanya adalah bahwa pada pagi hari, matahari keluar dengan sempurna tanpa ada kesilauan padanya, seperti bulan pada malam lailatul qadar, setan tidak diperbolehkan keluar bersamanya (lailatul qadar) pada malam tersebut." (HR Ahmad). (Abul Fadhl Al-Ghummari, Ghayatul Ihsan fi Fadli Syahri Ramadhan, [Kairo, Maktabah Al-Qahirah: tt], halaman 40).
4. Mendapatkan salam langsung dari malaikat
Keutamaan keempat dari lailatul qadar adalah akan mendapatkan salam secara langsung dari malaikat. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan dalam Al-Qur'an, Allah swt berfirman:
"Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." (QS Al-Qadr: 5). Merujuk penjelasan Syekh Abdullah Sirajuddin, maksud dari ayat di atas adalah bahwa pada malam lailatul qadar para malaikat akan menyampaikan salam kepada semua umat Islam. Mulai dari yang sedang duduk, beribadah, berjalan, dan lainnya, kecuali orang yang sedang mabuk dan orang-orang yang terus-menerus dalam kemaksiatan. Maka orang terakhir ini tidak akan mendapatkan salam dari para malaikat. (Sirajuddin, As-Shiyam; Adabuhu Mathalibuhu Fawaiduhu Fadhailuhu, [Maktabah Darul Falah: 2004], halaman 49).
Alhasil, hikmah dan keutamaan adanya lailatul qadar sebagaimana yang telah disebutkan di atas semoga menjadikan kita benar-benar berusaha meraih malam yang mulia tersebut. Semoga kita semua bisa menjumpainya amin. Wallahu a'lam.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
5. Perbuatan yang Bisa Batalkan Puasa, Wajib Dihindari!
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bismillahirahmanirrahin, Alhamdulillahi washsholatu wassalaamu 'alaa rasulillah wa'alaa aalihi wa sohbihi wa maw waalaah
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah, ketahuilah salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang Muslim adalah puasa. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah [2]:183-184:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ. أَيَّامًا مَّعۡدُودَاتٍۚ فَمَن ْكَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدۡيَةٌ طَعَامُ مِسۡكِينٍۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيۡرًا فَهُوَ خَيۡرٌ لَّهُۥۚ وَأَن تَصُومُواْ خَيۡرٌ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ.
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
Penting bagi kita untuk menjaga ibadah puasa di bulan Ramadhan agar tetap sah dan tidak batal. Apabila puasa batal atau tidak sah sebagaimana ketentuan fiqih, maka puasa tersebut akan dihitung sebagai utang yang harus di-qadha' (diganti) pada hari lain di luar bulan Ramadhan.
Menurut Imam ar-Razi dalam tafsir Mafatihul Ghaib juz 5 halaman 248, surah Al-Baqarah ayat 183 menegaskan kewajiban puasa Ramadhan pada hari-hari yang telah ditentukan, yaitu selama bulan Ramadhan.
Ayat ini diikuti oleh ayat 184, yang menjelaskan kondisi-kondisi yang dianggap sebagai uzur, sehingga seseorang diperbolehkan untuk tidak berpuasa, termasuk mereka yang tidak mampu berpuasa sama sekali dan mereka yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan puasa. Namun, puasa yang ditinggalkan tersebut harus diganti pada hari-hari lain di luar bulan Ramadhan.
Hal ini menunjukkan kewajiban puasa Ramadhan yang tidak boleh ditinggalkan. Meskipun ada beberapa kondisi yang memperbolehkan tidak berpuasa, akan tetapi puasa yang ditinggalkan tersebut tetap wajib untuk di-qadha'.
Selain sengaja meninggalkan puasa, terdapat kondisi atau perbuatan lain yang dapat menyebabkan puasa kita menjadi tidak sah atau batal, sehingga mengharuskan kita untuk meng-qadhanya. Hal ini dijelaskan oleh Syekh Abu Syuja' dalam Matan Taqrib halaman 19:
وَالَّذِيْ يُفْطِرُ بِهِ الصَّائِمُ عَشْرَةُ أَشْيَاءَ: مَا وَصَلَ عَمْدًا إِلَى الْجَوْفِ أَوِ الرَّأْسِ وَاْلحُقْنَةُ فِيْ أَحَدِ السَّبِيْلَيْنِ وَالْقَيْءُ عَمْدًا وَالْوَطْءُ عَمْدًا فِيْ الْفَرْجِ وَالْإِنْزَالُ عَنْ مُبَاشَرَةٍ وَالْحَيْضُ وَالنِّفَاسُ وَالْجُنُوْنُ وَالْإِغْمَاءُ كُلَّ الْيَوْمِ وَالرِّدَّةُ
Artinya: "Perkara yang membatalkan puasa ada 10 yaitu, sesuatu yang sampai ke lambung atau kepala dengan sengaja, suntik di qubul atau dubur, muntah dengan sengaja, bersenggama di farji dengan sengaja, inzal secara langsung, haid, nifas, gila dan pingsan sepanjang hari, dan murtad."
Oleh karena itu, ketika berpuasa, kita harus menghindari 10 hal ini agar puasa kita tidak batal. Namun, perlu diperhatikan bahwa terdapat beberapa perbuatan yang sekilas tidak membatalkan puasa, namun hakikatnya dapat menghilangkan pahala puasa. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
خمَسٌ يُفْطِرنَ الصَّائِمُ: الْغِيْبَةُ، واَلنَّمِيْمَةُ، وَالْكَذِبُ، وَالنَّظَرُ بِالشَّهْوَةِ، وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ
Artinya: "Terdapat 5 hal yang bisa membatalkan (pahala) puasa. Yaitu ghibah, adu domba, berbohong, melihat dengan syahwat dan sumpah palsu." (HR. Ad-Dailami).
Demikianlah beberapa kondisi dan perbuatan yang dapat membatalkan puasa dan membatalkan pahala puasa. Semoga pada Ramadhan kali ini, kita bisa menjalani ibadah puasa dengan sempurna dengan terhindar dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa kita ataupun membatalkan pahala puasa kita.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
6. Cerminan Takwa Tujuan Puasa
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bismillahirahmanirrahin, Alhamdulillahi washsholatu wassalaamu 'alaa rasulillah wa'alaa aalihi wa sohbihi wa maw waalaah
Hadirin yang berbahagia, perintah puasa dimaksudkan untuk membentuk pribadi yang bertakwa kepada Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 183:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." Dari ayat tersebut, diketahui bahwa tujuan dari dijalankannya ibadah puasa adalah agar kita, hamba-Nya menjadi orang-orang yang bertakwa. Lantas, bagaimana cerminan atau indikasi dari sifat takwa tersebut?
Jamaah yang dimuliakan Allah, ibadah puasa yang dijalankan dengan benar akan menghasilkan orang-orang yang setidaknya memiliki 3 (tiga) kesalehan sebagai cerminan dari ketakwaan kepada Allah. Ketiga kesalehan tersebut adalah;
Pertama: Kesalehan Personal
Kesalehan personal merupakan kesalehan invidual yang berupa penghambaan pribadi kepada Allah seperti menjalankan shalat, puasa itu sendiri, zikir, iktikaf di dalam masjid, tadarus al-Quran, dan sebagainya.
Kesalehan seperti ini sesungguhnya lebih mudah dicapai di bulan Ramadhan karena selama bulan ini Allah mengondisikan situasi dan kondisi sedemikian kondusif, seperti memberi reward (penghargaan) kepada siapa saja atas ibadah yang dilakukannya berupa pahala 70 kali lebih besar daripada di luar bulan Ramadhan, sekaligus memberikan punishment (hukuman) yang lebih berat bagi pelaku kemaksiatan.
Selain itu, Allah juga menjanjikan pengampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan pada masa lampau.
Kedua: Kesalehan Sosial
Kesalehan sosial adalah kesalehan seseorang terhadap orang lain dalam kerangka ibadah kepada Allah. Puasa yang dijalankan dengan benar dan dihayati sepenuhnya akan menghasilkan orang-orang yang peka terhadap persoalan sosial seperti kemiskinan, pengangguran, kebodohan, dan sebagainya.
Mereka juga akan memiliki solidaritas sosial terhadap orang-orang yang membutuhkan uluran bantuan, baik berupa barang maupun jasa, karena terkena bencana, seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, kebakaran, tsunami, dan sebagainya.
Namun, kepekaan dan solidaritas seperti itu sulit dicapai ketika orang yang berpuasa tidak bisa menghayati makna. lapar, dahaga dan kesulitan, atau kesusahan lain yang dihadapinya. Dari penghayatan seperti itu diharapkan akan tumbuh kesadaran untuk membantu meringankan penderitaan mereka.
Dalam konteks seperti itulah, zakat fitrah diwajibkan bagi setiap orang Islam untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu. Zakat fitrah ini harus sudah diberikan kepada yang berhak sebelum shalat Idul Fitri dilaksanakan.
Diharapkan, dari zakat fitrah ini akan ada kepastian atau jaminan bahwa setidaknya pada hari Idul Fitri tidak ada. orang yang kelaparan di tengah-tengah kaum Muslimin yang merayakan hari itu dengan suka cita. Syukur-syukur jika zakat fitrah yang diterima orang-orang yang tidak mampu itu jumlahnya cukup besar, sehingga dapat menjamin anak-anak mereka serta orang-orang tua yang sudah uzur dalam keluarga itu dapat makan setiap harinya.
Ketiga: Kesalehan Lingkungan
Kesalehan lingkungan adalah kesalehan dalam hubungannya dengan ekologi atau lingkungan dalam kerangka ibadah kepada Allah. Dalam al-Quran, surah ar-Rum ayat 41, Allah berfirman:
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Dalam ayat di atas Allah mengingatkan kita bahwa kerusakan-kerusakan di bumi sebenarnya disebabkan ulah manusia. sendiri. Misalnya, pencemaran udara dan disebabkan kita terlalu banyak memproduksi sampah berupa asap sebagai efek samping dari kegiatan kita yang terlalu banyak mengonsumsi, baik melalui cerobong-cerobong pabrik, asap kendaraan bermotor, asap rokok, dan sebagainya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencemaran udara. menyebabkan jumlah orang yang menderita penyakit saluran. napas, terutama asma dan bronkitis meningkat.
Secara jelas, puasa akan membentuk kesalehan lingkungan. karena selama berpuasa banyak hal yang berpotensi merusak atau mencemari lingkungan dapat kita kurangi.
Sebagai contoh, pada bulan Ramadhan kita dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang tidak ramah lingkungan dengan berkurangnya aktivitas-aktivitas, seperti menurunnya mobilitas dengan kendaraan bermotor karena merasa lemas pada siang hari. Ini artinya pemakaian BBM pun berkurang.
Lantas, semakin menurunya konsumsi makanan, minuman, dan rokok, maka sampah-sampah dan asap yang mencemari lingkungan juga berkurang. Menurunnya permintaan bahan-bahan makanan dan minuman berarti berkurangnya eksploitasi terhadap alam.
Hadirin yang dimuliakan Allah, ketiga kesalehan di atas, yakni kesalehan personal, kesalehan sosial, dan kesalehan lingkungan akan benar-benar menjadi kesalehan yang nyata, apabila selepas bulan Ramadhan, yakni selama 11 bulan berikutnya, kita benar-benar dapat meneruskan apa yang sudah kita capai dan raih selama Ramadhan tersebut.
Jika ketiga kesalehan itu hanya berlangsung selama bulan Ramadhan saja, puasa Ramadhan yang kita jalani belum mampu mengubah kita menjadi orang-orang istiqamah yang secara konsisten mampu meningkatkan kesalehan dari waktu. ke waktu.
Semoga lewat puasa Ramadhan tahun ini kita semua. dimudahkan oleh Allah dalam mencapai ketiga kesalehan tersebut secara istiqamah. Dengan harapan akhir, semoga kita lolos dari ujian dan godaan selama bulan Ramadhan, baik itu ujian dari hawa nafsu dan godaan setan yang senantiasa menyeru kepada menjauhi hal-hal kebaikan. Sehingga, kita menjadi hamba Allah yang menyandang predikat "takwa". Aamin ya rabbal 'alamin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
7. Ramadhan Bulan Penuh dengan Cinta
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bismillahirahmanirrahin, Alhamdulillahi washsholatu wassalaamu 'alaa rasulillah wa'alaa aalihi wa sohbihi wa maw waalaah
Jamah yang dicintai Allah, Ramadhan sebagai bulan untuk kian mendekatkan diri kepada Allah adalah momentum tepat untuk merenungi dua ajaran dasar dalam Islam. Pertama, Allah adalah rabbul 'alamin atau Allah adalah Tuhan seluruh alam. Artinya, hamba Allah bukan hanya manusia, melainkan seluruh makhluk lain; binatang, tumbuhan, gunung, tanah, udara, laut, dan sebagainya.
Dalam konteks hubungan antara khaliq (pencipta) dan makhluq, manusia sama dengan ciptaan-ciptaan lain.
Ajaran yang kedua adalah rahmatan lil 'alamin atau metiebar kasih sayang kepada seluruh alam, sebagai misi utama ajaran Islam.
Manusia tak hanya dituntut berbuat baik dengan manusia lainnya, tetapi juga makhluk lainnya, Itulah mengapa saat perang Badar yang peristiwanya tepat pada bulan Ramadhan, Rasulullah melarang pasukan Muslim merusak pohon dan membunuh binatang sembarangan. Hal ini menjadi bukti bahwa Islam sangat menyayangi alam.
Hadirin yang berbahagia, dengan menyadari dua ajaran dasar tersebut (Allah rabbul alamın dan misi Islam rahmatan lil 'alamin), dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia dan alam memiliki hubungan. integral dan timbal balik. Manusia memang diberi kelebihan untuk bisa memanfaatkan alam, tetapi ia sekaligus berkewajiban pula melestarikan dan melindunginya.
Saat alam hanya diposisikan sebagai objek yang dimanfaatkan, eksploitasilah yang akan muncul. Eksploitasi yang timbul dari sifat serakah akan berdampak pada kerusakan, Lantas, ujungnya adalah bencana alam.
Sebagaimana tercantum dalam surah Ar-Rum ayat 41: Allah mengabarkan bahwa di balik kerusakan yang melanda humi maupun di laut ada ulah manusia sebagai penyebabnya. Bencana alam yang terjadi tentu bukan salah alam, karena alam bergerak atas dasar sunnatullah (hukumnya) sendiri.
Jadi, bencana alam itu tidak datang secara tiba-tiba, melainkan melalui faktor, yakni sifat dan perilaku manusia. Hal ini juga berlaku untuk hewan atau binatang yang ada di bumi. Apabila ada hewan yang sudah mulai langka dewasa ini, hal ini adalah akibat ulah tangan manusia yang tamak dan ingin menumpuk keyaaan semata tanpa memedulikan keberlangsungan hidup satwa, terutama yang dilindungi.
Hadirin yang dimuliakan Allah, sebaliknya, bila manusia bersahabat dan berbuat baik terhadap alam, alam pun mendatangkan maslahat bagi dirinya. Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah bersabda,
"Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayangi pula vick ar-Rahman (Allah). Maka sayangilah penduduk bumi niscaya Yang di atas langit pun akan menyayangi kalian." (HR. Abu Dawud)
Dikisahkan pada suatu hari, Imam al-Ghazali tengah sibuk menulis kitab. Hal yang lazim dalam dunia kepenulisan adalah dengan menggunakan tinta dan sebatang pena. Pena itu harus dicelupkan dulu ke dalam tinta baru kemudian dipakai untuk menulis, jika habis dicelup lagi dan menulis lagi, begitu seterusnya.
Di tengah kesibukan menulisnya itu, tiba-tiba terbanglah seekor lalat dan hinggap di mangkuk tinta Imam. al-Ghazali. Sang Imam yang merasa kasihan lantas berhenti menulis untuk memberi kesempatan si lalat melepas dahaga dari tintanya itu.
Dari kisah tersebut, kita tahu bahwa betapa luas kasih sayang Imam al-Ghazali terhadap sesama makhluk, termasuk lalat yang pada saat itu datang "mengganggu kenikmatannya dalam kegiatan menulis. Hikmah yang hisa kita petik dalam kisah ini adalah mengenai kasih sayang yang tiada batas.
Kasih sayang manusia terhadap makhluk lain, sekalipun itu hewan. Tak menutup kemungkinan kasih sayang yang dianggap sepele ini dapat menghantarkan manusia menuju ke surga-Nya. Wallahu a'alam bishawab.
8. Menilik Puasa dan Medis Sosial
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bismillahirahmanirrahin, Alhamdulillahi washsholatu wassalaamu 'alaa rasulillah wa'alaa aalihi wa sohbihi wa maw waalaah
Hadirin yang berbahagia, ramadhan, bulan suci yang penuh berkah, merupakan waktu yang tepat untuk diisi dengan ibadah, introspeksi, dan refleksi. Namun, seiring perkembangan teknologi modern saat ini, kemudahan akses internet dan media sosial membawa tantangan baru bagi kita untuk tetap mempertahankan kualitas puasa.
Meskipun teknologi memberikan manfaat besar dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam memperluas pengetahuan dan komunikasi, namun penggunaan yang tidak bijaksana dapat membawa dampak negatif yang serius terhadap kualitas puasa Ramadhan.
Dalam kultum ini, kita akan membahas bagaimana kemudahan teknologi di internet dan media sosial dapat mengancam kualitas puasa kita, terutama dalam hal kemaksiatan, bertengkar, ujaran kebencian dan juga bermalas-malasan. Baca Juga Kultum Ramadhan: Puasa, Menahan Diri dari Berkomentar Negatif di Media Sosial Kita harus mengingat hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitab Al-Muwatha':
الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا: فَلَا يَرْفُثْ، وَلَا يَجْهَلْ، فَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ، أَوْ شَاتَمَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ، إِنِّي صَائِمٌ
Artinya: "Puasa itu adalah perisai, jika salah satu dari kalian sedang berpuasa, maka jangan sampai berkata kotor dan jangan pula bertingkah laku jahil (sombong, suka mengejek, atau bertengkar). Jika ada orang lain yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka hendaklah dia mengatakan: aku sedang puasa, aku sedang puasa" (HR. Imam Malik).
Salah satu dampak negatif dari kemudahan teknologi di internet dan media sosial adalah meningkatnya paparan terhadap konten-konten negatif dan kemaksiatan. Di dunia maya, akses tak terbatas ke berbagai jenis konten membuat orang rentan terhadap godaan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, termasuk selama bulan suci Ramadhan.
Misalnya, mudahnya akses ke situs-situs web yang berisi konten pornografi atau kekerasan yang dapat menggoda seseorang untuk melanggar aturan-aturan puasa dengan melakukan hal-hal terlarang tersebut. Selain itu, media sosial juga menjadi platform yang memudahkan penyebaran informasi yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Konten-konten negatif seperti fitnah, gosip, dan pemikiran yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam dapat dengan mudah tersebar luas. Hal ini tentu bisa mempengaruhi pikiran dan perilaku kita, terutama selama bulan Ramadhan ketika spiritualitas diri sedang ditingkatkan.
Dalam dunia media sosial yang luas, peluang untuk adu argumen yang mengarah kepada saling menyerang dan mengeluarkan ungkapan-ungkapan yang tidak patut juga semakin tinggi. Orang dengan mudahnya mengumpat, menulis kata-kata kotor tanpa etika kepada siapapun termasuk kepada orang-orang yang lebih tua yang seharusnya kia hormati. Dalam Al-Qur'an surat Qaf ayat 28:
قَالَ لَا تَخْتَصِمُوْا لَدَيَّ وَقَدْ قَدَّمْتُ اِلَيْكُمْ بِالْوَعِيْدِ
Artinya: "(Allah) berfirman, "Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, dan sungguh, dahulu Aku telah memberikan ancaman kepadamu."
Selain kemaksiatan, kemudahan teknologi juga dapat menyebabkan perilaku bermalas-malasan dan pemborosan waktu yang merugikan dalam menjalankan ibadah selama Ramadhan. Akses yang mudah ke berbagai aplikasi dan platform media sosial dapat menghabiskan waktu yang berharga yang seharusnya dialokasikan untuk ibadah dan introspeksi diri.
Seringkali, orang dapat terjebak dalam siklus menghabiskan waktu yang tidak produktif di media sosial, yang menghalangi mereka untuk memanfaatkan bulan Ramadhan sebaik mungkin. Memang nyata, media sosial sangat melenakan. Tanpa terasa, waktu berjalan cepat saat kita memegang smartphone dan berselancar di dunia maya. Semua yang kita inginkan bisa diakses dengan mudahnya.
Meskipun tantangan yang dihadapi akibat kemudahan teknologi di internet dan media sosial cukup besar, namun ada beberapa langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi dampak negatif tersebut. Pertama, kita harus memiliki kesadaran yang tinggi.
Penting bagi kita untuk menyadari potensi bahaya dan dampak negatif dari penggunaan yang tidak bijaksana terhadap teknologi di internet dan media sosial. Dengan memiliki kesadaran yang tinggi, kita dapat lebih waspada dan berhati-hati dalam menggunakan teknologi tersebut selama bulan Ramadhan.
Kedua, kita harus membatasi waktu online. Menetapkan batasan waktu untuk menggunakan internet dan media sosial dapat membantu mengurangi risiko pemborosan waktu dan bermalas-malasan. Misalnya, mengatur jadwal khusus untuk memeriksa email atau memeriksa media sosial hanya pada waktu-waktu tertentu selama hari.
Ketiga, memilih konten yang bermutu. Saat menggunakan internet, penting untuk memilih konten-konten yang bermanfaat dan bermutu, seperti kuliah agama, ceramah, atau literatur Islami. Menghindari konten-konten negatif dan berpotensi merusak iman adalah langkah penting untuk menjaga kesucian bulan Ramadhan.
Keempat, meningkatkan koneksi spiritual. Selama bulan Ramadhan, penting untuk meningkatkan koneksi spiritual dengan melakukan lebih banyak ibadah, membaca Al-Quran, dan merenungkan makna puasa. Memperkuat koneksi spiritual ini dapat membantu seseorang untuk tetap teguh dan menghindari godaan yang muncul melalui teknologi di internet dan media sosial.
Dengan mengambil langkah-langkah pencegahan ini dan tetap menjaga kualitas ibadah selama bulan Ramadhan, kita dapat menghindari dampak negatif dari kemudahan teknologi di internet dan media sosial. Sebagai umat Islam, penting bagi kita untuk menjadikan bulan Ramadhan sebagai waktu untuk meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta menghindari godaan yang dapat menghalangi kita dari mencapai tujuan tersebut.
Mari raih 'obral' pahala di bulan Ramadhan dan hindari dosa besar akibat kelalaian kita.
مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَن جَاء بِالسَّيِّئَةِ فَلاَ يُجْزَى إِلاَّ مِثْلَهَا وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ
Artinya: "Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)" (QS. Al-An'am: 160)
Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kesabaran untuk menjalani ibadah dengan penuh keikhlasan dan keteguhan hati selama bulan yang suci ini. Aamiin.
9. Mendekatkan Diri Kepada Allah Melalui Iktikaf
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bismillahirahmanirrahin, Alhamdulillahi washsholatu wassalaamu 'alaa rasulillah wa'alaa aalihi wa sohbihi wa maw waalaah
Jemaah sholat yang berbahagia, i'tikaf adalah amalan yang dianjurkan selama bulan Ramadan, terlebih di sepuluh malam terakhir. Secara harfiah, I'tikaf berarti "berdiam diri" di masjid dengan niat khusus untuk beribadah. Secara etimologi, ibadah ini mengandung makna berdiam diri atau mengabdikan diri terhadap sesuatu, yang dalam bahasa Arab disebut al-lubtsu atau 'akafa ala syai'.
Praktik I'tikaf adalah menetap di dalam masjid dengan tujuan mengabdikan diri kepada Allah Swt. Imam Syafi'i berkata:
والاعتكاف لزومُ المَرْءِ شيئاً ، وحَبْسُ نفسه عليه ، براً كان أوإثماً
Artinya: "I'tikaf adalah seseorang yang berdiam diri di suatu tempat, dan mengurung dirinya di sana, baik untuk kebaikan maupun keburukan." (Abi Husain al-'Imrani asy-Syafi'i, al-Bayan fi Mazhab al-Imam Asy-Syafi'i, [Kairo; Darul Minhaj, tt], Jilid III, halaman 571)
Mengapa i'tikaf banyak dilaksanakan di 10 malam terakhir Ramadhan? karena pada periode ini terdapat malam Lailatul Qadar, sebuah malam yang lebih mulia daripada seribu bulan, dan merupakan kesempatan istimewa untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendapatkan pahala yang berlimpah.
Rasulullah SAW sendiri senantiasa beri'tikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah RA. Beliau beri'tikaf untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan berharap dapat meraih malam Lailatul Qadar.
أنَّ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ كانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأوَاخِرَ مِن رَمَضَانَ، حتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِن بَعْدِهِ
Artinya: "Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW beritikaf pada sepuluh terakhir bulan Ramadan sampai beliau wafat. Kemudian para istrinya mengikuti itikaf pada waktu tersebut setelah wafatnya beliau." Ibadah i'tikaf disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 187. Allah berfirman:
وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ
Artinya: "Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beri'tikaf di masjid. Itulah batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa."
Umat Islam Lebih dari sekadar mengasingkan diri, i'tikaf merupakan bentuk pengabdian yang mendalam kepada Allah SWT. Melalui i'tikaf, umat Islam berdiam diri di masjid dengan tujuan untuk memperdalam hubungan spiritual mereka dengan Allah SWT.
Masjid menjadi tempat yang hening dan kondusif untuk beribadah, terhindar dari gangguan dunia luar. Selama i'tikaf, umat Muslim diberikan kesempatan untuk fokus beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Suasana masjid yang tenang dan suci menjadi lingkungan yang kondusif untuk memperbanyak doa, membaca Al-Quran, dan berdzikir.
Selain itu, umat Islam yang sedang i'tikaf juga bisa mengikuti kajian keagamaan atau berdiskusi tentang ilmu agama bersama jamaah masjid lainnya. Dengan fokus beribadah dan menjauhi hal-hal yang membatalkan puasa di bulan Ramadan, diharapkan umat Islam dapat meraih pahala yang berlimpah dan meningkatkan keimanan mereka.
I'tikaf juga menjadi sarana untuk introspeksi diri dan merenungkan kehidupan. Setelah selesai menjalankan i'tikaf, diharapkan umat Islam dapat membawa semangat dan pengalaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sejatinya, i'tikaf memberikan kesempatan pada seseorang untuk merenungkan makna puasa secara lebih mendalam.
Dengan keheningan dan fokus pada ibadah, mereka diajak untuk introspeksi diri dan mensyukuri nikmat yang Allah berikan. I'tikaf juga menjadi sarana untuk memperkuat ikatan batin dengan Allah, Sang Pencipta. Para Muslim yang menjalankan i'tikaf diharapkan bisa meraih ketenangan hati dan kejernihan pikiran.
Terakhir, i'tikaf adalah upaya seorang hamba untuk menahan diri dari godaan dunia, mendorong diri untuk patuh kepada Allah, mengabdikan waktu secara eksklusif untuk ibadah kepada-Nya, serta menjauhkan diri dari perilaku yang diharamkan. Ini melibatkan pengendalian diri terhadap dorongan hawa nafsu, sehingga menghindari perbuatan dosa, membersihkan hati, dan menciptakan sikap zuhud terhadap kenikmatan duniawi.
Itulah kultum singkat hari ini di bulan Ramadhan, semoga kita berhasil melalui hingga hari terakhir. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.
10. Nuzullul Quran Momen Diturunkannya Kitab Suci Umat Islam
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bismillahirahmanirrahin, Alhamdulillahi washsholatu wassalaamu 'alaa rasulillah wa'alaa aalihi wa sohbihi wa maw waalaah
Hadiri yang dimuliakan Allah, Al-Quran merupakan mukjizat terbesar yang diterima Nabi Muhammad dan menjadi petunjuk umat manusia dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Dalam sejarahnya, Peristiwa Nuzulul Quran atau proses diturunkannya Al-Quran terjadi di bulan suci Ramadhan. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ
Artinya: "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)."
Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya, Al-Jami' li Ahkamil Qur'an, menjelaskan, selain Al-Quran, beberapa kitab suci lain juga turun di bulan Ramadhan. Shuhuf Ibrahim turun di malam pertama Ramadhan, Nabi Musa menerima Taurat di hari keenam Ramadhan, dan Nabi Isa menerima Injil di hari ketiga belas Ramadhan. Keterangan ini dikutip dari hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Watsilah bin Asqa'. (Al-Qurthubi, Al-Jami' li Ahkamil Qur'an, [Beirut: Muassasah Ar-Risalah: 2006], juz III, halaman 161).
Al-Quran secara keseluruhan, mulai dari ayat-ayat yang jelas sampai ayat-ayat yang samar dan mulai dari nasikh sampai mansukh, semuanya memberikan petunjuk kepada umat manusia. Selain itu, Al-Quran semakin lengkap dengan adanya "bayyinât", yaitu ayat-ayat yang menjelaskan tentang halal, haram, nasihat, dan hukum.
Sedangkan "Al-Furqân" adalah sesuatu yang membedakan antara hak dan batil. Definisi Turun Profesor Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan, definisi turun adalah berpindah dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, baik secara material maupun immaterial.
Mengingat hal tersebut, sebelum abad ketiga Hijriyah, para ulama salaf enggan menghubungkan kata "turun" pada Al-Quran. Alasannya karena "turun" selalu identik dengan waktu dan tempat sedangkan Al-Quran itu qadim yang sudah ada sebelum waktu dan tempat ada. (M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an, [Jakarta, Lentera Hati: 2005], juz XV, halaman 423).
Pada abad berikutnya, ulama khalaf tetap meyakini bahwa Al-Quran adalah qadim yang sudah ada sebelum waktu dan tempat ada. Namun demikian, "turun" dalam konteks Al-Quran adalah dengan ditampakkan atau diperkenalkannya kitab suci umat Islam tersebut ke muka bumi.
Sebelum Al-Quran diturunkan, wujudnya belum diketahui atau hadir di muka bumi. Baru ketika diterima Nabi Muhammad, maka Al-Quran menjadi tampak dan hadir. Al-Quran dari Allah Yang Mahatinggi diberikan kepada manusia, yang kemudian terjadi perpindahan kedudukan dan derajatnya. Menurut Qurasih Shihab, penjelasan ini memiliki kesesuaian dengan definisi "turun" yang dijelaskan sebelumnya.
Tahapan Turunnya Al-Quran Menurut Imam Al-Qurthubi, mayoritas ulama sepakat bahwa proses turunnya Al-Quran melalui dua tahap. Tahap pertama turun sekaligus dari Lauh Mahfudz ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar. Tahap kedua turun secara berangsur-angsur sesuai dengan situasi dan kondisi.
Pendapat ini selaras dengan keterangan Profesor Quraish Shihab yang lebih menyoroti pada sisi bahasa. Menurutnya, setidaknya ada dua kata yang berkaitan dengan proses turunnya Al-Quran, yaitu kata anzala (اَنْزَلَ) dan nazzala (نَزَّلَ). Kedua kalimat tersebut merupakan derivasi dari kata dasar nazala (نَزَلَ) yang artinya turun. (Shihab, XV/422).
Lafadz anzala (اَنْزَلَ) umumnya digunakan untuk menunjukkan turunnya Al-Quran secara utuh sekaligus dari Lauh Mahfudz ke langit dunia. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qadr ayat 1: اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada Lailatulqadar." Sedangkan kata nazzala (نَزَّلَ) didefinisikan dengan proses turunnya Al-Quran secara bertahap selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari. Hal ini sebagaimana tercantum dalam surat Al-Isra ayat 106:
وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا
Artinya: "Al-Qur'an Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau (Nabi Muhammad) membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami benar-benar menurunkannya secara bertahap."
Mengingat Ramadhan ini adalah bulan mulia yang di dalamnya diturunkan Al-Quran, sudah selayaknya kita sebagai umat Islam untuk berusaha memperbanyak tadarus Al-Quran, sekaligus menjadikannya sebagai pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu a'lam.
11. Menggapai Ampunan di Bulan Ramadhan
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
Hadirin jamaah yang dimuliakan Allah SWT,
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan Ramadhan, bulan yang penuh ampunan. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan ampunan. Di bulan ini, Allah SWT membuka pintu ampunan seluas-luasnya bagi hamba-Nya yang bertaubat. Allah SWT berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 53:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Artinya: "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar: 53)
Ayat ini memberikan harapan kepada kita semua, bahwa sebesar apapun dosa yang telah kita perbuat, Allah SWT selalu membuka pintu ampunan-Nya. Oleh karena itu, mari kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai momentum untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah SWT.
Cara Menggapai Ampunan di Bulan Ramadhan
1. Bertaubat dengan sungguh-sungguh
Menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan, berjanji untuk tidak mengulanginya, dan meninggalkan perbuatan dosa tersebut.
2. Memperbanyak istighfar
Mengucapkan kalimat istighfar, seperti "Astaghfirullahal'adzim", sebagai bentuk permohonan ampunan kepada Allah SWT.
3. Memperbanyak ibadah
Melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan sunnah dengan sebaik-baiknya, seperti shalat, puasa, membaca Al-Quran, dan bersedekah.
4. Memperbaiki hubungan dengan sesama
Meminta maaf kepada orang-orang yang pernah kita sakiti, dan memaafkan kesalahan orang lain.
5. Memperbanyak doa
Memohon ampunan kepada Allah SWT dengan doa-doa yang tulus dan ikhlas.
Keutamaan Ampunan di Bulan Ramadhan
Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadis tersebut, kita dapat mengetahui bahwa salah satu keutamaan puasa Ramadhan adalah diampuninya dosa-dosa yang telah lalu. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan bulan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya, agar kita termasuk orang-orang yang mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
Semoga Allah SWT menerima taubat kita dan mengampuni dosa-dosa kita.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
12. Ramadhan, Nge-Upgrade Diri, Bukan Cuma Nge-Reset
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
(Latin: Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du)
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan ampunan. Bulan yang dinanti-nantikan oleh seluruh umat Islam di dunia. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Gimana nih, udah masuk pertengahan Ramadhan, makin semangat kan puasanya? Alhamdulillah ya, kita masih dikasih kesempatan sama Allah buat merasakan nikmatnya bulan yang penuh berkah ini. Eh, tapi jangan cuma semangat di awal doang ya, harus tetap konsisten sampai akhir.
Nah, kalau kemarin kita bahas soal 'nge-reset' hati di Ramadhan, sekarang kita coba naik level, 'nge-upgrade' diri. Soalnya, Ramadhan itu bukan cuma buat bersihin hati dari debu-debu dosa, tapi juga buat ngembangin potensi diri kita sebagai manusia yang lebih baik. Ibaratnya, kalau hati kita udah bersih, sekarang kita isi dengan hal-hal yang positif, yang bermanfaat.
Coba deh, kita lihat diri kita lagi. Selama Ramadhan ini, kita kan dilatih buat disiplin, sabar, jujur, peduli sama sesama. Itu semua tuh modal dasar buat jadi manusia yang berkualitas. Tapi, jangan cuma dipake pas Ramadhan aja, harus dibawa terus sampai sebelas bulan ke depan.
Misalnya nih, soal disiplin. Kita kan dilatih buat bangun sahur, shalat tepat waktu, tarawih tiap malam. Nah, disiplin ini bisa kita terapin di kehidupan sehari-hari. Misalnya, disiplin dalam bekerja, disiplin dalam belajar, disiplin dalam menjaga kesehatan. Soalnya, kalau kita disiplin, hidup kita jadi lebih teratur, lebih produktif, lebih bermanfaat.
Terus, soal peduli sama sesama. Di Ramadhan ini, kita banyak banget lihat orang yang berbagi takjil, sedekah, bantu orang susah. Nah, peduli ini juga harus kita bawa terus. Jangan cuma pas Ramadhan aja kita peduli, tapi juga di hari-hari biasa. Soalnya, kita kan makhluk sosial, butuh bantuan orang lain, dan orang lain juga butuh bantuan kita.
Nah, yang paling penting nih, soal hubungan kita sama Al-Quran. Di Ramadhan ini, kita diajak buat lebih dekat sama Al-Quran, baca, pahami, amalkan. Al-Quran itu bukan cuma kitab suci, tapi juga sumber inspirasi, pedoman hidup, solusi dari segala masalah. Jadi, jangan cuma dibaca pas Ramadhan aja, tapi juga di hari-hari biasa.
Intinya, Ramadhan itu bukan cuma soal ibadah ritual, tapi juga soal pengembangan diri. Gimana caranya kita jadi manusia yang lebih baik, lebih berkualitas, lebih bermanfaat. Mari kita manfaatkan Ramadhan ini sebaik-baiknya, buat 'nge-upgrade' diri kita, biar kita jadi manusia yang dicintai Allah dan bermanfaat bagi sesama. Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
13. Jaga Semangat Ramadhan
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bismillahirahmanirrahin, Alhamdulillahi washsholatu wassalaamu 'alaa rasulillah wa'alaa aalihi wa sohbihi wa maw waalaah
Jemaah yang dimuliakan Allah, bulan Ramadan ibarat arena pacuan kuda di mana setiap Muslim berlomba-lomba mengumpulkan pahala sebanyak mungkin. Ada yang rajin membaca Al-Qur'an siang dan malam, ada yang konsisten menunaikan salat tarawih dari rakaat pertama hingga witir, ada pula yang selalu berjamaah dalam salat lima waktu di masjid.
Namun, seringkali semangat ini mulai menurun ketika Ramadan memasuki pertengahan. Suara tadarus mulai meredup, jumlah saf salat tarawih berkurang, dan jamaah salat lima waktu di masjid semakin sedikit. Fenomena ini menjadi tanda bahwa semangat ibadah perlu dirawat agar tetap stabil hingga akhir Ramadan.
Menjaga semangat ibadah selama Ramadan memerlukan perhatian khusus, salah satunya adalah menghindari makan terlalu kenyang. Waktu berbuka puasa sering kali dianggap sebagai momen balas dendam setelah seharian berpuasa, sehingga kita cenderung makan dalam porsi yang berlebihan. Akibatnya, tubuh menjadi malas untuk beribadah, terutama salat tarawih.
Perilaku makan berlebihan merupakan bentuk pemborosan yang dilarang oleh agama.
Allah Swt. berfirman: Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan (QS. Al-A'raf [7]: 31).
Rasulullah SAW juga mengingatkan agar tidak memenuhi perut secara berlebihan, cukup sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara. Makan berlebihan dapat menurunkan semangat ibadah dan menyebabkan kita kehilangan banyak pahala di bulan yang mulia ini.
Mengakhirkan sahur sangat dianjurkan karena membantu menjaga stamina tubuh sepanjang hari selama berpuasa. Sahur adalah salah satu keistimewaan puasa dalam Islam yang tidak dimiliki oleh agama lain. Rasulullah SAW bersabda: Segerakanlah berbuka dan akhirkanlah sahur (HR. Ibnu Adi).
Anjuran ini bertujuan agar kita tetap kuat dan semangat dalam menjalankan. ibadah sepanjang hari. Dari Zaid bin Tsabit ra, ia berkata: Aku sahur bersama Rasulullah saw., lalu setelah sahur beliau salat subuh. Aku bertanya: Berapa lama jarak antara selesai sahur dan melaksanakan salat? Zaid menjawab: 'Kira-kira waktu yang cukup untuk membaca 50 ayat (HR. Al-Bukhari).
Menjauhi perbuatan maksiat juga penting untuk menjaga semangat ibadah. Dosa-dosa yang kita lakukan bisa menjadi penghalang spiritual yang menyebabkan kemalasan dalam beribadah. Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa orang yang terbiasa melakukan maksiat akan membuat hatinya keras dan jauh dari rahmat Allah SWT sehingga malas beribadah. Sebaliknya, kebaikan akan memancarkan cahaya pada wajah dan memberikan kelapangan dalam rezeki, sementara kejelekan membawa kegelapan dan kelemahan.
Demikian beberapa cara untuk memelihara semangat ibadah di bulan Ramadan. Semoga kita bisa menjalankan ibadah di bulan suci ini dengan sebaik-baiknya dan meraih pahala yang berlipat ganda. Mari kita jadikan Ramadan ini sebagai momen untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah, sehingga kita keluar dari Ramadan dengan hati yang bersih dan penuh dengan ketakwaan. Demikian, Wallahu a'lam.
14. Ramadhan di Era Digital
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bismillahirahmanirrahin, Alhamdulillahi washsholatu wassalaamu 'alaa rasulillah wa'alaa aalihi wa sohbihi wa maw waalaah
Hadirin yang dirahmati Allah, Ramadan adalah bulan suci yang penuh berkah, di umat Islam diperintahkan untuk memperbanyak ibadah, introspeksi, dan refleksi diri. Namun, perkembangan teknologi modern, khususnya internet dan media sosial, membawa tantangan baru dalam menjaga kualitas ibadah puasa. Kemudahan akses ini, meski memiliki banyak manfaat, juga dapat membawa dampak negatif jika tidak digunakan dengan bijaksana.
Salah satu dampak negatif dari kemudahan teknologi adalah meningkatnya paparan terhadap konten-konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama. Akses yang mudah ke situs-situs dengan konten pornografi atau kekerasan dapat mengganggu kesucian puasa. Di media sosial, penyebaran informasi yang tidak benar, fitnah, dan ujaran kebencian dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku kita, terutama saat spiritualitas kita sedang ditingkatkan di bulan Ramadan.
Nabi Muhammad saw. telah mengingatkan kita dalam sebuah hadis:
"Puasa adalah perisai. Jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah berkata kotor dan jangan pula bertingkah laku jahil. Jika ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya, maka hendaklah dia mengatakan: Aku sedang puasa, aku sedang puasa" (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Selain itu, teknologi juga dapat menyebabkan kita menjadi malas dan boros waktu. Akses ke berbagai aplikasi dan media sosial bisa menghabiskan waktu yang seharusnya digunakan untuk ibadah dan introspeksi. Kita sering terjebak dalam siklus penggunaan media sosial yang tidak produktif, yang dapat mengurangi nilai ibadah kita selama Ramadan.
Dalam menghadapi tantangan ini, ada beberapa langkah yang bisa diambil. Pertama, kesadaran diri adalah kunci utama; penting untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang bahaya dan dampak negatif dari penggunaan teknologi yang tidak bijaksana. Dengan kesadaran ini, kita dapat lebih berhati-hati dalam menggunakan internet dan media sosial selama Ramadan.
Kedua, membatasi waktu online menjadi langkah penting berikutnya. Menetapkan batas waktu penggunaan internet dan media sosial akan membantu mengurangi pemborosan waktu, memungkinkan kita untuk membuat jadwal khusus yang hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu.
Ketiga, memilih konten yang bermutu juga sangat penting. Saat online, pastikan untuk memilih konten yang bermanfaat, seperti kuliah agama atau literatur Islami, dan menghindari konten-konten yang dapat merusak iman dan spiritualitas.
Keempat, fokus pada peningkatan koneksi spiritual melalui ibadah, membaca Al-Qur'an, dan merenungkan makna puasa menjadi langkah terakhir yang tak kalah penting.
Dengan demikian, kita akan tetap teguh dalam menghadapi godaan dari teknologi selama bulan yang penuh berkah ini. Demikian, Wallahu a'lam.
15. Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bismillahirahmanirrahin, Alhamdulillahi washsholatu wassalaamu 'alaa rasulillah wa'alaa aalihi wa sohbihi wa maw waalaah
Sepuluh hari terakhir bulan Ramadan adalah waktu S yang sangat istimewa dan penuh berkah. Rasulullah saw. memberikan teladan kepada kita bagaimana memanfaatkan waktu-waktu ini untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan memperbanyak ibadah.
Pada sepuluh hari terakhir Ramadan, Rasulullah saw, lebih bersungguh-sungguh dalam beribadah. Beliau menghidupkan malam-malam tersebut dengan salat, zikir, dan membaca Al-Qur'an. Rasulullah saw, bahkan membangunkan keluarganya untuk turut serta dalam ibadah malam ini. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah RA, disebutkan:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam biasa ketika memasuki 10 hari terakhir Ramadan, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah. menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah" (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain itu, Rasulullah saw. sangat menganjurkan untuk mencari Lailatul Qadr, malam yang lebih baik dari seribu bulan yang jatuh pada salah satu dari sepuluh malam terakhir Ramadan. Beliau mendorong umatnya untuk memperbanyak ibadah, terutama pada malam-malam ganjil. Rasulullah saw, bersabda:
"Carilah Lailatul Qadr pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadan," (HR. Bukhari).
Rasulullah saw, juga biasa beritikaf di masjid pada sepuluh hari terakhir Ramadan. Itikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt., meninggalkan sementara segala urusan dunia, dan fokus pada ibadah. Ini adalah salah satu cara untuk memperdalam hubungan spiritual dengan Allah. mengikuti jejak Rasulullah saw. Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:
"Bahwa Nabi saw. biasa beritikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Namun pada tahun wafatnya, beliau beritikaf selama dua puluh hari," (HR. Bukhari).
Selain itu, Rasulullah saw. memperbanyak sedekah pada sepuluh hari terakhir Ramadan. Sedekah bukan hanya tentang memberikan harta, tetapi juga tentang membantu orang lain dan membawa kebahagiaan bagi mereka yang membutuhkan. Kedermawanan Rasulullah saw, pada bulan Ramadan, terutama di akhir-akhir bulan, adalah contoh nyata bagi kita untuk meneladani. Allah Swt. berfirman:
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih vang menumbuhkan tujuh bulir; pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Baqarah [2]: 261).
Rasulullah SAW juga intensif dalam membaca dan mempelajari Al-Qur'an selama Ramadan, terutama di sepuluh hari terakhir. Mengkhatamkan Al-Qur'an menjadi salah satu kegiatan yang sangat diutamakan pada periode ini, dengan harapan mendapatkan pahala dan keberkahan yang berlipat ganda.
Mengikuti teladan Rasulullah SAW dalam sepuluh hari terakhir Ramadan memberikan kita kesempatan untuk memanfaatkan waktu ini sebaik-baiknya. Semoga kita bisa meningkatkan kualitas diri dan mendekatkan diri kepada Allah Swt serta meraih keberkahan dari bulan suci ini. Demikian, Wallahu a'lam.
16. Hubungan Puasa dan Etor Kerja
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Bismillahirahmanirrahin, Alhamdulillahi washsholatu wassalaamu 'alaa rasulillah wa'alaa aalihi wa sohbihi wa maw waalaah
Jemaah sholat yang berbahagia, banyak orang. baik dari kalangan umat Islam maupun di luar Islam, yang memiliki kesalahpahaman tentang ibadah puasa. Puasa seringkali dianggap hanya sebagai menahan lapar dan haus, sehingga muncul pandangan bahwa puasa menyebabkan kemalasan dan menurunnya etos kerja. Akibatnya, ada yang menilai puasa secara negatif, bahkan menganggapnya sebagai penyebab turunnya produktivitas umat Islam.
Padahal, anggapan seperti ini tidaklah benar. Sejarah membuktikan bahwa banyak kemenangan besar umat Islam justru terjadi pada bulan Ramadan, seperti Perang Badar, Hittin, dan penaklukan Kota Makkah. Hal ini menunjukkan bahwa puasa bukanlah penghalang untuk meraih prestasi dan kemenangan.
Islam mengajarkan agar umatnya tetap semangat bekerja dan meningkatkan etos kerja meskipun sedang berpuasa. Rasulullah saw, adalah teladan terbaik dalam hal ini. Beliau tidak hanya memerintahkan umatnya untuk bekerja keras, tetapi juga mencontohkannya dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah saw. bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan dunia, tetapi sebagai bentuk aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak ada seorang pun yang memakan makanan yang lebih baik daripada yang in makan dari hasil kerja sangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Alah Dawud AS biasa makan dari hasil kerja tangannya sendiri," (HR. Bukhari).
Dalam Islam, bekerja bukan sekadar mencari nafkah, tetapi juga dianggap sebagai bentuk ibadah dan jihad fi sabilillah. Rasulullah saw. menjelaskan bahwa bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga adalah salah satu bentuk jihad di jalan Allah. Beliau bersabda, Jika ia keluar untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya yang masih kecil, maka ia berada di jalan Allah.
Jika ia keluar untuk mencukupi kebutuhan kedua orang tuanya yang sudah tua, maka ia berada di jalan Allah. Jika ia keluar untuk mencukupi kebutuhan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka ia berada di jalan Allah. Tetapi jika ia keluar dengan niat riya' dan kebanggaan diri, maka ia berada di jalan setan (HR. al-Tabarani).
Oleh karena itu, puasa seharusnya menjadi motivasi untuk meningkatkan kualitas kerja, bukan sebaliknya. Waktu yang terbatas di bulan Ramadan harus dimanfaatkan secara maksimal. Hasan al-Bashri pernah berkata, Hai anak Adam, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari, setiap kali satu hari berlalu, maka sebagian dari dirimu hilang.
Ini mengingatkan kita untuk tidak menunda-nunda pekerjaan. Umar bin Khathab juga pernah mengingatkan bawahannya, Janganlah kamu menunda pekerjaan hari ini hingga esok, sebab jika kamu melakukan itu, pekerjaan akan menampak dan akhirnya kamu tidak sanggup melaksanakannya.
Dengan demikian, Ramadan seharusnya menjadi waktu untuk meningkatkan etos kerja dan membuktikan bahwa puasa bukan alasan untuk menurunkan produktivitas. Sebaliknya, Ramadan adalah waktu untuk membuktikan bahwa kita bisa menjadi lebih baik, lebih produktif, dan lebih dekat kepada Allah Swt. Demikian, Wallahu a'lam.
17. Keistimewaan dan Keutamaan Puasa
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
(Latin: Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du)
Sholawat dan salam teruntuk junjungan mulia, Nabi Muhammad SAW. Semoga kita dapat mengikuti sunnahnya.
Hari ini kita sudah memasuki Ramadhan (sebut Ramadan ke berapa). Bulan mulai ini didalamnya terdapat malam yang lebih utama dari 1000 bulan. Inilah saat salah satu ibadah teragung, yakni puasa yang wajib dikerjakan.
Kita menyakini dengan sepenuh hati bahwa bulan Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan. Di bulan nan indah ini kita diperintahkan untuk melaksanakan ibadah puasa. Ibadah yang spesial karena ia benar-benar menjadi penghubung antara seorang hamba dengan Rabb-Nya.
Rasulullah SAW meriwayatkan firman Allah SWT dalam hadis qudsi:
"Setiap amal manusia adalah untuknya kecuali, puasa. Sesungguhnya puasa itu untukku, dan aku yang akan membalasnya." (HR. Ahmad dan Muslim).
Ada banyak keutamaan puasa sehingga menjadikan bulan tersebut menjadi istimewa dan berlimpah keberkahan. Di antar keutamaannya yakni:
Pertama, sebagai penghapus dosa-dosa. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan, karena penuh keimanan dan mengharap ridha Allah maka dosa-dosa yang telah lalu akan diampuni" (HR. Bukhori dan Muslim).
Selain itu, dalam hadits lain disebutkan bahwa:
"Shalat wajib lima waktu, (dari) satu jumat ke jumat selanjutnya, (dari) Ramadhan ke Ramadhan, akan dapat menghapuskan dosa-dosa, selama dia tidak melakukan dosa besar." (HR. Muslim)
Dua hadits di atas jelas menunjukan bahwa jika kita berpuasa dengan sebenar-benarnya penuh keimanan, ikhlas demiNya dan mengharap ganjaran dariNya, maka dosa-dosa kita akan diampuni.
Kedua, puasa adalah perisai (penghalang). Dalam hadits riwayat Imam Ahmad disebutkan:
"Puasa itu perisai (penghalang), yang akan menghalangi seorang hamba dari api neraka." Hadis ini dikuatkan oleh hadits riwayat Imam Nasa'i:
"Puasa itu penghalang, selagi ia tidak dirusak."
Berdasarkan hadits itu kita meyakini bahwa puasa yang kita lakukan, selagi tidak dirusak, akan menjadi penghalang (perisai) dari api neraka kelak. Adapun hal-hal yang merusak puasa diantaranya adalah dusta, menggunjing, menfitnah, dan kemaksiatan lainnya.
Karena itu sudah selazimnya kita menjaga puasa kita agar tetap bermakna. Rasulullah mengingatkan, "Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan dari puasanya kecuali hanya rasa lapar. Dan betapa banyak orang yang shalat malam, tapi tidak mendapatkan dari shalatnya kecuali hanya begadang." (HR. Ibnu Majah).
Demikianlah, dua dari banyak keutamaan puasa ini semoga menjadi motivasi bagi kita agar bisa menjalankan puasa sebaik-baiknya.
Allohumma ainna 'ala dzkirika wasykrika wahusni ibadatika. Aamiin ya robbal alamin. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Baca juga: 8 Kultum Ramadhan Singkat dan Bermakna |
18. Ramadhan Madrasah Ruhani
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
(Latin: Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du)
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan ampunan. Bulan yang dinanti-nantikan oleh seluruh umat Islam di dunia. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Ramadhan adalah bulan yang istimewa, bulan yang di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar. Bulan yang di dalamnya pintu surga dibuka lebar-lebar dan pintu neraka ditutup rapat-rapat. Bulan yang di dalamnya setan-setan dibelenggu, sehingga kita lebih mudah untuk berbuat kebaikan.
Ramadhan bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi lebih dari itu, Ramadhan adalah madrasah ruhani, tempat kita mendidik dan membersihkan jiwa kita dari segala kotoran dan penyakit hati. Di bulan ini, kita dilatih untuk meningkatkan ketakwaan, kesabaran, kejujuran, dan keikhlasan.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya: "Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu cukupkan bilangannya dan hendaklah kamu agungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur." (QS. Al-Baqarah: 185)
Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadis dan ayat tersebut, kita dapat mengetahui betapa besar keutamaan bulan Ramadhan. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan bulan yang mulia ini dengan sebaik-baiknya.
Ada banyak amalan yang bisa dilakukan selama bulan Ramadan, di antaranya yakni:
1. Puasa
Menahan diri dari makan, minum, dan segala sesuatu yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Shalat Tarawih: Shalat sunnah yang dilakukan pada malam hari di bulan Ramadhan.
2. Membaca Al-Quran
Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran, maka perbanyaklah membaca Al-Quran.
3. Sedekah
Perbanyaklah bersedekah, terutama kepada fakir miskin dan anak yatim.
4. I'tikaf
Berdiam diri di masjid untuk beribadah, terutama di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.
5. Lailatul Qadar
Carilah malam Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.
6. Menjaga Lisan dan Perbuatan
Selain menahan lapar dan haus, di bulan Ramadhan kita juga dilatih untuk menjaga lisan dan perbuatan. Hindarilah perkataan yang sia-sia, apalagi yang dapat menyakiti hati orang lain. Jauhilah perbuatan-perbuatan maksiat yang dapat mengurangi pahala puasa kita. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum." (HR. Bukhari).
Selain itu, Ramadhan adalah momentum yang tepat untuk melakukan perubahan dalam diri kita. Jadikanlah Ramadhan sebagai awal untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bertakwa, dan lebih bermanfaat bagi sesama.
Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita di bulan Ramadhan ini dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang bertakwa.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
19. Faidah Tarawih Secara Rohani dan Jasmani
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
(Latin: Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du)
Pada bulan Ramadhan, umat Islam tidak hanya dianjurkan memperbanyak ibadah di siang harinya saja, malam hari pun juga dianjurkan. Allah 'azza wa jalla tidak membedakan antara siang dan malam.
Pada intinya, jika masih ada dalam bulan yang penuh ampunan ini, maka semuanya mulia dan agung, melebihi siang dan malam di bulan lainnya. Malam hari bulan Ramadhan menjadi salah satu malam yang sangat dianjurkan untuk beribadah guna mendekatkan diri kepada Allah.
Selain karena banyaknya pahala dan anugerah yang diberikan, pada malam hari juga menjadi salah satu waktu istirahat bagi umat Islam dari segala penat setelah satu hari tidak merasakan makan dan minum.
Anjuran beribadah pada malam hari tersebut berdasarkan hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah, dan dinilai sahih oleh dua ahli hadits terkemuka, yaitu Imam Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ وَصَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya, "Barang siapa beribadah pada bulan Ramadhan dan berpuasa karena iman dan mengharap pahala (dari Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu," (Muttafaq Alaih).
Melalui hadits tersebut, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi (wafat 676 H), dalam kitabnya menilai bahwa ibadah pada malam hari bulan Ramadhan sangat dianjurkan, selain untuk meraih pahala dan anugerah dari Allah, juga dengan harapan bisa diampuni segala dosa yang pernah diperbuat sebelum Ramadhan.
Hanya saja jika ditelusuri lebih dalam, hadits di atas menggunakan lafal-lafal umum yang tidak bisa dikhususkan pada suatu ibadah tertentu. Oleh karenanya, perlu ditegaskan bahwa yang dimaksud beribadah pada malam tersebut adalah shalat Tarawih. Imam Nawawi mengatakan:
وَالْمُرَادُ بِقِيَامِ رَمَضَانَ صَلَاةُ التَّرَاوِيْحِ
Artinya, "Dan yang dimaksud (hadits) beribadah pada malam hari bulan Ramadhan adalah dengan shalat tarawih," (Imam Nawawi, Syarhun Nawawi 'ala Muslim, [Beirut, Darul Ihya' at-Turats: 1392], juz VI, halaman 39).
Menurut Imam Nawawi, shalat tarawih merupakan salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah) pada bulan Ramadhan, dan waktunya adalah setelah shalat Isya'. Shalat yang satu ini juga dianjurkan untuk berjamaah di tempat-tempat yang ramai, seperti masjid dan mushala, karena merupakan bagian dari syiar Islam yang harus ditampakkan.
Dengan berpijakan pada hadits dan penjelasan an-Nawawi di atas, dapat disimpulkan bahwa melakukan shalat tarawih tidak hanya sebatas mendapatkan pahala saja sebagaimana ibadah lain pada umumnya, lebih dari itu juga diampuni segala dosa yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Allah.
Lantas, apa saja manfaat dan faedah yang akan didapatkan oleh orang-orang yang melakukan shalat tarawih? Simak penjelasan berikut: Jika dilihat dari perspektif hadits melalui penjelasan para ulama, dan perspektif lainnya, maka shalat tarawih memiliki dua faidah yang sangat penting dalam setiap diri seseorang, yaitu, (1) faidah secara rohani, berupa diampuninya segala dosa; dan (2) faidah secara jasmani, berupa sehatnya badan dan terhindar dari berbagai penyakit.
Pertama, Faidah Rohani Sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Abu Hurairah di atas, bahwa orang yang beribadah pada malam hari bulan Ramadhan dengan melakukan shalat tarawih, maka Allah akan mengampuni semua dosa-dosanya yang telah berlalu. Dosa apakah yang akan diampuni? Masih dikutip dari kitab yang sama, menurut Imam Nawawi dalam kitabnya, hadits di atas hanya mencakup dosa kecil saja.
Kedua, Faidah Jasmani Shalat tarawih selain memiliki faidah rohani sebagaimana penjelasan di atas, juga memiliki faidah jasmani, yaitu untuk kesehatan badan serta terhindar dari penyakit-penyakit makanan yang dikonsumsi ketika berbuka puasa.
Dari dua faedah di atas, dapat disimpulkan bahwa anjuran shalat tarawih melalui hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah tersebut memiliki kandungan yang sangat banyak, ia tidak hanya sebatas rohani berupa spiritual saja, akan tetapi juga sangat berpengaruh pada kesehatan jasmani berupa emosional. Wallahu a'lam bishawab.
20. Menyelami Makna Keberkahan Puasa Ramadhan
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
Di bulan suci Ramadhan, umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa, baik yang wajib maupun sunnah. Ibadah ini bukan hanya menahan diri dari lapar dan dahaga, tetapi juga membuka pintu menuju berbagai keutamaan yang tak ternilai harganya.
Bagi sebagian orang, mungkin masih ada yang bertanya-tanya, apa sebenarnya makna keberkahan yang menjadi salah satu keutamaan puasa? Mari kita simak penjelasannya:
Menurut Drs. KH. A. Aziz Masthuro, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Masthuriyah Tipar Cisaat Sukabumi, keberkahan memiliki makna yang luas, yaitu:
البركة - السعادة - الزيادة
Artinya: "Berkah berarti juga kebahagiaan atau bertambah,"
بركه - نعمه
Artinya: "Berkah sama dengan nikmat,"
بركه - نماء وزياده
Artinya: "Berkah Berarti sesuatu yang tumbuh dan berkembang,"
Asal kata berkah adalah kebaikan dari yang berasal dari Tuhan pada sesuatu (Lihat Kitab Futuhatul- Ilahiyah). Menurut para ulama berkah adalah karunia dari Allah Swt bagi orang yang Allah kehendaki dari hamba hambanya.
Sebagaimana Sabda Nabi Saw:
ان البركة من الله
Artinya: "Sesungguhnya keberkahan itu bersumber dari Allah Swt," (HR Al- Bukhori)
Sebagaimana dalam kalimah tasyahud (Tahiyat) dibacakan
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ
Artinya: "Kesejahteraan keberkahan dan rahmat adalah milik Allah," (HR. Muslim).
Seperti hal nya di dalam melaksanakan ibadah puasa Rasulullah Saw juga bersabda,
الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ، وَهُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Artinya: "Puasa adalah perisai, yang dengannya seorang hamba membentengi diri dari api neraka, dan puasa itu untuk-Ku, Aku-lah yang akan membalasnya," (HR. Ahmad, shahih).
Ini merupakan salah satu karunia, keberkahan, nikmat yang Allah berikan bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa sehingga para ulama membagi 3 Tiga Faidah puasa, yaitu:
1. Faidah Ruhiyah
Puasa adalah manfaat yang berkaitan dengan pengembangan spiritual dan mental. Puasa melatih dan memperkuat kesabaran kita. Ibarat otot yang semakin kuat dengan latihan, kesabaran yang terus diasah melalui puasa membuat kita lebih mampu menghadapi tantangan dan godaan. Puasa melatih dan menguatkan mental untuk bersabar, mengajarkan dan membantu jiwa agar terbiasa mengendalikan diri dan juga menumbuhkan serta merawat kekuatan taqwa di dalamnya.
2. Faidah Ijtimaiyah (Menumbuhkan Solidaritas dan Kebaikan Sosial)
Faidah Ijtimaiyah atau manfaat sosial dari puasa adalah dampak positif yang dirasakan masyarakat secara keseluruhan. Puasa mengajarkan kita untuk hidup lebih teratur dan disiplin. Ketika menahan lapar dan haus bersama-sama, rasa persatuan dan kebersamaan pun tercipta.
3. Faidah Sihhiyyah (Meningkatkan Kesehatan Tubuh)
Faidah Sihhiyyah berkaitan dengan Kesehatan yang banyak manfaatnya dari puasa yaitu tentu memiliki dampak positif yang dirasakan oleh tubuh kita. Puasa bagaikan detox alami yang membersihkan usus dan memperbaiki sistem pencernaan.
Sisa-sisa makanan dan kotoran yang tidak berguna dibersihkan, sehingga organ pencernaan dapat bekerja lebih optimal. Puasa juga membantu mengendalikan berat badan. Lemak yang tertimbun, terutama di sekitar perut, akan dibakar sebagai sumber energi, sehingga tubuh menjadi lebih ideal dan sehat.
Secara keseluruhan, puasa memberikan banyak manfaat bagi kesehatan fisik kita. Tubuh menjadi lebih bersih, pencernaan lebih lancar, dan berat badan lebih terkontrol. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW
صُومُوا تَصِحُّو
Artinya: "Berpuasalah niscaya kalian akan sehat," (HR Ibnu Sunni, Abu Nu'aim dan dihasankan oleh As-Suyuti)
Wahai kaum muslimin, alangkah harumnya waktu seseorang yang senantiasa diisi dengan puasa dan berjaga di waktu malamnya untuk beribadah kepada Allah, alangkah jernihnya waktu seseorang dari keruhnya dosa, alangkah nikmatnya waktu jika waktu waktu itu diisi dengan membaca ayat ayat Al-Qur'an.
Siapa saja yang mau melaksanakan kewajiban kewajibannya dan perbuatan perbuatan sunah, orang yang bersungguh sungguh mengisi waktunya, siapa saja yang melaksanakannya dengan ikhlas di waktu sendirian ataupun di muka orang banyak, ikhlas dengan hati dan perbuatannya. Dan siapa saja yang suci dari perkara perkara yang merusak amaliah puasa maka ia termasuk golongan yang beruntung.
Semoga Allah SWT menganugerahkan kita untuk menjalankan keutamaan dan menjauhi segala kekurangan maka Allah SWt akan memberikan keberkahan, nikmat kepada mu dengan diterimanya amal ibadah kita dan diberikan pahala yang agung untuknya. Amin.
21. Menggapai Ampunan di Bulan Ramadhan
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
Hadirin jamaah yang dimuliakan Allah SWT,
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan Ramadhan, bulan yang penuh ampunan. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan ampunan. Di bulan ini, Allah SWT membuka pintu ampunan seluas-luasnya bagi hamba-Nya yang bertaubat. Allah SWT berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 53:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Artinya: "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar: 53)
Ayat ini memberikan harapan kepada kita semua, bahwa sebesar apapun dosa yang telah kita perbuat, Allah SWT selalu membuka pintu ampunan-Nya. Oleh karena itu, mari kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai momentum untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah SWT.
Cara Menggapai Ampunan di Bulan Ramadhan
1. Bertaubat dengan sungguh-sungguh
Menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan, berjanji untuk tidak mengulanginya, dan meninggalkan perbuatan dosa tersebut.
2. Memperbanyak istighfar
Mengucapkan kalimat istighfar, seperti "Astaghfirullahal'adzim", sebagai bentuk permohonan ampunan kepada Allah SWT.
3. Memperbanyak ibadah
Melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan sunnah dengan sebaik-baiknya, seperti shalat, puasa, membaca Al-Quran, dan bersedekah.
4. Memperbaiki hubungan dengan sesama
Meminta maaf kepada orang-orang yang pernah kita sakiti, dan memaafkan kesalahan orang lain.
5. Memperbanyak doa
Memohon ampunan kepada Allah SWT dengan doa-doa yang tulus dan ikhlas.
Keutamaan Ampunan di Bulan Ramadhan
Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadis tersebut, kita dapat mengetahui bahwa salah satu keutamaan puasa Ramadhan adalah diampuninya dosa-dosa yang telah lalu. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan bulan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya, agar kita termasuk orang-orang yang mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
Semoga Allah SWT menerima taubat kita dan mengampuni dosa-dosa kita.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
22. Ramadhan Bulan Al-Quran, Meraih Syafaat dengan Tilawah
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
(Latin: Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du)
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan ampunan. Bulan yang dinanti-nantikan oleh seluruh umat Islam di dunia. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Hadirin jamaah yang dirahmati Allah SWT,
Alhamdulillah, kita kembali dipertemukan dengan bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran. Ini adalah bulan yang penuh berkah, di mana setiap amalan dilipatgandakan pahalanya, terutama amalan membaca Al-Quran.
Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Quran), maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan 'alif lam mim' itu satu huruf, tetapi 'alif' satu huruf, 'lam' satu huruf, dan 'mim' satu huruf." (HR. Tirmidzi)
Di bulan Ramadhan, keutamaan ini semakin berlipat ganda. Malaikat Jibril AS pun setiap malam datang menemui Rasulullah SAW untuk tadarus Al-Quran. Ini menunjukkan betapa pentingnya membaca Al-Quran di bulan yang mulia ini.
Namun, membaca Al-Quran di bulan Ramadhan bukan sekadar melafalkan huruf-hurufnya. Lebih dari itu, kita perlu memahami makna dan kandungan ayat-ayatnya, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Allah SWT berfirman dalam surat Shad ayat 29:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Artinya: "Kitab (Al-Quran) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran." (QS. Shad: 29)
Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan makna Al-Quran, agar kita dapat mengambil pelajaran dan menjadikannya sebagai pedoman hidup.
Rasulullah SAW bersabda:
"Bacalah Al-Quran, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi para pembacanya." (HR. Muslim)
Bayangkan, di hari yang penuh dahsyat, Al-Quran akan datang membela kita, memberikan syafaat kepada kita yang senantiasa membacanya di dunia. Ini adalah motivasi yang luar biasa untuk kita semua.
Agar ibadah pada Ramadan semakin dekat dengan Al-Quran, ada berapa tips yang bisa dilakukan.
1. Niat yang Ikhlas
Niatkan membaca Al-Quran semata-mata karena Allah SWT.
2. Waktu yang Tepat
Carilah waktu yang tenang dan khusyuk untuk membaca Al-Quran.
3. Target yang Realistis
Buatlah target membaca Al-Quran yang sesuai dengan kemampuan kita.
4. Tadabbur
Jangan hanya membaca, tetapi juga renungkan makna ayat-ayat yang dibaca.
5. Amalkan
Implementasikan ajaran Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.
Mari kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai momentum untuk mempererat hubungan kita dengan Al-Quran. Semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai ahli Al-Quran, yang senantiasa membaca, memahami, dan mengamalkannya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
23. Sedekah Ramadhan, Meraih Berkah dengan Berbagi
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
(Latin: Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du)
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan ampunan. Bulan yang dinanti-nantikan oleh seluruh umat Islam di dunia. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Hadirin jamaah yang dirahmati Allah SWT,
Alhamdulillah, kita kembali dipertemukan dengan bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan ampunan. Di bulan ini, Allah SWT melipatgandakan pahala setiap amalan kebaikan, termasuk sedekah.
Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan. Beliau bersabda:
"Sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan." (HR. Tirmidzi)
Sedekah di bulan Ramadhan bukan hanya sekadar memberikan bantuan materi, tetapi juga bentuk kepedulian dan kasih sayang kita kepada sesama. Dengan bersedekah, kita meringankan beban saudara-saudara kita yang membutuhkan, serta membersihkan harta kita dari hak-hak orang lain.
Ada banyak macam sedekah yang bisa kita lakukan selama bulan Ramadan ini, di antaranya;
1. Sedekah Makanan
Memberikan makanan untuk berbuka puasa kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti fakir miskin, anak yatim, atau musafir.
2. Sedekah Harta
Menyisihkan sebagian harta kita untuk disumbangkan kepada lembaga-lembaga amal atau langsung kepada orang-orang yang membutuhkan.
3. Sedekah Pakaian
Memberikan pakaian layak pakai kepada orang-orang yang membutuhkan.
Sedekah Ilmu
Mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepada orang lain, seperti mengajar membaca Al-Quran atau memberikan pelatihan keterampilan.
4. Sedekah Senyum
Memberikan senyum kepada orang lain, sebagai bentuk kebaikan dan kehangatan.
Keutamaan Bersedekah di Bulan Ramadhan
Ketika bersedekah maka Allah SWT melipatgandakan pahala. Sedekah juga dapat membersihkan harta kita dari hak-hak orang lain dan menjauhkan kita dari sifat kikir.
Selain itu, sedekat bisa dijadikan sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena dengan bersedekah, kita menunjukkan ketaatan dan rasa syukur kita kepada-Nya.
Rasulullah SAW bersabda bahwa sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api dan akan menjadi naungan bagi orang yang bersedekah di hari kiamat.
Nah, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk bersedekah di antaranya:
1. Niat yang Ikhlas
Niatkan sedekah semata-mata karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji atau riya.
2. Harta yang Halal
Sedekahkan harta yang diperoleh dari jalan yang halal.
3. Tangan Kanan Memberi, Tangan Kiri Tidak Tahu:
Usahakan sedekah secara sembunyi-sembunyi, agar lebih ikhlas dan terhindar dari riya.
Prioritaskan yang Membutuhkan: Utamakan memberikan sedekah kepada orang-orang yang paling membutuhkan, seperti fakir miskin, anak yatim, atau orang-orang yang sedang tertimpa musibah.
4. Istiqomah
Lakukan sedekah secara rutin, tidak hanya di bulan Ramadhan saja.
Mari kita jadikan bulan Ramadhan ini sebagai momentum untuk memperbanyak sedekah, agar kita meraih keberkahan dan ampunan dari Allah SWT. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
24. Ramadan Sebagai Momentum Memperbaiki Diri
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
(Latin: Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du)
Alhamdulillahi rabbil 'alamin, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, serta kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan yang penuh berkah, bulan Ramadan. Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah, Ramadan adalah bulan yang sangat istimewa. Dalam bulan ini, Allah SWT melipatgandakan pahala ibadah, mengampuni dosa-dosa hamba-Nya, dan membuka pintu surga seluas-luasnya. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, Ramadan bukan sekadar bulan menahan lapar dan haus, tetapi juga menjadi kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Saudaraku sekalian, ada tiga hal penting yang bisa kita lakukan di bulan Ramadan agar ibadah kita lebih bermakna dan berdampak bagi kehidupan kita.
1. Meningkatkan Kualitas Ibadah
Bulan Ramadan adalah saat yang tepat untuk meningkatkan kualitas ibadah kita. Selain menjalankan puasa, mari perbanyak membaca Al-Qur'an, shalat sunnah, berzikir, dan berdoa. Jangan sampai Ramadan berlalu tanpa kita memperbanyak amalan kebaikan. Rasulullah SAW bersabda:
"Bacalah Al-Qur'an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat bagi pembacanya." (HR. Muslim)
Maka, mari kita manfaatkan Ramadan ini dengan memperbanyak membaca dan mengamalkan isi Al-Qur'an agar menjadi petunjuk hidup kita.
2. Mengendalikan Hawa Nafsu
Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri dari segala sesuatu yang dapat merusak nilai ibadah kita. Kita diajarkan untuk menjaga lisan dari perkataan buruk, menghindari perbuatan maksiat, serta melatih kesabaran dan keikhlasan.
Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan keji, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari)
Artinya, puasa yang kita jalankan harus memberikan dampak positif bagi diri kita, bukan hanya secara fisik tetapi juga secara spiritual dan akhlak.
3. Memperbanyak Sedekah dan Kebaikan
Salah satu keistimewaan Ramadan adalah pahala yang berlipat ganda. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan kesempatan ini untuk memperbanyak sedekah dan membantu sesama. Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, dan beliau menjadi lebih dermawan lagi di bulan Ramadan.
Sedekah tidak hanya dalam bentuk harta, tetapi juga dalam bentuk senyuman, memberi makanan berbuka bagi orang lain, atau membantu mereka yang membutuhkan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"Barangsiapa yang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikit pun." (HR. Tirmidzi)
Hadirin sekalian, Ramadan adalah kesempatan yang sangat berharga. Mari kita jadikan bulan ini sebagai momentum untuk memperbaiki diri, meningkatkan ibadah, mengendalikan hawa nafsu, dan memperbanyak kebaikan. Jangan sampai Ramadan berlalu tanpa ada perubahan dalam diri kita.
Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita insan yang lebih bertakwa setelah Ramadan berlalu. Aamiin ya Rabbal 'alamin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
25. Meraih Ketakwaan Melalui Puasa
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
(Latin: Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du)
Alhamdulillahi rabbil 'alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat Islam dan iman serta kesempatan untuk menjalankan ibadah di bulan Ramadan. Shalawat dan salam kita curahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat beliau.
Hadirin yang dirahmati Allah, marilah kita bersyukur atas kesempatan yang diberikan Allah untuk bertemu kembali dengan bulan Ramadan. Bulan ini adalah bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Dalam bulan ini, Allah SWT mewajibkan kita untuk berpuasa sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Baqarah ayat 183:
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Dari ayat ini, kita memahami bahwa tujuan utama dari ibadah puasa adalah untuk mencapai derajat taqwa. Tapi apa sebenarnya makna taqwa, dan bagaimana puasa bisa membentuk pribadi yang bertakwa?
Saudaraku yang dirahmati Allah, taqwa berasal dari kata waqa yang berarti menjaga atau melindungi diri dari hal-hal yang dapat menyebabkan murka Allah SWT. Orang yang bertakwa adalah mereka yang senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Dalam bulan Ramadan, kita ditempa untuk menjadi pribadi yang lebih bertakwa melalui beberapa hal berikut:
1. Mengendalikan Diri dan Hawa Nafsu
Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari segala bentuk kemaksiatan. Rasulullah SAW bersabda:
"Puasa adalah perisai, maka apabila salah seorang di antara kamu sedang berpuasa, janganlah berkata kotor, jangan berteriak-teriak, dan janganlah berbuat bodoh. Jika ada seseorang yang mencelanya atau mengajaknya berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan: 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits ini, kita belajar bahwa puasa melatih kita untuk memiliki kesabaran dan pengendalian diri. Jika di bulan Ramadan kita mampu menahan amarah dan menghindari perkataan buruk, maka kebiasaan ini bisa kita teruskan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Meningkatkan Kedekatan dengan Allah SWT
Ramadan adalah bulan yang penuh keberkahan, di mana pahala amal ibadah dilipatgandakan. Oleh karena itu, kita harus memperbanyak ibadah, seperti shalat tarawih, membaca Al-Qur'an, berzikir, dan berdoa. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 186:
"Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan doa orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku."
Di bulan Ramadan ini, mari kita manfaatkan waktu-waktu mustajab untuk memohon ampunan dan meminta segala kebaikan kepada Allah SWT.
3. Memperbanyak Amal Kebaikan dan Sedekah
Selain ibadah wajib, Ramadan juga mengajarkan kita untuk berbagi kepada sesama. Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, dan beliau menjadi lebih dermawan di bulan Ramadan. Beliau bersabda:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain." (HR. Ahmad)
Salah satu bentuk kebaikan yang bisa kita lakukan adalah dengan memberikan makanan berbuka kepada orang lain, menyantuni anak yatim, atau membantu orang yang membutuhkan.
Hadirin yang berbahagia, Ramadan adalah kesempatan emas bagi kita untuk meningkatkan kualitas diri dan meraih derajat taqwa. Oleh karena itu, marilah kita jalani Ramadan dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan. Jangan sampai bulan yang penuh keberkahan ini berlalu begitu saja tanpa adanya perubahan dalam diri kita.
Semoga Allah SWT menerima ibadah kita dan menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang bertakwa. Aamiin ya Rabbal 'alamin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
26. Ramadhan Sebagai Madrasah Kehidupan
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
(Latin: Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du)
Alhamdulillahi rabbil 'alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kita nikmat iman dan Islam, serta kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan yang penuh rahmat, yaitu bulan Ramadan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang istiqamah di jalan kebaikan hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah, Ramadan bukan hanya sekadar bulan di mana kita diwajibkan untuk berpuasa. Ramadan adalah madrasah, sekolah kehidupan, tempat kita belajar dan menempa diri menjadi pribadi yang lebih baik. Allah SWT memberikan kita bulan yang mulia ini agar kita bisa melatih diri untuk lebih disiplin, lebih sabar, dan lebih peduli kepada sesama.
Dalam Surah Al-Baqarah ayat 183, Allah SWT berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Ayat ini menjelaskan bahwa tujuan utama puasa adalah untuk membentuk pribadi yang bertakwa. Tapi apa sebenarnya makna takwa?
Takwa adalah ketika kita selalu merasa diawasi oleh Allah SWT dalam setiap perbuatan kita, baik di bulan Ramadan maupun setelahnya. Orang yang bertakwa bukan hanya rajin beribadah, tetapi juga memiliki hati yang bersih, lisan yang terjaga, dan perbuatan yang bermanfaat bagi sesama.
Dalam bulan Ramadan, kita dididik untuk menahan lapar dan haus. Namun lebih dari itu, kita juga belajar untuk menahan amarah, menjaga lisan, dan menahan diri dari segala bentuk kemaksiatan. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan keji, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari)
Hadits ini mengingatkan kita bahwa puasa yang sempurna bukan hanya menahan diri dari makanan, tetapi juga menahan diri dari segala bentuk keburukan.
Ada tiga pelajaran utama yang bisa kita ambil dari Ramadan sebagai madrasah kehidupan:
1. Kesabaran dan Pengendalian Diri
Saat berpuasa, kita belajar untuk bersabar. Kita menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga matahari terbenam. Kita juga menahan diri dari emosi dan godaan duniawi. Kesabaran ini bukan hanya untuk Ramadan, tetapi harus kita bawa ke dalam kehidupan sehari-hari.
Allah SWT berfirman dalam Surah Az-Zumar ayat 10:
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas."
Jika kita mampu bersabar dalam menghadapi ujian Ramadan, maka kita juga bisa bersabar dalam menghadapi ujian kehidupan.
2. Keikhlasan dalam Beribadah
Ramadan mengajarkan kita untuk beribadah dengan penuh keikhlasan. Tidak ada yang tahu apakah kita benar-benar berpuasa atau tidak, kecuali Allah SWT. Ini adalah bentuk latihan keikhlasan tertinggi.
Keikhlasan ini harus terus kita terapkan dalam kehidupan. Jangan sampai ibadah kita hanya sekadar rutinitas tanpa makna. Jika Ramadan bisa membuat kita rajin shalat, membaca Al-Qur'an, dan bersedekah, maka setelah Ramadan pun kita harus tetap istiqamah.
3. Kepedulian kepada Sesama
Saat kita berpuasa, kita merasakan bagaimana rasanya lapar dan haus. Ini mengajarkan kita untuk peduli kepada mereka yang kurang beruntung. Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, dan beliau menjadi lebih dermawan lagi di bulan Ramadan.
Rasulullah SAW bersabda:
"Tidaklah berkurang harta karena sedekah." (HR. Muslim)
Maka, mari kita manfaatkan Ramadan ini untuk memperbanyak sedekah. Bukan hanya dengan harta, tetapi juga dengan tenaga, ilmu, dan waktu kita untuk membantu sesama.
Ramadan Harus Meninggalkan Jejak
Hadirin yang dimuliakan Allah, Ramadan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri. Namun, keberhasilan Ramadan tidak hanya diukur dari seberapa banyak ibadah yang kita lakukan, tetapi juga dari perubahan apa yang kita bawa setelahnya.
Apakah setelah Ramadan kita tetap menjaga shalat tepat waktu?
Apakah setelah Ramadan kita tetap menjaga lisan dari perkataan buruk?
Apakah setelah Ramadan kita tetap peduli kepada sesama?
Jangan sampai Ramadan hanya menjadi ritual tahunan tanpa makna. Jadikanlah Ramadan sebagai momentum untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bertakwa, dan lebih dekat kepada Allah SWT.
Semoga kita semua bisa meraih berkah Ramadan dan keluar dari bulan ini sebagai pribadi yang lebih baik. Aamiin ya Rabbal 'alamin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
27. Keutamaan Sedekah di Bulan Ramadan
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
(Latin: Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du)
Alhamdulillahi rabbil 'alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan yang penuh berkah, bulan Ramadan. Shalawat dan salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang senantiasa berpegang teguh pada ajaran Islam hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah, dalam bulan Ramadan ini, kita tidak hanya diwajibkan untuk berpuasa, tetapi juga dianjurkan untuk memperbanyak amal kebaikan, salah satunya adalah bersedekah. Ramadan adalah bulan penuh keberkahan, bulan di mana pahala dilipatgandakan, dan bulan di mana kita memiliki kesempatan untuk berbagi kepada sesama.
Sedekah memiliki keutamaan yang luar biasa, terutama jika dilakukan di bulan Ramadan. Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat dermawan, dan beliau menjadi lebih dermawan lagi di bulan ini. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa:
"Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadan ketika Jibril menemuinya untuk mengajarkan Al-Qur'an." (HR. Bukhari & Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa Ramadan adalah waktu terbaik untuk meningkatkan kepedulian sosial dan berbagi rezeki kepada orang-orang yang membutuhkan.
Allah SWT juga berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 261:
"Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir ada seratus biji. Dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 261)
Dari ayat ini, kita memahami bahwa setiap sedekah yang kita keluarkan, terlebih di bulan Ramadan, akan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Sedekah tidak hanya bermanfaat bagi orang yang menerima, tetapi juga memberikan banyak manfaat bagi yang memberi. Berikut adalah beberapa manfaat sedekah, khususnya di bulan Ramadan:
1. Menghapus Dosa dan Membersihkan Hati
Rasulullah SAW bersabda:
"Sedekah itu dapat memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api." (HR. Tirmidzi)
Setiap manusia pasti memiliki dosa, baik yang disadari maupun tidak. Sedekah adalah salah satu cara untuk membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah kita lakukan.
2. Mendatangkan Keberkahan dan Rezeki
Banyak orang berpikir bahwa memberi akan mengurangi harta mereka, padahal dalam Islam, sedekah justru membuka pintu rezeki. Rasulullah SAW bersabda:
"Tidaklah berkurang harta karena sedekah. Namun, justru Allah akan menambah kemuliaan bagi seorang hamba yang dermawan." (HR. Muslim)
Maka, jangan ragu untuk bersedekah. Apa yang kita keluarkan akan kembali kepada kita dalam bentuk rezeki yang lebih banyak dan berkah dalam hidup.
3. Memberikan Kebahagiaan kepada Orang Lain
Bayangkan betapa bahagianya seseorang yang sedang kesulitan saat menerima bantuan dari kita. Sedekah tidak hanya berbentuk harta, tetapi juga bisa berupa makanan, tenaga, ilmu, atau sekadar senyuman yang menenangkan hati orang lain. Rasulullah SAW bersabda:
"Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah." (HR. Tirmidzi)
Jadi, tidak ada alasan untuk tidak bersedekah, karena setiap kebaikan yang kita lakukan, sekecil apa pun, bisa menjadi sedekah.
Ada banyak cara untuk bersedekah di bulan yang mulia ini. Beberapa di antaranya adalah:
1. Memberikan makanan berbuka puasa
Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang memberikan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun." (HR. Tirmidzi)
2. Membantu fakir miskin dan anak yatim
Menyantuni mereka yang membutuhkan adalah perbuatan yang sangat dicintai Allah SWT. Berinfak bisa dilakukan di masjid atau lembaga sosial.
4. Menyediakan pakaian atau perlengkapan bagi yang membutuhkan
Hal ini sangat bermanfaat terutama menjelang Idul Fitri.
5. Bersedekah dalam bentuk ilmu dan tenaga
Jika tidak mampu dengan harta, kita bisa berbagi ilmu atau membantu pekerjaan orang lain dengan ikhlas.
Hadirin sekalian, Ramadan adalah bulan di mana pahala dilipatgandakan, dan salah satu amal terbaik yang bisa kita lakukan adalah bersedekah. Dengan bersedekah, kita tidak hanya membantu sesama, tetapi juga membersihkan diri, menambah keberkahan, dan memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT.
Oleh karena itu, marilah kita jadikan Ramadan ini sebagai momen untuk meningkatkan kepedulian sosial. Jangan takut kekurangan karena Allah SWT telah menjanjikan balasan yang berlipat ganda bagi mereka yang bersedekah dengan ikhlas.
Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang dermawan. Aamiin ya Rabbal 'alamin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
28. Menjaga Lisan dan Hati di Bulan Ramadan
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
(Latin: Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du)
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan anugerah dan karunia yang sangat besar kepada kita. Sehingga kita bisa hadir dalam masjid yang mulia ini untuk melaksanakan shalat fardhu Isya dan Tarawih secara berjamaah.
Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah
Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah dan rahmat. Keberkahan tersebut bisa jadi karena di dalamnya ada ibadah puasa yang diwajibkan kepada umat Islam. Untuk mendapatkan rahmat dan keberkahan tersebut, tentu harus melaksanakan ibadah puasa sekaligus memperhatikan adab-adabnya.
Menurut Syekh Izzuddin bin Abdissalam dalam kitabnya Maqashidush Shaum, ada enam adab bagi orang yang berpuasa, salah satunya adalah menjaga lidah dan anggota tubuh dari perbuatan yang dzalim dan melanggar syariat.
Jemaah yang dirahmati oleh Allah SWT,
Bagi orang yang berpuasa, penting sekali dalam menjaga lisan dan hati agar bisa menebar kedamaian di bulan suci Ramadhan. Berkenaan dengan hal tersebut, Rasulullah Saw bersabda:
من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه
Artinya: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan melakukannya, maka Allah tidak butuh jika ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Al-Bukhari)
Syekh Shalih bin Abdullah bin Ahmad al-'Ushaimi dalam kitabnya, Syarah Maqashidush Shaum, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan "qaulaz zûr wal 'amala bih" dalam hadits tersebut adalah dilarang untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu yang bathil.
Lebih jauh, maksud utama dari puasa adalah 'puasa' dari melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah swt, yaitu dengan cara menjaga lisan dari berkata buruk, ghibah, mencemooh, dan sebagainya. Oleh karena itu, jika seseorang yang berpuasa tetap tidak bisa menjaga lisannya, maka pahala puasanya tentu menjadi kurang sempurna. (Syekh Shalih bin Abdullah bin Ahmad al-'Ushaimi, Syarah Maqashidush Shaum, hal. 55)
Jemaah yang berbahagia,
Menjaga lisan dari perbuatan ghibah, namimah, dan sebagainya, merupakan suatu keniscayaan bagi umat Islam yang menginginkan pahala puasanya sempurna. Rasulullah saw sendiri telah mewanti-wanti bahwa ghibah, namimah, berbohong, bisa menggugurkan pahala puasa. Beliau bersabda,
خَمْسٌ يُفْطِرْنَ الصَّائِمَ: الْغِيْبَةُ، وَالنَّمِيْمَةُ، وَالْكَذِبُ، وَالنَّظَرُ بِالشَّهْوَةِ، وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ
Artinya: "Lima hal yang bisa menggugurkan pahala orang berpuasa; membicarakan orang lain, mengadu domba, berbohong, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu." (HR Ad-Dailami)
Selain itu, ghibah sendiri merupakan perbuatan tercela yang dalam Al-Qur'an disebut bahwa pelaku gibah diumpamakan seperti orang yang memakan daging orang yang digibahinya. Allah swt berfirman,
وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: "Janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS Al-Hujurat: 12).
Adapun yang dimaksud dengan ghibah itu sendiri adalah menyebut-nyebut setiap sesuatu yang dibenci seseorang, baik dalam hal yang masih ada kaitannya dengan agama, dunia, pribadi, akhlak, harta, anak, istri, pelayan, pakaian, dan sebagainya." (Syekh Wahbah Zuhaili, Tafsirul Munir, [Damaskus: Darul Fikr, 1991 M], juz. 13, hal. 256-257)
Muslimin muslimat yang dicintai Allah ...
Mengingat pentingnya menjaga hati dan lisan, terlebih di bulan suci Ramadhan, mari jadikan momentum bulan Ramadhan yang penuh rahmat ini dengan menebar kedamaian. Wallahu a'lam.
Demikianlah ceramah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
29. Cara Menemukan Allah SWT
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du.
Jemaah sholat yang dirahmati Allah, percaya kepada Allah Swt. adalah rukun iman yang P pertama dan paling mendasar dalam Islam. Keyakinan ini bukan hanya tentang mengakui keberadaan Allah Swt. tetapi juga memahami makna dan implikasi dari kepercayaan ini dalam kehidupan sehari-hari.
Kata Allah dalam Bahasa Arab mengandung makna yang sangat dalam. Allah adalah nama yang unik, yang tidak ada padanan atau serupa dengan nama lainnya. Nama ini berasal dari akar kata yang berarti Yang Disembah atau Yang Dipatuhi. Allah adalah zat yang patut disembah karena keagungan-Nya, keajaiban ciptaan-Nya, dan karena Dia adalah satu-satunya yang berhak mendapatkan ketaatan penuh dari makhluk-Nya.
Dalam Al-Qur'an, Allah Swt. berfirman: Katukanlah (Nahi Muhammad), "Dialah Allah Yang Maha Esa" (QS. Al-Ikhlas [112]:1). Allah adalah Zat yang Maha Esa, yang tidak memiliki sekutu atau tandingan. Semua ciptaan-Nya, dari yang paling kecil hingga yang paling besar, menunjukkan keajaiban dan kekuasaan-Nya.
Ketika kita melihat keajaiban alam semesta ini dari matahari, bulan, bintang, hingga kehidupan di bumi-semua itu adalah bukti dari kebesaran Allah Swt. Sebagai manusia, kita mungkin terbiasa dengan hal-hal ini sehingga kehilangan rasa takjub, tetapi sesungguhnya, setiap detail dari ciptaan-Nya adalah bukti kebesaran dan keajaiban-Nya.
Percaya kepada Allah Swt. juga berarti meyakini. bahwa segala sesuatu yang terjadi di di dunia ini berada dalam kehendak-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa izin-Nya. Sebagaimana firman Allah: "Apakah mereka tercipta tanpa asal-usul ataukah mereka menciptakon (diri mereka sendiri)?"(QS. At-Tur [52]:35).
Ayat ini menegaskan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini tidak mungkin ada tanpa pencipta. Keteraturan yang kita lihat di alam ini, mulai dari pergerakan planet hingga siklus kehidupan, semuanya menunjukkan adanya kekuatan yang mengaturnya, yaitu Allah SWT.
Bagi sebagian orang, muncul pertanyaan tentang siapa yang menciptakan Allah. Pertanyaan ini tidak relevan karena Allah SWT adalah zat yang tidak diciptakan. Dia adalah pencipta segala sesuatu, dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam filsafat, ada rantai sebab akibat yang harus berhenti pada suatu titik, dan titik itu adalah Allah SWT yang merupakan pencipta segala sesuatu.
Memahami dan mengimani bahwa Allah SWT adalah pencipta dan pengatur segala sesuatu memberikan kita pandangan bahwa hidup kita berada dalam kendali-Nya. Keyakinan ini seharusnya membuat kita lebih tawakal dan berserah diri kepada Allah SWT dalam setiap keadaan, baik suka maupun duka. Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas izin-Nya. kita akan lebih mudah menerima takdir dan menjalani kehidupan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Dengan demikian, percaya kepada Allah bukan hanya sekadar pengakuan, tetapi juga melibatkan pemahaman mendalam tentang kekuasaan-Nya dan penerapan keyakinan ini dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah fondasi yang kuat untuk semua amalan lain dalam Islam. Demikian, Wallahu a'lam.
30. Mukjizat Al-Quran
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi rabbil 'alamin, was sholatu wassalamu 'ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a'laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba'du.
Hadirin yang berbahagia, Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar yang diberikan A oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. Tidak seperti mukjizat para nabi sebelumnya yang bersifat sementara, mukjizat Al-Qur'an bersifat abadi dan terus berlangsung hingga hari kiamat.
Mukjizat ini tidak hanya menyentuh aspek spiritual, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk ilmu pengetahuan, bahasa, dan sejarah. Marilah kita renungkan beberapa aspek mukjizat Al-Qur'an yang membuatnya begitu istimewa.
Pertama, keindahan dan kesempurnaan bahasa Al-Qur'an. Bahasa Al-Qur'an adalah bahasa yang sangat indah, mendalam, dan penuh dengan makna. Bahkan, orang-orang Arab pada masa Nabi Muhammad saw. yang terkenal dengan kefasihan dan keindahan bahasa mereka, terkagum-kagum dengan keindahan bahasa Al-Qur'an.
Allah SWT menantang siapa saja yang meragukan Al-Qur'an untuk membuat satu surah saja yang sebanding dengannya. Allah berfirman: Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang apa (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Nabi Muhammad), buatlah satu surah yang semisal dengannya dan ajaklah penolong penolongmu selain Allah, jika kuma orang-orang yang benar (QS. Al-Baqarah [2]:23).
Hingga hari ini, tidak ada satu pun manusia yang mampu menandingi keindahan dan kedalaman bahasa Al-Qur'an, meskipun hanya satu surah.
Kedua, pemberitaan tentang hal gaib dan fakta ilmiah. Al-Qur'an juga mengandung banyak pemberitaan tentang hal-hal ghaib dan fakta ilmiah yang baru dapat dibuktikan kebenarannya oleh ilmu pengetahuan modern.
Sebagai contoh. Al-Qur'an menyebutkan tentang tahapan-tahapan penciptaan manusia dalam rahim, yang kemudian. dibuktikan kebenarannya oleh para ilmuwan embriologi. Allah SWT berfirman:
"Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang menggantung (darah). Lalu, sesuatu yang menggantung itu Kami jadikan segumpal daging. Lalu, segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulung itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta," (QS. Al-Mu'minun [23]:14).
Ayat ini menunjukkan. bahwa Al-Qur'an bukan hanya kitab suci yang mengatur kehidupan spiritual, tetapi juga mengandung ilmu pengetahuan yang jauh melampaui zamannya.
Mukjizat Al-Qur'an yang ketiga adalah keabadian. dan relevansinya sepanjang zaman. Meskipun diturunkan lebih dari 1400 tahun yang lalu, Al-Qur'an tetap relevan dan menjadi pedoman hidup bagi umat manusia hingga saat ini. Setiap ayatnya tidak pernah kedaluwarsa, selalu bisa diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi.
Al-Qur'an mampu menjawab tantangan zaman, memberikan solusi atas masalah-masalah yang dihadapi umat manusia, baik di masa lalu, sekarang, maupun masa depan. Allah SWT berfirman: "Tidakkah mereka menadaburi Al-Qur'an? Seandainya (Al-Qur'an) itu tidak datang dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya," (QS. An-Nisa [4]:82).
Dengan memahami mukjizat Al-Qur'an ini, mari kita tingkatkan kecintaan kita kepada Al-Qur'an. Marilah kita memperbanyak membaca, memahami, dan mengamalkan isi Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur'an adalah petunjuk hidup yang akan mengantarkan kita menuju kehahagiaan dunia dan akhirat.
Semoga kita semua senantiasa diberi kekuatan oleh Allah Swt. untuk selalu berpegang teguh pada Al-Qur'an dan menjadikannya cahaya dalam hidup kita. Demikian, Wallahu a'lam.
(mep/mep)