Jumlah Ternak Mati Terpapar Antraks di Gunungkidul Bertambah

Jumlah Ternak Mati Terpapar Antraks di Gunungkidul Bertambah

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Sabtu, 05 Feb 2022 07:36 WIB
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul drh Retno Widyastuti, Sabtu (5/2/2022).
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul drh Retno Widyastuti, Sabtu (5/2/2022). (Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom)
Gunungkidul -

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul mencatat ada penambahan seekor sapi yang mati mendadak di Kalurahan Gombang, Kapanewon Ponjong, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan tambahan tersebut saat ini ada 16 ekor ternak meliputi sapi dan kambing yang mati akibat antraks.

"Tadi tambah satu, hari ini, dini hari tadi saya ditelepon pak Lurah (Gombang) kalau ada sapi mati lagi di Gombang," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul drh Retno Widyastuti kepada wartawan di Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Jumat (4/2/2022).

Dengan tambahan tersebut, kata Retno, saat ini ada 6 ekor sapi dan 2 ekor kambing yang mati mendadak di Kalurahan Gombang. Sedangkan di Kalurahan Hargomulyo, Kapanewon Gedangsari, belum ada tambahan untuk ternak yang mati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi yang mati itu di Gombang sekarang jadi 6 ekor sapi dan 2 ekor kambing. Tapi semua itu belum tentu positif lho hasil labnya, dari yang mati itu yang positif (antraks) 5 sapi dan 1 kambing," ujarnya.

"Terus yang di Gedangsari yang mati 6 ekor sapi dan 2 ekor kambing. Yang keluar hasil labnya baru 1 sapi dan 1 kambing, lainnya belum," imbuu Retno.

ADVERTISEMENT

Kendati demikian, Retno menyebut semua ternak itu kemungkinan besar mati akibat bakteri antraks. Pasalnya dari sampel tanah yang diambil di lokasi meninggalnya ternak, khususnya di 2 Kalurahan itu positif antraks.

"Tapi seberapa pun yang keluar dari sampel yang kita ambil kan tanah itu sudah positif antraks. Jadi kita tidak menunggu semua keluar baru tindakan ya tidak, tapi begitu ada gejala yang pada manusia sudah menciri kita langsung gerak," ucapnya.

Bahkan, satu ekor sapi yang mati mendadak di Kalurahan Gombang pagi tadi menurutnya tidak perlu dilakukan pengujian sampel. Mengingat secara kasat mata sudah ada tanda-tanda matinya sapi tersebut karena antraks.

"Karena kalau secara teori antraks itu kan sudden death, jadi ada bakteri masuk menginfeksi, ternak itu tidak pakai sakit lama hanya kejang kemudian mati. Kemudian dari semua lubang kumlah (lubang hidung, mulut, telinga, anus dan alat kelamin) mengalir darah," ucapnya.

"Nah, tadi (seekor sapi yang mati di Gombang) yang di depan tidak tapi di anusnya berdarah. Kalau itu bodon (kasat mata) saja sudah jelas (antraks) tapi kan tidak masalah kalau langsung dikubur," imbuh Retno.

Oleh sebab itu, setelah mendapat laporan Retno meminta kepada Lurah Gombang agar langsung mengubur sapi tersebut. Hal itu untuk mencegah adanya penyembelihan sapi dam dagingnya dibagikan kepada masyarakat.

"Kita sudah minta lurah untuk di-handle agar tidak dipotong dan dibagi-bagi. Karena kalau ternak yang mati karena antraks itu langsung dikubur selesai. Nah, yang bikin panjang itu kan kalau dagingnya dikonsumsi orang-orang," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, Kepala BBVet Wates Hendra Wibawa menyebut ada belasan hewan ternak yang mati akibat terpapar antraks.

"Seperti yang disampaikan Pak Bupati, di hewan memang sudah terkonfirmasi terkena bakteri antraks. Kalau hasil dari investigasi kami bersama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Gunungkidul) total kematian hewan itu ada 11 sapi dan 4 kambing," ujarnya saat berada di Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Senin (31/1).

"Jadi ada 5 sapi di Kapanewon Ponjong dan 6 sapi di Kapanewon Gedangsari. Kemudian 2 kambing di Ponjong dan 2 kambing di Gedangsari. Untuk laporan pertama kali pertengahan Desember kemudian baru ada laporan di Januari dan dilakukan investigasi," lanjut Hendra.




(sip/sip)


Hide Ads