Masjid Agung Puluhan di Desa Puluhan, Kecamatan Trucuk, Klaten, Jawa Tengah diyakini peninggalan Sunan Kalijaga dan masih menyisakan berbagai artefak kuno. Salah satunya padasan (tempat wudhu dari tanah liat) yang masih dipakai untuk memandikan anak- anak yang lambat berjalan.
"Padasan itu fungsi utamanya ya untuk wudhu. Tapi kalau ada orang punya anak kecil lama tidak bisa jalan dimandikan di sini," ungkap sesepuh dan imam masjid Muhammad Munir kepada detikJateng, Senin (27/3/2023) siang.
Dijelaskan Munir, meskipun mandi di padasan tetapi berdoa dan memohon tetap kepada Allah SWT. Hanya saja biasanya waktunya sebelum salat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktunya menjelang bedug (bunyi bedug jelang salat). Sampai sekarang masih digunakan untuk wudhu, kecuali umpak (batu tiang) tidak digunakan duduk lagi," jelas Munir.
Padasan tersebut, kata Munir, tidak ada namanya atau sebutannya. Bahkan puasa ini juga ada yang mandikan anak dengan air padasan tersebut.
"Puasa ini juga ada yang mandikan anak ke sini. Kalau tidak puasa, boleh sampeyan (anda) minum, airnya segar," lanjut Munir.
Triyanto, jamaah masjid menuturkan kebiasaan warga memandikan anak balita yang susah berjalan itu sudah lama. Bahkan anak kecil yang sulit bicara juga dimandikan di padasan itu.
"Anak yang susah bicara dan yang susah berjalan dimandikan di sini. Anak saya yang pertama juga dulu saya mandikan di sini, sekarang sudah lulus kuliah," ungkap Triyanto kepada detikJateng di lokasi.
Masjid agung Puluhan, sebut Triyanto, merupakan masjid kuno awalnya. Menurut cerita sesepuh merupakan peninggalan Sunan Kalijaga yang berdakwah di desanya.
"Ini peninggalan Sunan Kalijaga. Dulu saat saya kecil, bentuknya seperti masjid di makam Sunan Pandanaran di Bayat, kecil dan untuk masuk pintunya harus menunduk," jelas Triyanto.
Masjid yang sekarang, kata Triyanto, sudah beberapa kali direnovasi. Namun benda peninggalan lama masih ada dan disimpan.
"Benda yang lama masih ada dan disimpan. Ada padasan tanah liat, bedug, mimbar, mustaka tanah liat (kubah masjid), dan amben (tempat tidur kayu) blabur," imbuh Triyanto.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Dari pantauan detikJateng, padasan itu diletakkan di pojokan dekat pintu masuk tempat wudhu. Terbuat dari tanah liat dengan diameter sekitar 50 centimeter.
Tidak ada ornamen yang melekat dan hanya ada penutupnya dari tanah liat. Air padasan berasal dari tandon air di Utara tempat wudhu.
Diberitakan sebelumnya, masjid Agung Puluhan di Desa Puluhan, Kecamatan Trucuk, Klaten, diyakini masyarakat sebagai masjid tiban (jatuh) peninggalan Sunan Kalijaga. Jejak dakwah salah satu Wali Songo itu masih bisa dilihat sampai kini.
Masjid ini berada di tengah permukiman padat penduduk. Masjid di atas lahan sekitar 600-800 meter persegi dan memiliki halaman luas.