Masjid Tiban Puluhan Klaten Peninggalan Sunan Kalijaga, Ini Jejaknya

Masjid Tiban Puluhan Klaten Peninggalan Sunan Kalijaga, Ini Jejaknya

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Rabu, 29 Mar 2023 02:45 WIB
Masjid Agung Puluhan di Desa Puluhan, Kecamatan Trucuk, Klaten, Senin (27/3/2023).
Masjid Agung Puluhan di Desa Puluhan, Kecamatan Trucuk, Klaten, Senin (27/3/2023). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Masjid Agung Puluhan di Desa Puluhan, Kecamatan Trucuk, Klaten, diyakini masyarakat sebagai masjid tiban (jatuh) peninggalan Sunan Kalijaga. Jejak dakwah salah satu wali songo itu masih bisa dilihat sampai kini.

Pantauan detikJateng, Masjid Agung Puluhan berada di tengah permukiman padat penduduk. Masjid di atas lahan sekitar 600-800 meter persegi dan memiliki halaman luas.

Masjid model bangunan joglo dengan tower pengeras suara di sisi utaranya itu sekilas menyerupai Masjid Agung Demak. Di bagian teras terdapat bedug, lampu gantung, dan dua jam kayu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seluruh bangunan masjid sudah tembok dengan lantai keramik. Di bagian dalam berdiri 8 tiang kayu penyangga berbentuk silinder dengan 4 tiang utama di tengah.

Di mihrab, terdapat mimbar kayu tua yang dihias dengan ukiran sederhana yang tertutup kelambu putih. Sebuah tongkat dengan ujung besi menyerupai trisula diletakkan di depan mimbar.

ADVERTISEMENT
Benda-benda kuno Masjid Agung Puluhan peninggalan Sunan Kalijaga di Trucuk, Klaten, Senin (27/3/2023).Benda-benda kuno Masjid Agung Puluhan peninggalan Sunan Kalijaga di Trucuk, Klaten, Senin (27/3/2023). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Pada pojok selatan ruang utama masjid, terdapat ruang kayu kotak terbungkus kain kuning keemasan. Di dalamnya terdapat sebuah amben (tempat duduk kayu) kuno yang diletakkan mushaf Al-Qur'an lusuh di dalam kotak kaca.

Pada tempat wudhu, di bagian pojok terdapat umpak (tempat duduk) batu andesit dan padasan (tempat air wudhu dari tanah liat ) bulat berukuran cukup besar. Modelnya hampir sama dengan padasan yang pernah dilihat detikJateng di gedong utama makam Sunan Pandanaran, Bayat, Klaten.

Padasan masih digunakan tetapi umpak batu sudah tidak digunakan. Di ruang sisi selatan dari ruang utama masjid, juga tersimpan mustaka (kubah masjid) terbuat dari tanah liat berukir menyerupai mahkota raja Mataram.

Benda-benda kuno Masjid Agung Puluhan peninggalan Sunan Kalijaga di Trucuk, Klaten, Senin (27/3/2023).Benda-benda kuno Masjid Agung Puluhan peninggalan Sunan Kalijaga di Trucuk, Klaten, Senin (27/3/2023). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Imam masjid, Muhammad Munir (68) menceritakan masjid tersebut disebut masjid tiban karena dulu Desa Puluhan masih hutan. Meskipun belum jadi kampung masjid sudah berdiri.

"Disebut masjid tiban karena dulu di sini masih alas (hutan) belum ada kampung seperti sekarang. Masjid ini peninggalan Kanjeng Sunan Kalijaga saat berdakwah tahun 1450 an," ungkap Munir kepada detikJateng, Senin (27/3/2023).

Benda-benda kuno Masjid Agung Puluhan peninggalan Sunan Kalijaga di Trucuk, Klaten, Senin (27/3/2023).Benda-benda kuno Masjid Agung Puluhan peninggalan Sunan Kalijaga di Trucuk, Klaten, Senin (27/3/2023). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Munir menceritakan dulu bangunan asli masjid tidak sebesar sekarang. Bangunan masjid masih lebih banyak dari bahan papan kayu sampai direhab oleh KH As'ad dengan batu bata.

"Dulu orang bangun rumah belum berani tembok, setelah Mbah Haji As'ad mulai membangun masjid ini dengan tembok, warga baru berani membangun rumah dengan tembok," tutur Munir.

Munir menceritakan sampai saat ini masih ada jejak peninggalan Sunan Kalijaga. Beberapa benda peninggalan itu menjadi ciri khas masjid tersebut.

"Ada beberapa peninggalan yang jadi ciri khasnya. Ada amben, bedug, padasan, mimbar khotbah, dan mustaka yang masih kita simpan sampai sekarang," imbuh Munir.

Amben, lanjutnya, dulunya digunakan Sunan Kalijaga untuk memimpin berzikir dan mengajar ilmu agama. Sedangkan padasan digunakan untuk wudu saat hendak melaksanakan salat.

"Amben kayu jati dulunya untuk zikir dan riyadhoh Kanjeng Sunan Kalijaga. Padasan untuk air berwudu," ujar Munir.

Halaman 2 dari 2
(rih/sip)


Hide Ads