Ramai Banner 'Desperate' di LinkedIn, Dipakai Anak Muda yang Putus Asa Cari Kerja

ADVERTISEMENT

Ramai Banner 'Desperate' di LinkedIn, Dipakai Anak Muda yang Putus Asa Cari Kerja

Novia Aisyah - detikEdu
Senin, 07 Okt 2024 18:00 WIB
image category pov-#DESPERATE
Tren badge #desperate di LinkedIn. Foto: detik
Jakarta -

Pengguna jejaring media sosial profesional LinkedIn, tentunya sangat familiar dengan badge #opentowork yang dipasang pada foto profil. Kini, ada tren baru penggunaan badge #desperate.

Badge ini dibuat oleh Courtney Summer Myers. Pengalaman melamar puluhan pekerjaan dan tanpa hasil, mengilhami Myers menciptakan banner tersebut.

"LinkedIn adalah platform yang dibuat untuk berjejaring dan terhubung dengan orang lain, dan kami melakukannya karena itu akan membantu kami dalam beberapa hal," kata Courtney Summer Myers kepada Fortune, dikutip dari New York Post.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi, jika Anda membutuhkan bantuan, mengapa Anda tidak meminta bantuan?" ujarnya lagi.

Myers, 28 tahun, diberhentikan dari pekerjaannya sebagai desainer grafis pada November 2023 lalu dan sejak itu telah melamar sekitar 30 pekerjaan per hari tanpa hasil. Pengalaman itu menginspirasinya membuat badge ini yang kemudian diadopsi oleh sejumlah pekerja "desperate (putus asa)" lainnya.

ADVERTISEMENT

"Saya ikut-ikutan tren desperate," tulis Hanna McFadyn, 22 tahun, di LinkedIn.

Ilustrator dan desainer itu mengatakan kepada Fortune bahwa dia melamar 20 pekerjaan per hari setelah meninggalkan pekerjaan jarak jauhnya pada April 2024 lalu.

Para employers (pemberi kerja) sering kali tidak menanggapi lamarannya. Ketika mereka menanggapi, dia dipuji tetapi tidak pernah ditawari posisi, kata dia. Dia pun menambahkan, hanya mencari pekerjaan di mana dia dapat belajar dari rekan-rekannya dan memperoleh gaji untuk membiayai hidupnya.

"Banyak perusahaan bahkan tidak mencantumkan gaji pada lamaran pekerjaan," kata pelamar asal Glasgow, Skotlandia itu kepada Fortune.

Mencoba Melawan Stigma Mencari Pekerjaan

Postingan asli Myers yang merilis badge LinkedIn ini telah mengumpulkan lebih dari 400.000 reaksi di platform tersebut dan memancing berbagai ulasan.

Sejumlah pengguna mengatakan mereka merasakan apa yang dialaminya. Sementara, pengguna lainnya memperingatkan bahwa para pemberi kerja mungkin berhati-hati dalam mempekerjakan kandidat yang tampaknya terlalu bersemangat. Setidaknya, ini merupakan cerita soal narasi yang digaungkan oleh para perekrut pada masa lalu.

Tentunya, opini tersebut membingungkan pengguna yang menganggur yang ingin menunjukkan kepada calon pemberi kerja bahwa mereka sedang mencari pekerjaan.

"LinkedIn dibuat agar orang-orang ... menemukan pekerjaan. Namun, tidak masuk akal jika perekrut dan headhunter tidak menghubungi Anda jika Anda memasang spanduk [#OpenToWork]," ujar Elena Carballo yang berusia 29 tahun, yang baru-baru ini kehilangan pekerjaannya.

Myers mencoba melawan stigma seputar mencari pekerjaan, dengan menyatakan spanduk tersebut merupakan cara langsung untuk memberi tahu perusahaan bahwa mereka bersedia menerima pekerjaan baru, pekerjaan lepas, atau pekerjaan lain.

"Jika saya duduk di sana dan berpura-pura semuanya baik-baik saja, bagaimana orang akan tahu bahwa saya butuh pekerjaan atau pekerjaan lepas? Bagaimana mereka tahu saya butuh bantuan, bahkan sekadar mengirim pesan? Orang-orang bukanlah cenayang," jelas Myers.

"Mengapa harus malu dengan situasi yang Anda alami?" pungkasnya.

detikers sedang mengalami hal serupa? Suarakan pendapat dan sudut pandangmu di Point of View (POV) detikEdu di sini!




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads