Melihat Keceriaan Anak-anak Autis di Ponpes Al-Achsaniyyah Kudus saat Ramadan

Melihat Keceriaan Anak-anak Autis di Ponpes Al-Achsaniyyah Kudus saat Ramadan

Dian Utoro Aji - detikJateng
Rabu, 29 Mar 2023 10:34 WIB
Anak-anak berkebutuhan khusus sedang mengikuti kegiatan keagamaan selama bulan Ramadan di Islamic Boarding School Al-Achsaniyyah di Desa Pedawang, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Rabu (29/3/2023).
Anak-anak berkebutuhan khusus sedang mengikuti kegiatan keagamaan selama bulan Ramadan di Islamic Boarding School Al-Achsaniyyah di Desa Pedawang, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Rabu (29/3/2023). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng
Kudus -

Suasana riuh terasa di Autisme Islami Boarding School Al-Achsaniyyah di Desa Pedawang, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus. Puluhan anak-anak berkebutuhan khusus mengikuti berbagai kegiatan selama bulan Ramadan 2023.

Hal ini seperti dirasakan salah satu penderita autisme bernama Muhammad Syafiq Dito Harjono (17). Santri asal Pemalang itu mengaku senang mengikuti berbagai kegiatan saat bulan Ramadan di ponpes khusus autis.

Syafiq mengikuti kegiatan mulai dari sekolah saat pagi hari. Lalu dia mengikuti kegiatan hafalan surat pendek saat sore hari bersama santri lainnya di masjid kompleks pondok pesantren.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Senang temannya banyak, sudah bisa mengaji, hafalan surat Al Ikhlas," kata Syafiq ditemui di lokasi, Rabu (29/3/2023).

Syafiq mengaku mengikuti berbagai kegiatan selama Ramadan. Mulai berpuasa, menghafal surat pendek, hingga tadarusan. "Sudah empat tahun di sini. Di sini belajar ngaji, baca Al-Qur'an," kata dia.

ADVERTISEMENT
Anak-anak berkebutuhan khusus sedang mengikuti kegiatan keagamaan selama bulan Ramadan di Islamic Boarding School Al-Achsaniyyah di Desa Pedawang, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Rabu (29/3/2023).Anak-anak berkebutuhan khusus sedang mengikuti kegiatan keagamaan selama bulan Ramadan di Islamic Boarding School Al-Achsaniyyah di Desa Pedawang, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Rabu (29/3/2023). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

Guru pembimbing, Ima Meiliskriana menjelaskan ada banyak kegiatan selama Ramadan. Mulai dari sahur bersama, tadarusan, menghafal surat pendek, dan tarawih bersama.

"Puasa penuh dan ketika ada puasa ada sahur kita bangunkan lebih awal, setelah itu ajak tadarusan, dan kuliah pagi. Malamnya ajak salat tarawih dan tadarus malamnya," jelas Ima kepada wartawan.

Ima sudah tujuh tahun mendampingi anak-anak autis. Banyak suka duka yang dialami Ima selama menjadi guru pembimbing di pondok pesantren khusus autis tersebut.

Ima pun tidak jarang harus kena pukul oleh anak-anak. Sukanya, kata dia, mendapatkan anak autis yang bisa memahami pelajaran menjadi kepuasan tersendiri.

"Untuk suka dukanya banyak, untuk duka dulu kalau di sini tidak bisa menangani anak kita bisa kena pukul, terus kedua ketika anak-anak berantem kita sudah melerai," jelasnya.

"Sukanya ketika kita mengajar anak itu paham, kita bangga banget, karena anak-anak kebutuhan khusus itu kalau diajari tidak langsung bisa, bisa satu bulan bahkan satu tahun untuk memahamkan anak-anak," Ima melanjutkan.

Pengasuh Pondok Modern Al-Achsaniyyah, Mohammad Faiq Afthoni mengatakan Pesantren Al-Achsaniyyah khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Kegiatan pada bulan Ramadan belajar sebagaimana mestinya dan itu ada pendidikan umum dan agama.

Anak-anak berkebutuhan khusus sedang mengikuti kegiatan keagamaan selama bulan Ramadan di Islamic Boarding School Al-Achsaniyyah di Desa Pedawang, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Rabu (29/3/2023).Anak-anak berkebutuhan khusus sedang mengikuti kegiatan keagamaan selama bulan Ramadan di Islamic Boarding School Al-Achsaniyyah di Desa Pedawang, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Rabu (29/3/2023). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

"Kalau sore ada mengaji, menghafal surat-surat pendek, kalau malam bertadarus dan salat tarawih berjamaah," jelas Faiq kepada wartawan.

Menurutnya total ada 119 santri di ponpes khusus autis. Mereka berasal dari berbagai daerah, semisal NTT, NTB, bahkan sempat ada dari Malaysia.

"Anak-anak autis ini ada ruang satu guru satu anak. Gurunya harus mengetahui kelemahan anak, itu observasi selama tiga bulan. Anak yang normal satu guru bisa 30 anak, ini satu guru satu anak, jadi harus memahami kelebihan dan kekurangan," ujar Faiq.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Dia mengatakan perubahan pada anak-anak autis tergantung orang tua dengan lembaga. Jika orang tua santri ikhlas, kata dia, santri yang memiliki kebutuhan khusus secara bisa hidup secara mandiri.

Faiq mengatakan sejak berdiri tahun 2007 silam ada santri-santrinya yang bisa hidup secara mandiri. Bahkan ada santrinya yang bisa berkuliah S2 di Semarang dan Surabaya.

"Yang jelas ada yang satu tahun anak itu sudah bisa mandiri, dan beberapa anak kita sekolahnya di reguler, MTS Islamic Center Conge ini sudah ada beberapa," jelasnya.

"Alumni yang sudah mandiri sekitar 30 persen, jadi sudah alumni S2 di Unissula, ada di Surabaya. Rohman dan Akmal," ungkap Faiq.

Halaman 2 dari 2
(rih/apl)


Hide Ads