Sebuah warung makan legendaris berdiri di tepi jalan Sindoro, Kalurahan Gayamprit, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten. Warung yang berdiri 15 tahun lalu itu merupakan warung yang dikelola Yayasan Penitipan Bayi Telantar (YPBT) Siwi Mekar.
Warung makan YPBT tidak terlihat sebagai warung makan mewah. Berdiri hanya memanfaatkan lahan kosong di depan kantor yayasan, sekaligus rumah bagi 50 anak telantar yang hidup di dalamnya.
Warung hanya beratap seng dengan satu setel meja dan dua kursi makan di sisi barat. Meskipun tampak sederhana, hampir semua menu sayuran dan lauk tersedia di warung tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulai dari nasi rames, pecel, gudeg, dan berbagai jenis sayur masakan Jawa. Berbagai lauk dan snek juga bisa dipilih-pilih para konsumen yang mampir makan atau sekadar berburu lauk kebutuhan rumah tangga.
"Ini kita sudah sekitar 15 tahun kita jualan. Untuk melatih anak-anak kemandirian, juga untuk menambah income untuk menghidupi anak-anak sejumlah 50 orang," tutur Sri Rejeki (61), Kepala Panti YPBT kepada detikJateng, Kamis (12/9/2024) siang.
Wanita yang akrab dipanggil Mama Sri itu menceritakan warung itu modal awalnya sekitar Rp 500 ribu. Selain untuk menghidupi anak-anak asuh, hasil dari berjualan juga untuk mendidik agar anak mandiri tidak berharap pada pihak lain.
"Gimana caranya agar tidak njagakne tetes embun (mengandalkan bantuan) dari masyarakat dan pemerintah, ya gimana caranya kita harus berpikir agar tidak njagakne ndoge blorok. Kita usaha dari nol, bagaimana caranya ngopeni, mengasuh dan merawat anak-anak dengan buka warung kecil-kecilan," kata Sri Rejeki.
Dari warung makan dan latengan itu, sambung Sri Rejeki, dalam satu hari omzet kotor bisa sampai Rp 1 jutaan. Pendapatan itu cukup membantu menopang pembiayaan semua anak asuh.
![]() |
"Alhamdulillah, tidak ada kekurangan. Ada 50 anak di sini mulai dari umur 1 tahun sampai sudah sekolah, kebutuhan ya mulai sabun, susu, pampers, makan, sekolah dan lainnya tapi paling besar susu sehingga sebulan bisa Rp 20 juta," papar Sri.
Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan, lanjut Sri Rejeki, warung itu juga untuk membekali anak asuhnya cara untuk bertahan hidup. Mulai dari melayani pembeli sampai mengelola uang didampingi relawan yang membantu.
"Ada yang beli, diambilkan, dia menerima uang sehingga tahu caranya mencari uang. Uang untuk kita bersama," imbuh Sri Rejeki.
Seorang pelanggan, Anang mengatakan dua hari sekali keluarganya belanja di warung tersebut. Selain harganya murah, makanan enak, juga bisa menengok anak-anak asuhnya.
"Tahu ini panti untuk merawat adik-adik yatim-piatu. Ya makanan enak, murah, bisa nengok adik-adik di sini," ungkap Anang kepada detikJateng di lokasi.
"Ya setahu saya cuma ada di sini, panti buka warung," imbuhnya.
(apu/ahr)