Pasar yang berada di Kabupaten Magelang ini terbilang unik. Bagaimana tidak unik, bukanya hanya tiap 35 hari sekali atau selapan, tepatnya pada Jumat Pahing.
Namanya Pasar Kramat yang berada di Dusun Kramat, Desa Congkrang, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Pantauan detikJateng, para pedagang terlihat menjajakan jualannya di jalan masuk menuju dusun tersebut.
Para pedagang berjualan sembari berhadap-hadapan. Mereka menjajakan dagangannya di sepanjang jalan kampung tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jajanan yang dijual pun beragam. Meski begitu, rata-rata jajanan tempo dulu seperti cenil, lupis, gatot, gorengan, dan lainnya.
Yang spesial di Pasar Kramat ini berupa bubur dan ketupat luwar, atau ketupat untuk nazar. Kemudian dimakan bersama serundeng.
Saat memasuki kompleks pasar ini, ada kotak amal yang tersedia. Kemudian, ada yang jual bunga dan ketupat luwar.
Terus ada juga pepunden yang didatangi bagi yang bernazar. Mereka yang bernazar bertemu dengan sesepuh setempat dan menyampaikan maksud kedatangannya.
Salah satu pengunjung, Rame (60), warga Pucungrejo, Kecamatan Muntilan mengaku datang karena memiliki nazar agar cucunya bisa lekas berjalan. Dia datang di Pasar Kramat dengan menggendong salah satu cucunya.
![]() |
"Nazarnya biar cucu saya cepat jalan. Setelah jalan, saya ajak ke Pasar Kramat. Cuman beli ketupat luwar untuk ngluarin nazar," kata Rame saat ditemui awak media di Pasar Kramat, Jumat (10/1/2025).
Hal senada disampaikan Dila Eka (29) warga Dukun, Kabupaten Magelang. Ia datang bersama ibu dan saudaranya.
Dia mengaku sudah beberapa kali datang di pasar untuk mengeluarkan nazarnya. Dila juga menyempatkan diri bertemu dengan sesepuh di kompleks pasar untuk meminta doa.
"Saya langsung ke tempat mbah-mbah minta doa. Semua ini kepercayaan, tapi saya percaya. Alhamdulillah sudah nggak hanya sekali, sudah beberapa kali tiap Jumat Pahing nglegake (menyempatkan diri) ke sini misal punya nazar," kata Dila.
"Contohnya sembuh dari sakit, sesuk nek mari (besok kalau sembuh) tak pengin ke sini. Misalnya didekatkan dengan jodoh dan sebagainya. Setelah didoakan memberi (uang) seikhlasnya, keluar dari rumah mbah memberi uang receh disebar semampunya, nggak juga tidak apa-apa. Selesai, menikmati jajanan yang khas bubur sama ketupat buat oleh-oleh," tuturnya.
Pedagang di pasar itu, Saryati menyebut biasa datang ke pasar itu sejak pukul 05.00 WIB. Menurutnya saat ini Pasar Kramat sudah tak seramai dulu.
"Ke sini tiap hari Jumat Pahing saja. Mulai jam 5 sampai jam 10 sudah sepi. Khasnya bubur opor. Kalau dulu lebih ramai, sekarang yang jualan tinggal sedikit," tuturnya.
Hal serupa disampaikan pedagang lainnya, Maroyah (72), warga Paremono, Kecamatan Mungkid. Pihaknya berjualan gatot, cenil, ketan dan lupis.
"Tiap Jumat Pahing jualan di sini. Kalau Minggu di Lapangan Sawitan," ujarnya.
Untuk menuju Pasar Kramat, pihaknya diantarkan salah satunya puteranya, Gozali (50). Berangkat menuju pasar sekitar pukul 04.30 WIB, kemudian pasar mulai ramai pukul 06.00 sampai 07.30 WIB.
Cerita kenapa Pasar Kramat hanya buka saat Jumat bisa dibaca di sini