"Iya, diperpanjang dari tanggal 21 Juni sampai 4 Juli 2022," kata Kepala UPT Pasar Hewan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Boyolali, Sapto Hadi Darmono, kepada detikJateng, Selasa (21/6/2022).
Sapto mengatakan, perpanjangan masa penutupan pasar hewan di Boyolali itu berdasarkan sejumlah pertimbangan berkaitan dengan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di wilayahnya.
"Pertimbangan pertama, karena perkembangan PMK di Boyolali. Kemudian, hampir semua pasar hewan di kabupaten sekitar di Jawa Tengah juga masih ditutup. Sehingga dengan penutupan serentak itu bisa mengendalikan wabah PMK," ujarnya.
Sapto mengatakan, ada lima pasar hewan di Boyolali. Yaitu, pasar hewan Karanggede, Nogosari, Simo, Ampel dan Jelok. Pasar hewan Jelok di Kecamatan Cepogo yang terbesar. Tiap pasar hewan itu punya hari pasaran yang berbeda.
Menurut Sapto, penutupan sementara pasar hewan membawa sejumlah efek positif dalam penanganan wabah PMK di Boyolali. Pertama, dapat mengurangi mobilitas ternak yang sakit. Sehingga potensi penularan dapat ditekan. Kedua, Disnakan dapat lebih fokus mengobati ternak yang sakit sekaligus mengedukasi para peternak.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali Lusia Dyah Suciati menambahkan, perpanjangan penutupan pasar hewan tahap ketiga di Boyolali ini juga hasil evaluasi dari penutupan sebelumnya.
"Ini juga bagian dari strategi pengendalian penyebaran (PMK)," kata Lusia.
Dia mengungkapkan, peningkatan penyebaran virus PMK dan peningkatan penyembuhan hewan ternak yang terjangkit wabah itu cukup signifikan.
"Memang virus ini penyebarannya luar biasa (cepat). Jadi 22 kecamatan yang kemarin 2 (kecamatan) belum, masih aman, sekarang sudah kuning semua, sudah ter-suspect semua," kata Lusia.
Lusia menambahkan, total suspect PMK di Boyolali saat ini sebanyak 3.088 ekor.
"Yang positif (PMK) 32 ekor. Yang sembuh juga cukup tinggi, yaitu 633 ekor. Kemudian yang mati 24 ekor. Itu data per hari ini, 21 Juni 2022," jelas dia.
(dil/rih)