Persi Jateng soal Kasus dr Aulia: Pembenahan PPDS Harus Dilakukan

Persi Jateng soal Kasus dr Aulia: Pembenahan PPDS Harus Dilakukan

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Jumat, 06 Sep 2024 20:17 WIB
Sejumlah lilin menghiasi poster duka cita atas meninggalnya salah satu mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi berinisial ARL (30) dengan dugaan perundungan saat aksi lilin sebagai simbol berkabung Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (UNDIP) di Lapangan Widya Puraya UNDIP, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Senin (2/9/2024). Aksi tersebut sebagai dukungan kepada pihak terkait dalam menyelesaikan kasus yang tengah terjadi di PPDS FK UNDIP berasaskan keadilan tanpa menyudutkan salah satu pihak, doa dan solidaritas kepada keluarga ARL, serta dukungan moril kepada Dekan FK UNDIP Yan Wisnu Prajoko selaku Dokter Spesialis Bedah dengan Subspesialis Bedah Onkologi dan dosen pendidikan dokter spesialis-subpesialis yang aktifitas klinisnya diberhentikan sementara di RSUP Kariadi Semarang. ANTARA FOTO/Aji Styawan/foc.
Aksi BEM Fakultas Kedokteran (FK) Undip di Lapangan Widya Puraya UNDIP, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Senin (2/9/2024). (Foto: ANTARA FOTO/AJI STYAWAN)
Semarang -

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jawa Tengah (Jateng) sepakat perlunya perbaikan dalam proses Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Hal itu terkait buntut kasus tewasnya dr Aulia Risma Lestari yang kini didalami Kemenkes dan kepolisian.

Ketua Kompartemen Organisasi dan Kerja Sama Persi Jateng, dr Daniel Budi Wibowo, mengatakan penghentian sementara PPDS Anestesi Undip di RSUP dr Kariadi Semarang memang agak berdampak, namun dipahami hal itu untuk kepentingan investigasi. Ia berharap PPDS itu segera berlanjut karena kebutuhan dokter anestesi cukup banyak.

"Ya kan istilahnya pembekuan untuk investigasi. Setelah investigasi saya rasa kebutuhan dokter anestesi masih banyak, saya kira akan dilakukan penataan kembali, lebih baik dan transparan dalam prosesnya," kata Daniel ditemui di salah satu RS di Semarang, Jumat (6/9/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita kan secara kenyataan kan masih kekurangan dokter spesialis. Pembenahan PPDS harus dilakukan, kita harus bergerak. Apa yang perlu diperbaiki akan diperbaiki," imbuhnya.

Daniel juga mengomentari terkait Kemenkes yang menghentikan aktivitas klinik Dekan FK Undip, dr Yan Wisnu yang menurutnya tidak ada kaitan langsung dengan meninggalnya dr Aulia. Namun dia menganggap hal itu dilakukan agar dr Yan bisa fokus dalam proses yang sedang berlangsung.

ADVERTISEMENT

"Sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan praktik klinisnya. Ini sesuatu yang terpisah. Mungkin terkait pembenahan proses pendidikan perlu waktu maka dipertimbangkan untuk sementara lebih berkonsentrasi. Kemungkinan itu yang mendasari kenapa ada keputusan sementara untuk menonaktifkan layanan klinisnya, bukan menghentikan. Kita berpikir positif saja," jelasnya.

Sementara itu terkait data Kemenkes yang menerima 1.540 laporan dugaan bullying PPDS hingga awal Agustus 2024 di sejumlah RS di Indonesia, Daniel pada intinya mendukung kesepakatan soal PPDS yang bakal dibakukan.

"Kami berhati-hati masuk ranah ini. Tapi bagaimana desain pendidikan dokter spesialis, kami dukung untuk disepakati dan dibakukan," ujarnya.

Untuk diketahui, dr Aulia meninggal di kamar kosnya di Semarang dengan dugaan bunuh diri. Kemenkes menyebut dr Aulia mendapat perlakuan bullying. Pihak keluarga dr Aulia pada Rabu (4/9) melakukan pelaporan ke SPKT Polda Jateng dan langsung ditangani.




(aku/apl)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikjateng


Hide Ads