5 Dzulhijjah dalam Sejarah Islam: Kelahiran Musa AS, Sang Nabi Ulul Azmi

5 Dzulhijjah dalam Sejarah Islam: Kelahiran Musa AS, Sang Nabi Ulul Azmi

Nur Umar Akashi - detikJateng
Rabu, 12 Jun 2024 12:27 WIB
Biblical and religion vector illustration series, Moses held out his staff and the Red Sea was parted by God
Ilustrasi nabi musa. Foto: Getty Images/iStockphoto/rudall30
Solo -

Dalam catatan sejarah Islam, 5 Dzulhijjah dikenal sebagai tanggal kelahiran seorang nabi yang masuk kategori Ulul Azmi, yakni Nabi Musa AS. Di bawah ini sekelumit kisah Nabi Musa AS yang lahir pada 5 Dzulhijjah.

Berdasar penjelasan dari laman Madrasah Aliyah Perguruan Muallimat, Nabi Musa lahir pada 5 Dzulhijjah. Adapun tahun lahirnya, para peneliti berbeda pendapat. Dirujuk dari buku Musa: Penentang Kezaliman, Pembela Kaum Tertindas oleh Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shallabi, pendapat terkuat menyebut Nabi Musa lahir pada 1948 SM (Sebelum Masehi).

Namun, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa sang nabi lahir pada tahun 1571 SM saat pemerintahan Ahmose I. Sementara itu, Dr Rusydi al-Badrawi mengemukakan kemungkinan besar Nabi Musa lahir pada tahun ketujuh pemerintahan Ramses II.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjalanan hidup Nabi Musa menarik untuk ditelaah lebih lanjut karena berisikan peristiwa-peristiwa besar. Di antaranya adalah kisah kelahiran, tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi ular, dan terbelahnya Laut Merah. Baca sejarah lengkapnya dalam uraian berikut!

Mimpi Firaun dan Lahirnya Nabi Musa AS

Diringkas dari buku Kisah 25 Nabi & Rasul karya Zaid Husein Alhamid, Allah SWT mengutus Musa dan saudaranya, Harun, kepada Firaun dan para pembesarnya. Sebab, mereka adalah orang-orang sombong yang mengaku sebagai Tuhan.

ADVERTISEMENT

Firaun memiliki seorang istri bernama Asiyah yang cantik jelita. Secara diam-diam Asiyah beriman kepada Allah SWT. Ketika Firaun ingin menggauli istrinya, tubuhnya mendadak kaku sehingga ia tidak dapat mendekatinya.

Suatu hari, Firaun bermimpi dalam tidurnya. Ia kemudian meminta para ahli sihir untuk menafsirkan mimpinya. Mereka berkata, "Sesungguhnya akan dilahirkan dalam kerajaanmu seorang anak laki-laki yang menjadi sebab bagi kebinasaanmu dan kebinasaan kaummu."

Takut akan hal tersebut, Firaun memerintahkan untuk membunuh setiap anak lelaki yang dilahirkan di negerinya. Di tempat lain, seorang perempuan diam-diam telah melahirkan seorang putra yang diberi nama Musa. Olehnya, Musa kecil dimasukkan dalam wadah kemudian dihanyutkan dalam derasnya Sungai Nil agar tidak dibunuh prajurit Firaun.

Siapa sangka, bayi tersebut ditemukan oleh putri Firaun. Ia lalu memberikan bayi tersebut pada Asiyah. Asiyah kemudian berkata pada Firaun, "Jangan bunuh dia, biarkan dia kita didik." Firaun menyetujui hal tersebut dan segera mendatangkan perempuan-perempuan untuk menyusui Musa kecil.

Namun, Musa kecil tidak mau menyusu pada wanita mana pun. Mengetahui kondisi itu, saudari ibu Musa yang memperhatikan berkata, "Maukah kutunjukkan kepada kalian suatu keluarga yang sanggup memeliharanya bagimu?"

Setelah mendapat persetujuan, bayi Musa kembali diasuh oleh ibundanya sendiri. Setelah masa menyusui sempurna, pihak istana memberi imbalan padanya.

Pertarungan Musa dengan Ahli Sihir Firaun

Saat Nabi Musa berusia 40 tahun, ia mulai berdakwah agar manusia menyembah Allah SWT Yang Esa. Suatu ketika, Nabi Musa melihat dua orang lelaki yang sedang berkelahi. Satu orang Qibti dan lainnya Israil.

Orang Israil itu meminta pertolongan Musa, maka sang nabi meninju orang Qibti itu sampai meninggal. Mendengar kejadian ini, Firaun berang dan memerintahkan siapa pun yang melihat Musa untuk membunuhnya.

Karena takut, Musa keluar dari Mesir dan pergi ke Negeri Madyan. Di sana, ia bertemu Nabi Syuaib dan mengawini salah seorang putrinya. Nabi Musa juga sempat mengabdi kepada Nabi Syuaib dengan cara menggembalakan kambingnya selama sepuluh tahun.

Sepuluh tahun terlewati, Nabi Musa meminta izin untuk kembali ke Mesir. Ia berangkat bersama istri, anak, dan kambing-kambingnya hingga tiba di Gunung Thur. Di sana, Allah berfirman padanya: "Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu. Pergilah kepada Firaun, sesungguhnya ia adalah seorang yang berbuat aniaya."

Musa memohon pada Allah agar saudaranya, Harun, dapat membersamai. Allah mengabulkan permohonan tersebut.

Usai bertemu, keduanya pergi mengunjungi ibu mereka dahulu. Sesudah itu, Nabi Musa dan Harun bertolak menuju kediaman Firaun lalu berkata padanya, "Katakanlah: Tiada Tuhan selain Allah dan bertobatlah dari perbuatanmu yang sekarang."

Firaun menjawab, "Jika engkau seorang nabi, berilah suatu tanda." Musa lalu melemparkan tongkatnya. Tongkat tersebut berubah menjadi seekor ular yang besar. Nabi Musa juga mengeluarkan tangan dari sakunya, maka timbullah sinar matahari dan mukjizat lain seperti air bah, belalang, kutu, katak, dan darah.

Firaun lalu mendatangkan ahli-ahli sihirnya dan meminta mereka beradu keahlian dengan Nabi Musa. Para tukang sihir itu melemparkan tongkatnya masing-masing. Pun juga Nabi Musa melakukan hal yang sama.

Ular-ular buatan ahli sihir Firaun lenyap ditelan ular Nabi Musa. Melihat peristiwa itu, para tukang sihir lalu beriman. Marah akibat kekalahan tukang sihirnya, Firaun memerintahkan untuk memotong tangan dan kaki serta menyalib mereka di batang pohon kurma.

Namun, keimanan para tukang sihir itu telah bulat. Saat itu, jumlahnya ada sekitar 70 orang.

Terbelahnya Laut Merah di Hadapan Nabi Musa

Akibat kejaran Firaun dan bala tentaranya, Musa bersama pengikut-pengikut setianya pergi meninggalkan Negeri Mesir. Sampailah mereka di tepi Laut Merah.

Tampaknya, tidak ada jalan lain bagi Musa dan pengikutnya agar selamat dari kejaran Firaun. Namun, di tengah situasi tersebut, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut.

Ketika dipukulkan, laut terbelah menjadi dua belas jalan sehingga Nabi Musa dan para pengikutnya dapat menyeberang dengan aman. Firaun dan pasukannya tidak tinggal diam, mereka membuntuti langkah orang-orang yang beriman.

Saat telah berada di tengah laut, Allah menutup kembali Laut Merah. Firaun dan pasukannya tewas terbenam. Tak seorang pun yang selamat untuk menceritakan kejadian tersebut.

Wafatnya Nabi Musa

Dilansir detikHikmah, Nabi Musa wafat dalam usia 120 tahun dan dimakamkan dekat Baitul Maqdis. Namun, di balik peristiwa tersebut, ada kejadian menarik antara Nabi Musa dengan Malaikat Izrail.

Singkat cerita, Allah SWT mengutus malaikat maut untuk mencabut nyawa Nabi Musa. Sang malaikat lalu diubah bentuknya menjadi sesosok manusia. Kaget akan kedatangannya, Nabi Musa memukul Malaikat Izrail hingga matanya juling dan terlepas.

Ternyata, Nabi Musa mengira bahwa orang yang mendatanginya memiliki niat buruk untuk menyerang dirinya. Malaikat Izrail pun kembali menghadap Allah SWT dan mengabarkan peristiwa yang dialaminya. Allah kembali mengutus Malaikat Izrail untuk menanyakan perihal waktu kematiannya.

Untuk kali kedua, Malaikat Izrail datang masih dengan wujud manusianya. Nabi Musa diberi pilihan antara hidup lama atau dicabut nyawanya. Saat itu juga, Nabi Musa memilih untuk dicabut nyawanya.

Ibnu Katsir dalam bukunya, Qashashul Anbiya (Kisah Para Nabi), mengisahkan bahwa Malaikat Izrail diperintahkan untuk meminta Nabi Musa meletakkan tangannya di atas punggung kerbau. Setiap bulu yang tertutupi tangannya, baginya umur satu tahun.

Usai melakukan hal tersebut, Nabi Musa bertanya, "Setelah itu apa, ya, Rabb?" Malaikat maut menjawab, "Setelah itu kematian". Musa menimpali, "Sekaranglah (saatnya).". Dan demikianlah kisah unik di akhir hayat Nabi Musa Alaihis Salam.

Itulah kisah ringkas mengenai Nabi Musa AS yang lahir pada 5 Dzulhijjah. Semoga menambah wawasan detikers sekalian, ya!

(cln/ams)


Hide Ads