Suasana khusyuk terlihat di musala yang ada di Panti Pelayanan Sosial Wanita (PPSW) Wanodyatama, Solo. Sejumlah orang sedang mengaji Al-Qur'an.
Kitab yang mereka baca berbeda dengan Qur'an pada umumnya. Ternyata sekelompok penyandang tunanetra itu sedang mengaji menggunakan Al-Qur'an Braille.
Dari pantauan detikJateng, mereka tadarus di dalam musala yang ada di PPSW Wanodyatama, Minggu (24/3/2024). Mereka awalnya membaca bersama-sama, lalu dilanjutkan dengan membaca sendiri-sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan keterbatasan melihat, mereka dengan lihai meraba-raba kertas di depannya sembari membaca isinya.
Salah satu pengajar di PPSW Wanodyatama, Sartono mengatakan kegiatan tadarus bersama dilakukan selama Ramadan dan di luar Ramadan. Selama bulan Ramadan, mereka melakukan tadarus bersama dan menambah bacaan sendiri.
"Saat puasa mereka menambah sendiri secara individu, salah satu tujuannya yakni belum bisa sekalian belajar huruf, dan yang sudah bisa baca agar menambah bacaan dan tidak ragu-ragu lagi," katanya, Minggu (24/3/2024).
Menurutnya, tadarus Al-Qur'an bisa diikuti oleh semua binaan yang beragama Islam. Dalam kegiatan itu pihaknya tidak menargetkan untuk khatam Al-Qur'an selama bulan puasa.
"Target khatam insyaallah, kalau khatam sesuaikan sendiri-sendiri dengan target individu. Tapi kalau ketika terpimpin atau bareng-bareng hanya membaca beberapa ayat," ungkapnya.
Dirinya menceritakan mereka awal belajar mengenal huruf latin lalu dilanjutkan dengan latihan perabaan selama tiga hingga enam bulan. Lalu dilanjutkan lagi abjad hijaiah selama satu tahun.
"Akan lebih lanyah (lancar) mengenal huruf-huruf latin, tanda-tanda baca harakat selama enam bulan, lalu nanti bisa dilanjutkan sendiri," bebernya.
Menurutnya, para binaan yang berada di PPSW Wanodyatama merupakan warga Solo Raya hingga luar kota.
"Fokus Solo Saya tapi ada Kebumen, Semarang, Purwodadi, Jawa Timur, Trenggalek, tapi mungkin yang perempuan libur ada yang dari Sulawesi tapi sekarang pindah Solo. Pernah dari Tangerang sudah lulus di sini," ungkapnya.
Menurutnya, PPSW Wanodyatama merupakan binaan dan bimbingan kepada penyandang disabilitas netra. Mereka juga dibekali bimbingan sosial dan mental selama berada di sana.
"Di sini fokus untuk netra dan tidak ganda yang diambil yang masih mampu dilatih dan dididik. Jadi tidak hanya rawat saja. Di tempat kita latar belakang, strata sosial yang berbeda. Bahkan ada yang belum sekolah sama sekali, dan sudah ada yang berkeluarga," bebernya.
Untuk usia, dirinya mengatakan mulai dari umur 15 tahun hingga 45 tahun. Bahkan, ada yang mendekati usia 50 tahun.
"Karena kita berbasis sosial maka melayani dengan kemanusiaan dan pengabdian," pungkasnya.
(ahr/rih)