Kabupaten Wonogiri telah memasuki musim hujan. Masyarakat diminta mewaspadai tiga potensi bencana yang bisa terjadi di Wonogiri, mulai dari longsor hingga banjir bandang.
"Ini sudah (Wonogiri) memasuki awal musim hujan. Yang jelas ada tiga potensi bencana yang terjadi di Wonogiri, ada banjir, tanah longsor dan angin kencang," kata Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto, kepada detikJateng, Kamis (13/10/2022).
Ia mengatakan, pada awal musim hujan kali ini sudah ada beberapa wilayah yang terdampak bencana. Di antaranya Kecamatan Wonogiri Kota, Ngadirojo, Selogiri dan Sidoharjo. Bencana pada awal musim hujan di Wonogiri didominasi angin kencang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami telah melakukan pemetaan. Data itu mendasari kondisi wilayah dan histori bencana tahun sebelumnya. Jadi bencana dulu dipetakan sebagai daerah rawan," ungkap.
Berdasarkan pemetaan yang dilakukan, Bambang mengatakan jika semua wilayah di Wonogiri berpotensi tinggi terjadi maupun terdampak bencana. Selain fenomena alam, hal itu disebabkan karena kondisi geografis Wonogiri.
Ia mengatakan, ada tiga jenis banjir yang bisa terjadi di Wonogiri. Pertama, banjir bandang. Banjir yang mengalir dari daerah tinggi ke tempat rendah, ada kemiringan tajam. Salah satu wilayah yang biasa terdampak adalah Kecamatan Eromoko.
Kedua, banjir genangan atau luapan. Banjir ini sering terjadi di Karangturi, Kecamatan Nguntoronadi. Ketiga, banjir luweng yaitu banjir terjadi akibat lubang luweng yang mampet. Biasanya terjadi di Wonogiri selatan seperti Kecamatan Pracimantoro, Paranggupito dan Giriwoyo.
"Kalau longsor dan angin kencang hampir merata se-wilayah Wonogiri. Kecuali Kecamatan Jatisrono, karena geografisnya rata. Kalaupun ada hanya longsor pinggir sungai," ujar dia.
Sebagai upaya antisipasi, BPBD telah melakukan berbagai upaya untuk menghadapi potensi bencana. Selain itu telah melaksanakan sosialisasi rutin ke masyarakat tentang ketangguhan bencana.
"Hari ini tadi ada pemasangan EWS (early warning system) di Dlepih Tirtomoyo. Di sana kan rawan longsor. Itu salah satu upaya kami," kata Bambang.
Berdasarkan data yang dihimpun BPBD Wonogiri, pada 2021 tercatat ada 84 kejadian tanah longsor, 156 kejadian banjir, 49 kejadian angin kencang dan 5 kejadian kebakaran. Dengan total kerugian Rp2.122.500.000.
Sementara itu pada 2022 tercatat sudah ada 36 kejadian tanah longsor, 12 kejadian banjir, 63 kejadian angin kencang dan 4 kejadian kebakaran. Dengan total kerugian sementara Rp 539.500.000.
(apl/sip)