Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) beri peringatan dini terhadap bencana hidrometeorologi di wilayah Jawa Timur (Jatim). Setidaknya ada 6 wilayah yang disebut rawan terjadi banjir.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan memang Jatim sangat berpotensi mengalami cuaca ekstrem. Penyebabnya lantaran fenomena anomali iklim global, yakni La Nina.
"Fenomena ini memicu peningkatan pembentukan awan hujan, yang berdampak pada tingginya intensitas curah hujan di Jawa Timur yang meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi di kawasan tersebut," ujar Dwikorita dikutip dari rilis di laman resmi BMKG, Jumat (20/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jawa Timur Siaga Bencana Hidrometeorologi
Selain La Nina, ada beberapa fenomena atmosfer yang juga terjadi bersamaan. Seperti aktivitas Monsun Asia, gelombang MJO, serta gelombang Kelvin dan Rossby ekuator yang memperparah intensitas hujan.
Suhu muka laut yang semakin hangat juga memicu sirkulasi siklonik. Hal ini memberi dampak peningkatan cuaca hujan signifikan di Jatim.
"Intensitas hujan diprediksi akan meningkat signifikan pada 21 Desember, kemudian sedikit menurun di 22-23 Desember, sebelum kembali meningkat pada 24 Desember," ujar Dwikorita.
BMKG mencatat, bahwa intensitas curah hujan tertinggi pada Desember 2024 di Jatim terbagi menjadi dua. Pertama curah hujan menengah (51-150 mm) lebih dari 70% dan curah hujan tinggi (151-300 mm) lebih dari 60%.
Tingginya intensitas curah hujan ini membuat BMKG memprediksi ada 6 wilayah rawan mengalami bencana banjir di Jatim, yaitu:
- Blitar: Kecamatan Gandusari, Nglegok
- Gresik: Kecamatan Sangkapura, Tambak
- Jember: Kecamatan Bangsalsari, Panti, Sumberbaru, Tanggul
- Malang: Kecamatan Ngantang
- Pacitan: Kecamatan Kebonagung, Pacitan, Pringkuku
- Probolinggo: Kecamatan Krucil, Tiris
Selain itu, gelombang tinggi 1,25-2,5 meter diperkirakan terjadi di perairan selatan Jatim, mencakup Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, dan Banyuwangi.
Selanjutnya, BMKG juga memperkirakan potensi hujan deras disertai angin kencang terjadi hingga perayaan Natal, 25 Desember 2024 mendatang. Terutama di wilayah Bangkalan, Bondowoso, Gresik, dan Banyuwangi.
"Informasi ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dan masyarakat bersiap menghadapi potensi risiko bencana akibat cuaca ekstrem," imbuh Dwikorita.
Upaya BMKG Hadapi Bencana Hidrometeorologi di Jawa Timur
Untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem di Jatim, BMKG bekerja sama dengan banyak stakeholder untuk melakukan berbagai upaya, seperti:
1. Pemetaan Wilayah Rawan Bencana
Pemetaan wilayah rawan bencana dilakukan BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang. Melalui overlay data dari berbagai sumber, zona-zona rentan bencana telah diidentifikasi dengan akurat.
Tetapi tetap ada tantangan yang dihadapi pemerintah. Khususnya tentang menentukan waktu pasti terjadinya bencana seperti longsor.
"Dengan informasi ini, pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan, serta menyusun langkah-langkah mitigasi yang lebih efektif," jelas Dwikorita.
2. Operasi Modifikasi Cuaca (OMC)
Upaya kedua yang dilakukan BMKG adalah Operasi Modifikasi Cuaca (OMC). Langkah ini dilakukan BMKG bersama BNPB, dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Melalui OMC, curah hujan bisa dikendalikan. Khususnya cuaca di zona rawan bencana.
OMC sudah dilakukan sejak 18 Desember dengan dukungan 1 unit Cessna Caravan C208B-EX dari PT Smart Cakrawala Aviation (reg. PK-SNN). Posko OMC di Jawa Timur berpusat di Bandara Internasional Juanda Surabaya.
3. Pantau cuaca di aplikasi Info BMKG
Terakhir, BMKG mengimbau masyarakat untuk memanfaatkan aplikasi Info BMKG. Di aplikasi ini masyarakat bisa melihat prakiraan cuaca hingga enam hari ke depan dengan lengkap.
"Meliputi kondisi curah hujan, suhu, kecepatan angin, dan kelembaban udara di tingkat kecamatan. Diharapkan masyarakat dapat melakukan antisipasi dini untuk mengurangi potensi kerugian akibat cuaca ekstrem," pungkas Dwikorita.
(det/pal)