Makam massal tragedi tahun 1965 di Plumbon, Kota Semarang, resmi diberi nisan pada 2015 lalu. Pemasangan nisan makam yang berada di tengah hutan itu ternyata memiliki cerita panjang.
Disebut makam massal Plumbon karena letaknya yang berada di Dusun Plumbon. Tepatnya berada di bukit lahan milik PT Perhutani yang masuk wilayah RT 07/RW03, Kelurahan Wonosari.
Penginisiasi pemasangan nisan makam itu merupakan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Semarang, Yunanto Adi. Dirinya saat itu mendapat informasi adanya makam massal di situ dari sebuah forum di kampus Unika Semarang pada Juni 2014.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu Unika itu punya semacam diskusi, forum tapi hanya beberapa hari, dalam beberapa hari itu ada mahasiswa itu memberi info," kata Yunanto saat ditemui di rumahnya di Simongan, Semarang, Rabu (28/9/2022).
Awalnya, dirinya tak terlalu memperhatikan informasi yang sampai kepadanya itu. Hingga pada September di tahun itu, Yunanto terlibat dalam pekan HAM di Semarang.
"Sekitar empat bulan kemudian kita mengadakan peringatan pekan 10 tahun meninggalnya Munir, aktivis HAM. Akhirnya banyak kasus HAM dalam sepekan itu kita bahas dalam bedah-bedah buku, diskusi, seminar, dalam sepekan itu, termasuk bahas kekerasan 65-66," jelasnya.
![]() |
Baru setelah itu, dirinya berpikir untuk memberi nisan kepada makam itu. Yunanto terinspirasi kepada pemugaran makam massal di Wonosobo pada era Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Presiden.
Ide awalnya, makam itu bisa digali dan dilakukan tes DNA kepada keluarga sebelum kembali dimakamkan dan diberi nisan. Namun, karena segala pertimbangan, dipilih alternatif untuk mendirikan nisan di makam yang sebelumnya hanya ada gundukan batu sebagai penanda.
"Karena tidak ada pihak negara pun yang mau dokumentasi, penggalian itu gagal. Artinya tanpa ada pendokumentasian negara, itu tidak bisa, karena kita bisa dianggap merusak barang bukti kalau kita gali-gali sendiri," ujarnya.
Proses Pendirian Nisan
Yunanto merupakan ketua panitia dalam proses pendirian makam tersebut. Hal pertama yang dia lakukan untuk mendirikan nisan itu adalah berkoordinasi dengan berbagai pihak terutama yang diprediksi akan memberikan penolakan.
Selengkapnya di halaman selanjutnya...
"Kita melakukan berbagai pendekatan kan baru bisa peresmian makam itu tanggal 1 Juni 2015. Itu bertepatan Hari Pancasila," kata Yunanto.
Profesinya yang saat itu sebagai wartawan dianggap modal penting usaha mendirikan nisan di sana. Dirinya jadi bisa berkomunikasi dengan banyak pihak yang merupakan relasinya.
Saat itu, dirinya meyakinkan bila pendirian nisan itu merupakan untuk kepentingan rekonsiliasi. Dia mengatakan tak ada motif politik atau kepentingan lain selain kemanusiaan.
"Termasuk orang-orang yang anti itu kita undang juga cuma perlu pendekatan khusus memang. Ini kan bukan untuk politik-politik, ini untuk kemanusiaan saja, ya mereka nggak ganggulah intinya," jelasnya.
Yunanto juga menceritakan ia mendapat banyak dukungan terutama dari warga. Misalnya, jelang hari acara peresmian nisan itu dilakukan, warga setempat ikut kerja bakti untuk menyambut tamu-tamu yang akan hadir.
Baca juga: Jejak Berdarah 'Lubang Buaya Jogja' |
Hingga akhirnya pada 1 Juni 2015 peresmian itu dilakukan. Berbagai pihak mulai dari perwakilan Pemkot, Polisi, TNI, Ormas, termasuk keluarga korban, hadir di acara itu.
Acara itu juga disebut menjadi pemberitaan besar saat itu. Berbagai media baik nasional dan internasional hadir untuk meliput acara itu.
"Menjadi berita besar waktu itu kan semua TV waktu itu pada ke situ, TV radio. Ya segala macam media," jelasnya.
Hingga empat tahun kemudian, dirinya dihubungi oleh UNESCO yang meminta agar makam Plumbon itu didaftarkan ke situs CIPDH UNESCO.
"Media-media itu kemudian tampaknya itu menjadi perhatian dari CIPDH UNESCO, bahwa Plumbon itu dicatat sebagai situs pelanggaran HAM berat masa lalu yang mendapat perlakuan orang zaman sekarang yang berbeda," katanya.
"Diemail 1 Mei 2019 tapi masuk di website mereka sepaham kami awal-awal Januari 2020," sambungnya.
Dimintai konfirmasi, Kepala Kesbangpol Kota Semarang, Sapto Adi, menyebut bila pendirian nisan di makam Plumbon merupakan inisiatif masyarakat. Saat itu, pihak Kesbangpol Semarang hadir di sana sebagai undangan.
"Kalau peresmian dari sisi pemerintah tadi saya tanya yang lama-lama itu pemerintah belum, itu masih inisiatif masyarakat," katanya.
Dirinya tak mengetahui dengan jelas peresmian makam yang terjadi tujuh tahun lalu itu. Sebab, Sapto baru menjabat Januari lalu.
"Pejabat yang dulu itu ke sana karena diundang, bukan meresmikan. Tapi kan informasinya setiap tahun muncul berita ini terus," pungkas Sapto.