Ada Kuburan Massal Tak Terawat di Tengah Hutan Semarang, Makam Siapa?

Ada Kuburan Massal Tak Terawat di Tengah Hutan Semarang, Makam Siapa?

Afzal Nur Iman - detikJateng
Rabu, 24 Agu 2022 19:42 WIB
Suasana di makam massal tragedi 1965, Kampung Plumbon, Kelurahan Wonosari, Ngaliyan, Semarang, Rabu (24/8/2022).
Kondisi makam massal di tengah hutan, Kampung Plumbon, Kelurahan Wonosari, Ngaliyan, Semarang, Rabu (24/8/2022). Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng
Semarang -

Terdapat makam massal di tengah hutan, Kampung Plumbon, Kelurahan Wonosari, Ngaliyan, Semarang. Meski begitu, warga sekitar menyebut salah satu keluarga yang dimakamkan di sana masih rutin berziarah.

Makam itu tepatnya berada di bukit lahan milik PT Perhutani yang masuk wilayah RT 07/RW 03, Kelurahan Wonosari. Makam itu juga tak bisa diakses dengan kendaraan. Selain itu, tak ada penanda di jalan yang menunjukkan bahwa ada kuburan massal di sana.

Ketua RT setempat, Gunawan, menyebut ada pihak keluarga bernama Moetiah, salah satu yang dimakamkan di makam massal tersebut, sering berziarah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Keluarga Bu Moetiah, tapi sebelum 2015 dia datang tapi sembunyi-sembunyi. Setelah ini terungkap dia sudah berani biasanya itu malam Jumat Kliwon," kata Gunawan saat ditemui di sekitar rumahnya, Rabu (24/8/2022).

Rumah Gunawan memang tak terlalu jauh dari lokasi makam itu. Dia bercerita keluarga Moetiah sesekali mampir jika berziarah.

ADVERTISEMENT

"Ya beberapa kali, cuma kan kita nggak memperhatikan terus," ujarnya.

Suasana di makam massal tragedi 1965, Kampung Plumbon, Kelurahan Wonosari, Ngaliyan, Semarang, Rabu (24/8/2022).Kondisi makam massal di tengah hutan, Kampung Plumbon, Kelurahan Wonosari, Ngaliyan, Semarang, Rabu (24/8/2022). Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng

Makam itu diberi nisan oleh Pemkot Semarang pada 2015 lalu. Tertulis yang dimakamkan terkait peristiwa 1965.

Saat ini, nama-nama di nisan itu tak lagi terlihat. Area makam yang dibatasi dengan batu bata juga terlihat penuh dengan daun yang berguguran. Daun-daun bahkan menutupi dua makam hingga tak lagi terlihat.

"(Yang rutin membersihkan) Nggak ada, paling yang nyari nomor itu kalau jalannya itu biasanya Pak Asrowi itu yang bersihin," kata Gunawan.

Suasana di makam massal tragedi 1965, Kampung Plumbon, Kelurahan Wonosari, Ngaliyan, Semarang, Rabu (24/8/2022).Kondisi makam massal di tengah hutan, Kampung Plumbon, Kelurahan Wonosari, Ngaliyan, Semarang, Rabu (24/8/2022). Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng

Sempat Jadi Tempat Cari Nomor Judi

Gunawan juga menceritakan sisi lain di balik makam massal tersebut. Katanya, makam itu dulu kerap dijadikan tempat untuk mencari nomor togel.

"Itu kan dulunya buat cari nomor togel," kata Gunawan.

Namun, ia menyebut kebanyakan yang datang mencari nomor justru orang luar wilayahnya. Dia juga tidak mengerti bagaimana proses para pencari nomor itu. Pencari nomor bisa dikenali dari barang bawaannya.

Hal itu memang sudah jarang ditemukan pada saat ini. Tetapi, ada saja orang yang datang ke sana untuk mencari nomor.

"Pokoknya di situ cari nomor gitu aja. Kadang ada yang membawa kopi, kadang ada kemenyan, kadang bunga, kadang bawa sigaret tok ada," ujarnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Warga lain, Sodiq (45), menyebut masa-masa pencari nomor ramai sebelum tahun 1995. Biasanya, pencari nomor juga yang membersihkan makam itu.

"Dulu ada yang ngerumat waktu ada SDSB itu, orang mencari nomor itu. Terus SDSB nggak ada, nggak ada yang ngerumat," katanya.

Sodiq merupakan warga yang dikenal rajin membersihkan makam saat remaja. Hal itu dia lakukan karena memperhatikan nasihat ibunya yang meminta memperlakukan makam itu selayaknya makam.

"Sampai 97, sampai 2000 saya sering, sering lah, yang memperhatikan menyapu situ ya saya, orang-orang ini pada tahu," ujarnya.

"Yang lain ya nggak ngerumat, setiap ke sana pasti ada kemauan itu beda lagi, seperti cari nomor atau apa, saya kan nggak," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(rih/ahr)


Hide Ads